Kamis, 10 Oktober 2013

Berpikir Positip.



2. BERPIKIR POSITIP

Menurut saya di dalam diri setiap orang ada suara-suara yang baik (Suara-suara hati nurani/ suara-suara Tuhan), dan juga ada suara-suara yang buruk (Suara-suara setan), tetapi setiap orang bisa berkehendak bebas. Berpikir positip berarti berkehendak untuk hanya mendengarkan dan mematuhi suara-suara yang baik itu. Apabila anda pernah mengalami sakit jiwa, anda akan tahu bahwa suara-suara itu sudah tidak dapat dipercaya lagi, baik suara-suara yang baik, lebih-lebih suara-suara yang buruk, karena sudah dikacaukan oleh suara-suara halusinasi dan paranoid kita, yang sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri dan kita buat sendiri, namun seolah-olah disuarakan oleh orang lain. Singkatnya suara-suara kahyalan diri kita sendiri. Sebaiknya suara-suara halusinasi dan paranoid itu anda cuekkan semua, baik suara-suara yang buruk, maupun suara-suara yang baik. Namun usahakanlah setiap saat hanya berbuat apa yang baik.
Sekali lagi saya sarankan agar anda mencuekkan semua suara halusinasi dan paranoid itu, baik suara-suara yang buruk, maupun suara-suara yang baik, dan berusahalah setiap saat hanya berbuat apa yang baik. Untuk dapat melakukan hal ini maka praktekkanlah doa Yesus dan berkonsentrasilah pada nafas dan rumusan doa Yesus anda sepanjang hari, singkatnya sebaiknya anda lakukan setiap kali anda bernafas. Jadi ketika suara-suara halusinasi dan paranoid itu menyerang anda, berkonsentrasilah pada nafas dan rumusan doa Yesus anda. Saya yakin 100%, apabila anda mempraktekan hal ini, anda akan sembuh dan akan tetap sehat, terutama bila anda menderita sakit jiwa jenis Skizofrenia atau setiap jenis penyakit jiwa yang memiliki gejala halusinasi dan paranoid. Selain itu, anda akan lebih percaya diri, bahkan anda akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang lebih besar dari itu, tetapi jangan lupa tetaplah meminum obat anda, tidurlah yang cukup, bekerjalah setiap hari, dan jalinlah hubungan sosial yang sehat dan harmonis. Apabila anda belum jelas tentang hal ini sebaiknya anda membaca ulang pembahasan khusus tentang doa Yesus, yang ada di Bab I.
Menurut saya ciri khas orang yang berpikir positip adalah hati dan pikirannya dipenuhi oleh cintakasih, hal-hal yang indah, hal-hal yang baik, hal-hal yang luhur dan hal-hal yang bersifat ilahi. Cara melatihnya antara lain adalah dengan sebanyak dan sesering mungkin mengkonsumsi makanan rohani yang bergizi, misalnya dengan rajin bekerja, rajin berdoa, rajin mengikuti Misa kudus, sering membaca buku-buku rohani dan buku-buku tentang kesehatan jiwa, memiliki banyak sahabat, menggabungkan diri pada orang yang baik, dan lain-lain
            Pada suatu hari Dokter Gitohoesodo menceritakan pada saya tentang sebuah film yang berjudul, “A Beautiful Mind”, yang dibintangi oleh Russell Crowe, karena sangat tertarik maka saya segera pergi ke tempat persewaan VCD dan meminjam VCD film itu., kemudian menontonnya sendiri. Adapun film itu diangkat dari sebuah kisah nyata tentang perjuangan seorang penderita sakit jiwa  jenis Skizofrenia, yang bernama Dr.John Nash, untuk bisa sembuh dari penyakit jiwanya, dengan cara melawan dan mencuekkan suara-suara halusinasi, yang menipu, mengkontrol, dan menguasainya. Perjuangannya teramat sangat berat sebab ia pun mengalami halusinasi penglihatan, sehingga ia tidak hanya mendengar melainkan melihat figur-figur kahyalannya itu, yang membuatnya hampir-hampir tidak bisa membedakan antara kahyalan dan kenyataan. Namun puji Tuhan, istrinya tetap setia, sangat mencintai, dan sangat mendukung perjuangannya. Saya kira  setiap penderita sakit jiwa akan sangat beruntung bila punya istri atau suami seperti dia. Dan untunglah kenalan-kenalannya sangat mendukungnya juga, yang akhirnya mereka menjadi sahabat-sahabat baiknya, karena sebelumnya ia sama sekali tidak punya sahabat. Entah mengapa dulu ia merasa tidak disukai oleh setiap orang yang dijumpainya, dan ia pun cenderung untuk tidak menyukai mereka, bahkan menjauhi dan suka menyendiri, baik waktu pesta, apalagi waktu menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Namun berkat perjuangannya ia menjadi mampu membangun hubungan yang sehat dan harmonis dengan banyak orang, dan ia sembuh dari sakit jiwanya. Kesuksesannya mencapai puncaknya ketika ia mendapat hadiah Nobel di Swedia pada tahun 1994. Dimana teori matematikanya mempengaruhi pasar dunia, ketenagakerjaan nasional, bahkan evolusi biologi. Saya rasa anda pun sebaiknya menonton film itu, karena film itu sangat merangsang kita untuk berpikir positip. Hal yang paling berkesan yang saya dapat adalah ia tidak putus asa, ia berjuang dengan gigih agar bisa sembuh. Saya rasa kita pun patut meneladaninya. Berikut ini adalah beberapa kutipan dari kesaksian hidupnya:

“Aku masih lihat hal-hal yang tak ada. Aku hanya memilih tak mengakuinya, seperti diet pikiran, aku memilih tak meladeni selera tertentu, seperti seleraku akan pola.”

“Mereka masih ada. Mungkin akan tetap begitu. Tapi aku terbiasa abaikan mereka. Dan mereka akan menyerah.”

“Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional dan kembali. Telah kudapatkan penemuan paling penting dalam karirku, penemuan paling penting dalam hidupku: “Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa ditemukan.”

Martin Gray, salah seorang yang selamat dari peristiwa Ghetto Warsawa dan maha bencana, menuliskan kisah hidupnya dalam sebuah buku yang berjudul: ”Bagi mereka yang ku kasihi.” Diceritakannya bagaimana sesudah peristiwa maha bencana itu ia berusaha membangun kembali hidupnya,  menjadi orang yang berhasil, menikah dan memiliki keluarga.  Hidupnya rupanya menjadi lebih baik sesudah ia mengalami peristiwa-peristiwa yang mengerikan selama berada di kamp konsentrasi. Namun kemudian pada suatu hari, istri dan anak-anaknya tewas ketika api yang berasal dari kebakaran hutan ikut memusnahkan rumahnya di bagian selatan Perancis. Gray sangat berputus asa, hampir-hampir mencapai titik kehancuran akibat tragedi tambahan ini. Kenalan-kenalannya mendesaknya agar menuntut yang berwajib menyelidiki secara tuntas dari mana sumber api itu, tetapi ternyata ia memilih menggunakan sumber-sumber kemampuannya untuk memulai gerakan perlindungan alam dari bahaya kebakaran. Ia menjelaskan bahwa suatu penyelidikan dan penyidikan hanya akan memusatkan perhatian pada masa lampau, pada soal-soal yang menyangkut penderitaan dan kesedihan serta mencari siapa yang salah. Ia ingin memusatkan perhatian pada masa depan. Suatu penyidikan akan membuatnya bertentangan dengan orang lain: “Apakah ada orang yang sembrono? Siapakah yang bersalah?” dan menjadikannya bermusuhan dengan orang lain, mendorongnya untuk menemukan siapa yang jahat, menuduh orang lain bertanggungjawab atas kemalangan itu, alhasil hanya akan membuat orang yang tengah kesepian menjadi semakin kesepian. Ia menyimpulkan bahwa hidup ini harus dijalani demi sesuatu, bukan hanya melawan sesuatu.
            Seperti Martin Gray dalam menghadapi penderitaan dalam bentuk apapun juga, termasuk menderita sakit jiwa, kita tidak boleh bereaksi secara negatif. Sebaiknya kita mengambil hikmah dari penderitaan tersebut kemudian melupakan masa lalu dan memusatkan diri pada masa depan. Pertanyaan yang patut kita ajukan adalah: “Setelah semua ini terjadi, lantas apa yang mesti kukerjakan?” Sebagai pertimbangan untuk menyusun pertanyaan yang patut diajukan, saya teringat akan ungkapan salah seorang Frater yang  ia kutip dari orang lain, saya lupa siapa namanya, bahwa yang penting bukan jawabannya tetapi benar pertanyaannya, karena dengan menyusun pertanyaan yang benar kita akan cenderung mendapatkan jawaban yang benar, tetapi apabila pada awalnya pertanyaannya sudah salah maka jawabannya tidak ada gunanya bahkan sia-sia dan dapat menjerumuskan kita. (Sumber: Buku ”Derita, kutuk, atau rahmat” karangan Harold S. Kushner).
            Berpikir positip juga berarti berpikir sederhana dan tanpa prasangka. Untuk menjelaskan hal ini saya akan mengutipkan untuk anda pengalaman seorang pengacara terkenal bernama Gerry spence, yang ditulisnya dalam buku berjudul “Seni berargumentasi dan menang setiap saat”, berikut ini:
            “Kami baru saja kembali dari bulan madu dan menempati rumah kami yang baru. Pagi berikutnya adalah hari pertama saya kembali bekerja di kantor. Sorenya saya sudah bersiap-siap akan pulang untuk makan malam. Saya tahu Imaging , telah menyiapkan secara khusus acara makan malam hari itu ketika saya memutuskan, demi Tuhan, tidak, saya tidak akan pulang ke rumah! Saya telah mengalami persoalan-persoalan yang kronis dalam hubungan perkawinan saya sebelumnya karena tidak dapat pulang ke rumah tepat pada waktunya. Tanpa sadar saya masih terbelenggu pada sebuah hubungan yang telah lama berlalu. Setelah memutuskan untuk tidak pulang ke rumah tepat waktu, saya pergi ke sebuah restoran di mana saya bertemu dengan seorang sahabat. Kami duduk bercakap-cakap sambil minum kopi. Waktu makan malam telah berlalu, tetapi saya tidak akan pulang untuk makan malam tepat pada waktunya. Saya berpikir, “Saya baru saja memasuki perkawinan ini, maka saya akan menetapkan beberapa peraturan dasar pada malam pertama saya pulang ke rumah.”
            Saya minum kopi dan bercakap-cakap dengan sahabat saya itu  hingga lebih dari satu jam dari waktu makan malam di rumah. Ketika saya tiba di depan pintu rumah, apa yang saya hadapi sangatlah mengejutkan. Saya tidak disambut dengan teguran, atau dengan hukuman yang terburuk yaitu didiamkan, tapi malah disambut dengan ciuman mesra dan senyuman hangat.
            “Halo sayang. Makan malammu saya letakkan di dalam oven supaya tetap panas,” kata Imaging. Ia menyiapkan makan malam yang luar biasa dihadapan saya dan duduk menemani saya.
            “Saya sudah makan satu jam yang lalu,” katanya, “saya harap makan malam ini cocok untukmu.” Dan itulah satu-satunya komentar - tidak ada pertanyaan tersembunyi, tidak ada keluhan, tidak ada kemarahan yang tersembunyi, tidak sesuatu pun kecuali senyuman dan kelembutan.
            Saya tidak dapat mempercayainya. Ini pasti sebuah sandiwara. Saya bersumpah untuk mencobanya sekali lagi. Malam berikutnya saya bertemu lagi dengan sahabat saya untuk minum kopi. Saya kembali terlambat satu jam, dan tetap mendapatkan pelayanan yang baik ketika pulang ke rumah. Ketika duduk untuk makan malam saya memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan istri saya yang baru ini.
“Tidakkah kamu sedikit marah pada saya karena saya terlambat pulang untuk makan malam?” tanya saya.
“Tentu saja tidak,” jawabnya. Ia kelihatannya heran.
“Kamu telah menyiapkan makan malam dan saya datang terlambat. Lebih lagi saya tidak minta maaf.”
“Saya pikir kamu sibuk di kantor dengan hal-hal yang penting. Kalau tidak kamu tentu akan pulang ke rumah.”
“Oh,” kata saya.
“Lagipula,” katanya lagi, “Kamu adalah seorang laki-laki dewasa. Laki-laki dewasa tidak memerlukan seseorang untuk memberitahu kapan harus pulang untuk makan malam,” dan hanya sampai di situ saja kejadiannya.
            Sejak itu saya tidak pernah lagi dengan sengaja terlambat untuk makan malam dalam tahun-tahun perkawinan kami. Kepercayaan menghasilkan kepercayaan, dan saya menjadi dapat dipercaya.
            Berpikir positip juga berarti melihat sisi baik dari suatu kejadian yang buruk. Hal itu diajarkan oleh seorang adik perempuan saya pada saya. Begini ceritanya: Pada suatu hari adik saya meminjam klise foto pribadi terbaik yang pernah saya punya untuk dicetaknya. Tetapi ia lupa dan klise foto itu ikut terendam dalam cucian. Ketika ia memberi tahu saya, dari reaksi saya, ia tahu bahwa saya kecewa. Tetapi ia berbicara sesuatu yang sangat menyejukkan hati saya, yaitu “Kan bisa foto lagi Mas! Dan hasilnya bisa lebih baik dari itu!”.
            Berpikir positip sangat erat kaitannya dengan rasa syukur, di bawah ini saya akan mengutipkan untuk anda suatu rangkaian kata yang berjudul “Bersyukur”, yang saya temukan di papan pengumuman. Entah siapa pembuatnya saya tidak tahu. Saya harap ia tidak keberatan karyanya saya cantumkan di sini, tanpa menyebutkan namanya.

Bersyukur


Mendengar keluargaku ngomel-ngomel di rumah,
berarti aku masih punya keluarga yang utuh.

Merasa lelah dan pegal linu hampir setiap sore,
berarti aku mampu bekerja keras.

Membersihkan piring dan gelas kotor setelah kedatangan tamu di rumah, berarti aku masih dikelilingi sesamaku.

Pakaianku terasa agak sempit,
berarti aku masih bisa makan cukup kenyang.

Mencuci dan menyetrika tumpukan baju sendiri,
berarti aku memiliki pakaian cukup.

Membersihkan halaman rumah, membersihkan kamar, dan lain-lain, berarti aku memiliki tempat tinggal yang layak.

Duduk di bangku belajar,
Berarti aku masih bisa sekolah.
Mendengar nyanyian suara yang fals,
berarti aku bisa mendengar.

Melihat jam berputar berganti waktu,
berarti aku masih hidup.

Akhirnya…… aku perlu bersyukur dapat membaca tulisan ini.

Sebagai bahan renungan sekali lagi saya ingin mengutip kata-kata salah satu orang bijak yaitu bahwa menurutnya berpikir positip itu berarti: Menerima dengan tentram segala kekurangan di dalam diri kita yang tidak   dapat diubah, berusaha untuk mengubah segala kekurangan di dalam diri kita yang dapat dan harus diubah, dan berusaha sebijak mungkin  untuk membedakan antara keduanya.

Fenomena SosiaL.



FENOMENA SOSIAL.
                                                  
Berbicara tentang hubungan antar manusia, sedikitnya ada enam fenomena yang menarik hati saya yaitu yang pertama apa yang disebut “Cocok-cocokan”, misalnya Si A lebih cocok dengan Si B tapi tidak cocok dengan Si C dan Si C lebih cocok dengan Si Z dan seterusnya. Berdasarkan pengalaman hidup saya, tipe orang yang sama akan mengumpul menjadi satu dan cenderung lebih cocok, maka tidak heran bahwa tanpa kita sadari kita ternyata terkotak-kotak, dalam kondisi extrim disebut terpecah-pecah. Dan biasanya kelompok tipe yang satu merasa tidak menyukai bahkan benci pada kelompok tipe yang lain. Kita semua ditantang untuk mengalahkan semua kecenderungan ini, sehingga kita menjadi semakin terbuka pada semua orang, dan mampu mengasihi mereka dengan tulus dan senang hati, dalam hal ini dibutuhkan banyak kerendahan  hati, kemurahan hati dalam mengampuni dan kesediaan untuk menanggung rasa sakit. Kita harus banyak belajar dari Santa Theresia Lisieux, dimana ia mampu bergaul dengan baik dengan semua orang, dan ia justru mengambil keputusan mengutamakan bergaul dengan orang-orang yang tidak menyenangkannya bahkan yang amat menjengkelkannya.
 Fenomena yang kedua adalah  apa yang sering  disebut dengan “Menyindir.” Menyindir adalah mengatakan sesuatu hal pada orang yang dituju, tetapi diungkapkan secara tidak langsung, biasanya orang yang menyindir itu berbuat seolah-olah dirinya sedang berbicara tentang sesuatu hal yang berbeda pada lawan bicaranya; entah orang yang dituju itu sendiri atau orang lain yang ada di dekatnya. Tujuannya biasanya: bisa hanya sekedar humor, ingin menyadarkan atau ingin sengaja menyakiti secara tidak kentara sehingga apabila orang yang disindir itu marah atau memberikan komentar tertentu ia akan dengan mudah mengatakan bahwa ia tidak sedang membicarakan hal itu, atau tidak sedang membicarakannya.
            Fenomena yang ketiga adalah “Ngerumpi”, “Ngegosif”, atau “Rasan-rasan.” Yaitu adalah membicarakan di belakang layar, atau membicarakan pada saat orang yang bersangkutan itu tidak ada. Isinya tidak selalu negatif, bisa juga isinya berupa pujian dan kata-kata positip tentang orang yang bersangkutan. Tujuannya bisa macam-macam, antara lain adalah ingin sekedar mengisi obrolan saja dari pada bengong, ingin menjelek-njelekkan, ingin menjatuhkan nama baik orang yang bersangkutan, orang yang sedang ngerumpiin itu; ingin memperoleh dukungan, persahabatan, atau simpati lawan bicaranya dan lain-lain. Biasanya orang yang terlibat di dalamnya lebih dari satu orang, namun seorang Skizofrenia dapat ngerumpiin orang lain sendirian, karena jiwanya retak/pecah menjadi dua bagian atau lebih, maka ia dapat berkomunikasi dengan pecahan jiwanya sendiri seolah-olah ia berkomunikasi dengan orang lain. Sebenarnya ngerumpi, ngegosip atau rasan-rasan itu lebih banyak segi negatifnya ketimbang segi positifnya, namun hampir semua orang menyukainya baik pria maupun wanita, dan karena mengetahui hal ini, media memanfaatkannya sebagai lahan bisnis. Maka tak heran bahwa banyak tayangan televisi, koran dan majalah yang menyediakan program atau kolom khusus tentang hal ini, bahkan ada koran atau majalah tertentu yang dari awal hingga akhir, isinya hanya tentang hal ini.
Kemudian fenomena yang keempat adalah “Nglulu.” Maaf, saya tidak tahu istilahnya dalam bahasa Indonesia, ini adalah istilah dalam bahasa jawa. Nglulu adalah menyuruh, mempersilakan, atau memberi sesuatu dengan tujuan untuk menyadarkan, menjerumuskan, atau sengaja ingin menyakiti, tapi dapat juga hanya sekedar humor. Ciri khasnya adalah ucapan menyuruh, mempersilakan atau memberi itu dilakukan secara berulang-ulang atau sangat berlebihan.
            Sedangkan fenomena yang kelima adalah apa yang  disebut dalam bahasa jawa dengan “Sawang-sinawang.” Saya juga tidak tahu istilahnya dalam bahasa Indonesia. Difinisinya kurang lebih adalah saling memandang bahwa kehidupan  orang lain lebih bahagia dari pada dirinya, atau keluarganya. Padahal kenyataannya belum tentu demikian, kita tidak tahu sesungguhnya seperti apa kehidupan orang atau keluarga itu. Bisa jadi orang atau keluarga itu bukannya bahagia, tetapi justru memendam depresi tersembunyi, mengalami keretakan keluarga, punya musuh, kelihatannya kaya dan punya perusahaan besar atau banyak; tetapi hutangnya jauh lebih banyak; atau perusahaannya hampir bangkrut, dan lain sebagainya.
            Kemudian fenomena yang keenam adalah Aura terutama fenomena tarik menarik atau sedot menyedot aura. Yang saya maksudkan adalah misalnya anda punya teman yang sangat baik pada anda. Tetapi pada saat itu di sekitar tempat anda berdua, ada seseorang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda . Dalam situasi seperti itu yang terjadi adalah anda, teman anda dan seseorang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda itu akan mengalami tarik-menarik atau sedot-menyedot aura, sehingga kalau aura anda lebih lemah daripada aura orang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda itu, maka bisa dipastikan bahwa teman anda secara tidak langsung diberi dua pilihan, yaitu akan berpihak pada siapa. Dalam kondisi semacam ini sangat wajar bila kemudian teman anda bersikap netral dan tidak simpatik atau bahkan justru berpihak pada orang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda itu. Dan anda kemudian merasa dikhianati atau merasa seakan-akan ada sesuatu energi yang diambil dari dalam diri anda, sehingga anda akan merasa tidak tentram.
            Demikianlah sedikit fenomena yang saya kenal. Sebenarnya selain itu  masih  ada banyak fenomena. Dan kita harus tahu, agar dapat mensikapinya dengan cerdik dan bijak.         

Murah Hati DaLam Mengampuni.



4. MURAH HATI DALAM MENGAMPUNI

            Salah satu hal tersulit di dunia ini adalah mengampuni,  bahkan para pertapa dan biarawan-biarawati pun menyatakan hal yang sama. Namun kita tahu bahwa apabila kita menuruti hukum kasih maka kita tidak boleh mengutuk, balas dendam, melawan kejahatan dengan kejahatan, melawan kekerasan dengan kekerasan melainkan kita harus selalu mengampuni. Apabila kita disakiti oleh orang lain, betapa parah sekalipun, tidak ada pilihan lain, satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah mengampuni. Sekali lagi saya tegaskan bahwa tidak ada jalan lain selain mengampuni. Memang mengampuni itu tidak mudah tetapi kita harus melakukan hal itu. Santo Paulus dalam Rom 12:17-21, memberi nasehat yang amat tepat, yaitu:

            “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasn, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”
            Dalam bahasa yang lain semua hal itu dapat disebut sabar. Berbicara tentang kesabaran, Budha Gautama pernah mengungkapkan bahwa kesabaran adalah perisai yang tidak bisa ditembus oleh senjata apa pun.

A. MACAM-MACAM MENGAMPUNI

Menurut saya mengampuni itu ada 4 macam yaitu:
a.      Mengampuni diri kita sendiri
b.      Mengampuni sesama
c.       Mengampuni gereja
d.      Mengampuni Tuhan

Untuk lebih jelasnya akan saya uraikan berikut ini:

a. Mengampuni diri kita sendiri

            Yang saya maksudkan dengan mengampuni diri kita sendiri adalah menerima kenyataaan bahwa kita adalah  makhluk yang tidak sempurna, namun tetap berjuang untuk mengalahkan ego kita. Kalau kita selalu menuntut kesempurnaan dari diri kita maka kita akan mudah stress, frustasi dan depresi manakala kita jatuh dalam dosa. Dan pengalaman itu akan terus menyiksa batin kita sendiri, sehingga kita tidak merasa damai dan sejahtera.
            Kita hendaknya tetap berjuang untuk hidup suci, namun kita tidak hanya mengandalkan diri kita sendiri, tetapi hendaknya kita juga mengandalkan Tuhan. Kita harus menerima dengan lapang hati apabila kita jatuh dan setelah itu bangkit kembali. Kita tidak perlu malu selalu jatuh bangun. Karena itulah inti sebuah perjuangan mengikuti Tuhan, yaitu kita tidak menyerah dan putus asa. Kita harus sadar bahwa hidup adalah suatu proses menuju kesempurnaan, yang tidak sekali jadi.
b. Mengampuni sesama

            Dalam perjalanan hidup, kita tidak mungkin lepas dari orang lain. Karena kita pada dasarnya adalah makhluk sosial.  Orang lain merupakan bagian dari sejarah, proses dan masa depan kita.
            Dalam hidup bersama orang lain kita tidak mungkin lepas dari rasa sakit hati. Setiap orang merasakannya walaupun reaksinya tidak sama. Ada yang dapat mensikapinya dengan bijaksana, ada yang menyerang secara membabibuta,  ada yang menarik diri, ada yang kompromi terhadap keadaan dan ada yang membiarkan dirinya dikendalikan egonya sendiri demi pembelaan diri agar tidak larut dalam emosi negatif yang memang dapat menjadi faktor pencetus seseorang menjadi   sakit jiwa.
            Rasa sakit hati yang kita rasakan kadang dapat karena kata-kata orang lain yang kasar dan menyakitkan, dapat karena perilaku dan sikap yang melecehkan, dapat karena kita ditipu atau dibohongi sehingga rugi secara sosial dan materi.  Pokoknya ada banyak sebab.
            Menurut pendapat saya kita tidak berkuasa membebaskan diri 100% dari rasa sakit hati. Perasaan itu datang begitu saja secara otomatis tanpa diundang, sebagai reaksi dari aksi pelanggaran orang lain. Memang ada orang-orang tertentu yang karena sudah melatih diri selama bertahun-tahun seolah-olah menjadi seperti tumbuh-tumbuhan, nyaris tidak bergerak, menerima saja apa yang diberikan alam. Orang-orang seperti ini seoalah-olah tidak mempunyai keinginan lagi dan selalu berkata, ”Biarlah…” bila sesuatu yang negatif menimpanya. Namun orang-orang seperti ini sangat sedikit bahkan menurut saya mungkin prosentasenya tidak ada 50% dari seluruh penduduk dunia. Orang-orang seperti ini menurut saya patut digelari dengan sebutan Santo atau Santa.

c. Mengampuni gereja

            Tidak kita pungkiri bahwa gereja sebagai tubuh mistik Tuhan Yesus yang diwakili oleh para biarawan-biarawati dan awam terpilih adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan-kesalahan, bahkan kesalahan-kesalahan fatal. Karena seperti yang kita tahu bahwa manusia selama hidup di dunia ini harus berjuang untuk mengalahkan egonya sendiri entah itu orang awam maupun biarawan-biarawati. Saya teringat akan kotbah Bapa Uskup pada hari penerimaan Sakramen Krisma: Ia mengatakan bahwa manusia dapat mengecewakan kita tetapi Tuhan Yesus tidak pernah dan tidak akan pernah mengecewakan kita.
            Memang ada beberapa pemimpin agama yang merasa diri kaum VIV/Eklusif yang tidak terjamah kaum lemah dan terpinggirkan. Dan mereka kadang terlalu ritual dan tidak mampu lagi melihat apa yang penting, serta mudah dipengaruhi gosip dan omongan negatif orang yang egois. Mereka benar melaksanakan hukum kasih tetapi hanya pada orang-orang khusus saja misalnya pada yang kaya, pada yang berwajah tampan, cantik atau memiliki banyak bakat. Kadang-kadang seolah-olah bilapun mereka berbuat kasih pada orang kecil mereka menginginkan popularitas dan kalau perlu mereka mengundang wartawan. Dan bila mereka berpikir tidak ada untungnya, mereka lebih baik tidak memberi kasih. Cintakasih yang benar-benar tulus dan murni sulit dicari. Padahal Tuhan Tuhan Yesus telah mengatakan bahwa ia hadir dalam diri orang-orang kecil, hina, lemah dan terpinggirkan. Semua ide luhur dan kotbah hebat pada akhirnya hanyalah teori belaka, yang enak diucapkan dan enak didengar namun tidak dilaksanakan.



d. Mengampuni Tuhan

            Tuhan memang tidak bersalah dan tidak akan pernah bersalah, dan justru kelirulah kita kalau kita menyalahkan Tuhan. Namun pada kenyataannya bila kita mengalami penderitaan dan kepahitan sedikit banyak kadang kita menyalahkan Tuhan, misalnya bila kita sudah bertekun berbuat baik dan rajin berdoa namun selalu gagal dalam pekerjaan dan bisnis, kita cuma punya anak tunggal tetapi meninggal karena sakit, kita mencari pacar tetapi tidak dapat-dapat, kita berangkat atau pulang dari berdoa bersama, latihan koor atau retret, tetapi mengalami kecelakaan di jalan, dan lain-lain.
            Memang tidak ada jaminan bahwa orang saleh hidupnya selalu mulus. Hukum alam menyamaratakan manusia dan Tuhan menerbitkan matahari dan menurunkan hujan  bagi orang benar maupun orang jahat. Namun sepahit apapun penderitaan kita, kita tidak boleh murtad. Kita tidak boleh goyah, kita harus tetap setia di jalan yang benar, dan hendaknya kita tidak terlalu mempedulikan akan masuk surga atau neraka, melainkan berbuat kasih semata-mata murni demi cinta pada Tuhan.

B. LANGKAH-LANGKAH MENGAMPUNI
           
            Adapun langkah-langkah mengampuni adalah sebagai berikut:
a.      Tahap curhat
b.      Tahap menumbuhkan niat untuk mengampuni
c.       Tahap bertindak mengampuni secara nyata





Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat satu persatu:

a. Tahap curhat        

            Apabila kita merasa sakit hati pada orang lain, emosi negatif itu dapat kita redakan dengan curhat pada orang yang dapat kita percaya misalnya anggota keluarga kita, sahabat baik kita, atau pembimbing rohani kita. Hal itu akan mencegah emosi itu merusak jiwa kita yang pada akhirnya dapat menyebabkan sakit jiwa atau kumat. Dan mencegah kita melampiaskan emosi itu dalam rupa tindakan-tindakan negatif yang dapat menciptakan masalah baru dan merugikan diri kita sendiri.

b.Tahap menumbuhkan niat untuk mengampuni

            Ada macam-macam cara untuk menumbuhkan niat untuk mengampuni antara lain adalah:

1.      Berdoa. Sebaiknya kita berdoa mohon rahmat agar dapat mengampuni semua orang yang telah melukai kita, dan mohon rahmat agar dapat melupakan semua rasa sakit hati kita.

2.      Menerima sakramen pengampunan dosa. Apabila kita berbicara tentang mengampuni, tidak lepas kaitannya dengan Sakramen pengampunan dosa, karena dengan cara yang ajaib apabila kita menerima Sakramen pengampunan dosa, kita akan dikuatkan untuk dapat mengampuni. Dan pada dasarnya cara ini adalah cara terampuh untuk menumbuhkan niat untuk mengampuni. Maka sebelum membaca bagian ini anda harus membaca dulu tentang pembahasan, ”Menerima Sakramen pengampunan dosa” yang ada di bab satu.
3.      Membaca ayat-ayat, perikop-perikop kitab suci dan bacaan-bacaan rohani yang mendorong kita untuk mengampuni. Ayat-ayat dan perikop-perikop kitab suci yang baik untuk tujuan ini antara lain adalah: Luk 6:37, Sir 28:2, Mat 6:12, Mat 6:14-15, Mat 18:21-35, Mat 25:31-46, Yak 2:14-26, 1 Yoh 4:20-21. Dan buku-buku yang berisi topik-topik tentang mengampuni dapat anda peroleh di toko-toko buku, terutama toko-toko buku rohani.

4.      Ikutlah Retret. Retret sangat membantu sekali untuk menyegarkan rohani kita dari polusi-polusi negatif racun dunia. Menurut saya tema retret yang sangat bagus sekali untuk tujuan menumbuhkan niat mengampuni adalah retret ”Penyembuhan luka-luka batin.”

d.      Tahap bertindak mengampuni secara nyata.

Pada akhirnya semua pemikiran dan pengetahuan tentang mengampuni hanyalah konsep. Dan konsep adalah tidak berguna tanpa tindakan nyata. Oleh sebab itu niat untuk mengampuni sedapat mungkin harus dimuarakan dalam bentuk tindakan agar tidak tinggal tertutup dalam hati. Memang hal ini akan terasa sulit sekali, apalagi bila kita sudah mendiamkan seseorang selama bertahun-tahun karena rasa sakit hati. Sebuah tindakan kasih akan terasa aneh dan berat untuk kita lakukan. Tetapi yakinlah bahwa semua itu bisa, bila kita memang mau. Tetapi seandainya pun anda tidak sanggup melakukannya anda dapat mencantumkan nama orang itu dalam daptar doa persembahan anda, yaitu persembahan doa-doa, semua perbuatan baik dan semua penderitaan anda pada Tuhan, untuk orang-orang yang anda doakan yang antara lain adalah orang-orang yang ingin anda ampuni.
            Itulah langkah-langkah untuk mengampuni yang telah saya pakai selama bertahun-tahun dan berhasil untuk saya. Saya harap langkah-langkah itu pun akan berhasil untuk anda juga.