1. MILIKILAH BANYAK SAHABAT
Ciri khas orang yang
telah mampu menjalin hubungan sosial yang sehat dan harmonis adalah memiliki
banyak sahabat. Sahabat adalah seseorang
yang sangat dekat dengan kita dan ia rela melakukan apa saja yang baik demi
kebahagiaan kita. Sahabat lebih dari sekedar teman, kenalan dan kolega. Pada
teman, kenalan dan kolega apa yang kita bicarakan kepada mereka adalah hal-hal
yang dangkal, yang biasanya adalah hal-hal umum, kelebihan-kelebihan dan
kegembiraan-kegembiraan kita saja. Tetapi pada seorang sahabat percakapan kita
lebih mendalam. Padanya kita sering curhat dan mengungkapkan sisi-sisi lemah
kita bahkan masalah-masalah pribadi kita, seperti kekecewaan, kesedihan dan
kemarahan kita. Dan bila kita sedang gembira atau mendapat nasib baik, dia
adalah orang pertama yang kita beritahu. Dan dia adalah orang pertama yang kita
mintai pertolongan bila kita sedang kesusahan dan biasanya ia akan dengan
senang hati menolong kita.
Banyak hal positip yang kita alami
dan rasakan bila kita mempunyai sahabat. Sahabat sebaiknya lebih dari satu,
entah dia pria atau wanita, semakin banyak semakin baik. Memiliki sahabat
adalah sangat penting sebagai cara belajar awal membangun hubungan yang sehat
dan harmonis dalam masyarakat yang lebih luas. Pada sahabat kita dapat belajar
artinya mengasihi dan dikasihi, memberi dan menerima, mendengarkan dan didengarkan,
rendah hati, sabar, mengalah, setia, gembira, damai dan masih banyak lagi.
Berdasarkan pengalaman hidup saya,
kita akan lebih bahagia bila kita punya sahabat. Dan bila kita mengalami
kesusahan dan penderitaan, mereka akan meringankan kesusahan dan penderitaan
kita.
Sejujurnya saya ungkapkan pada anda
bahwa waktu SD, SMP, SMA dan kuliah saya tidak mempunyai sahabat seorang pun
juga. Hidup saya terasa hampa, bingung dan gersang. Saya menanggung segala
penderitaan jiwa saya sendirian. Mungkin inilah penyebab utama saya mengalami
sakit jiwa atau justru itu semua adalah akibat penyakit jiwa saya sehingga saya
tidak mampu membangun hubungan intim dengan orang lain sebagai sahabat.
Kehidupan sosial saya berubah sejak saya keluar dari rumah sakit jiwa untuk
yang ketiga kalinya yaitu bulan Agustus tahun 2003. Sejak saat itu saya
memutuskan untuk terbuka dan berusaha memiliki sebanyak mungkin sahabat, baik
pria maupun wanita. Cara saya mencari sahabat adalah dengan berkenalan, suka
menyapa, suka ngobrol, perhatian, jujur, setia dan tulus pada orang-orang yang
ingin saya jadikan sahabat. Dengan cara seperti ini saya kini mempunyai banyak
sahabat. Mereka semuanya sangat baik pada saya, dan kami saling mengasihi.
Kesediaan untuk mengobrol sangat
penting peranannya dalam membina relasi dengan sahabat-sahabat kita.
Berdasarkan pengalaman saya, ngobrol pun ada seninya yaitu kita jangan
terburu-buru meloncat-loncat dari satu topik ke topik lainnya, akan lebih baik
bila satu demi satu topik didalami sehingga obrolan itu semakin lama semakin
mendalam. Orang kadang-kadang terburu-buru meloncat-loncat dari satu topik ke
topik lain sehingga terkesan aneh, ini sebenarnya dapat dipahami yaitu mungkin
lawan bicaranya tidak suka banyak omong atau hanya diam saja, sehingga ia tidak
tahan dan merasa tidak enak dalam keadaan vakum (kosong, hampa, sepi, diam)
dalam kondisi semacam ini kita dapat tetap santai dan tenang dan mengobrolkan
satu demi satu topik secara mendalam, dan topik yang kita obrolkan tidak harus
sesuatu yang penting, yang penting disukai kedua belah pihak.
Dalam berkomunikasi dengan orang
lain kadang-kadang kita akan menjumpai orang-orang yang pandai mempermainkan
rasa hati orang. Orang-orang ini sangat tega dan pintar. Ia sering menunjukkan
sikap dan perilaku yang berubah-ubah, kadang-kadang menunjukkan sikap dan
perilaku yang bersahabat dan kadang-kadang sebaliknya, misalnya: bila kita
bersemangat dan antusias padanya tetapi justru ia bersikap dingin dan acuh,
bila kita menceritakan sesuatu yang lucu atau menarik padanya, ia tidak tertawa
dan menunjukan sikap tidak tertarik, bila kita membantunya ia tidak mengucapkan
terimakasih, bila kita memberitahu sesuatu hal yang penting padanya yang ia
belum tahu, ia akan bilang bahwa ia sudah tahu, bila kita mengharapkan dukungan
dan persetujuannya, ia akan justru melawan, menolak atau bersikap netral. Saya
tidak tahu persis apa motivasi mereka berbuat dan bersikap seperti itu, tetapi
saya menduga bahwa itulah trik atau cara yang ia pakai agar diterima oleh kita
dan agar kita menganggapnya lebih tinggi derajatnya dari diri kita, walaupun
trik atau cara ini kadang-kadang justru membuat ia dijauhi, dibenci dan
dimusuhi.
Dilain sisi ada orang-orang tertentu
yang polos, apa adanya dan sederhana. Ia seperti anak-anak kecil yang berhati
suci. Sikap, tindakan, dan kata-katanya benar-benar sederhana, jujur, tanpa
topeng dan trik. Bergaul dengan orang-orang seperti ini adalah sungguh sangat
menyenangkan. Bila disimbolkan dalam bentuk binatang, orang-orang seperti ini
adalah seperti anjing, yang bila ia menyukai kita ia akan mengibas-ngibaskan
ekornya, berlari menemui kita dan
menjilat-njilat bagian tubuh kita, bahkan ia seakan-akan ingin dipeluk atau
dibelai-belai. Tetapi bila ia tidak menyukai kita, ia akan menggonggong dengan
tidak simpatik, ekornya berdiri dengan kakunya atau ngawet (kaku ke bawah) dan
ia tidak segan-segan menggigit kita.
Tetapi saya ingin mengungkapkan
bahwa orang yang baik secara sempurna itu tidak ada, Biarawan-Biarawati juga
tidak sempurna, bahkan Santo atau Santa pun juga tidak sempurna. Hanya Tuhan
yang baik secara sempurna. Kalau kita ingin punya banyak sahabat kita harus
belajar menerima dengan tentram segala kekurangan orang lain, terutama segala
kekurangan sahabat-sahabat kita.
Apabila anda mengenal seseorang dan
atas pertimbangan tertentu anda tidak berniat untuk menjadikannya sahabat anda,
salah seorang teman saya memberi sebuah tip yang jitu yaitu: “Berbuat baiklah
padanya tetapi sebaiknya jangan akrab.” Konkretnya jangan lama-lama
ngobrol/cangkrukan dengannya, supaya
anda tidak menjadi bagiannya. Apabila anda melakukan hal ini, orang itu akan
segan untuk berbuat jahat pada anda. Ini berlaku apabila orang itu adalah
seseorang yang licik, suka memanfaatkan orang, sering mendalangi kasus
kriminal, atau pun sering melakukan tindak kekerasan sendiri secara langsung.
Atau orang-orang tertentu yang tidak anda sukai, atas berbagai pertimbangan,
yang hanya anda sendiri yang tahu. Ini penting supaya anda tidak
dilunjaki/dilamaki, dan supaya tidak terlalu banyak terlibat suatu masalah yang
pada akhirnya dapat merusak suasana damai dalam hati dan pikiran anda.
Saya ingin mengungkapkan bahwa memiliki banyak
sahabat itu dapat diibaratkan sebagai sapu lidi dimana apabila lidi itu hanya
satu, ia mudah dipatahkan dan tidak dapat diberdirikan dengan tegak, tanpa
menancapkannya ke tanah tentunya. Tetapi bila lidi-lidi itu dikumpulkan dan
ditali menjadi sebuah sapu lidi, maka lidi yang mulanya hanya satu itu akan
tidak mudah dipatahkan dan akan bisa diberdirikan dengan tegak tanpa
menancapkannya ke tanah, dan seperti yang anda tahu bahwa apabila lidi itu
hanya satu, lidi itu tidak bisa digunakan untuk menyapu tetapi apabila sudah
menjadi sebuah sapu, lidi-lidi itu akan sangat bisa digunakan untuk menyapu,
bahkan dapat digunakan sebagai sebuah senjata.
Syarat-syarat seorang sahabat yang setia
1. Memuaskan dia dalam segala sesuatu yang setahu kita
berkenan di hatinya.
2. Bergembira bersama dia dalam kesuksesan, keuntungn
serta kemenangannya.
3. Mengutarakan rahasia-rahasia kita dan memberitahukan
hal-hal yang bersifat pribadi kepadanya.
4. Berbicara baik tentang sahabatnya dalam segala
kesempatan.
5. Bersedia mengurbankan milik, hidup serta kehormatan
kita demi dia.
(Sumber:
buku “Santo Yohanes dari Salib”, yang disusun oleh H.Pidyarto.O,Carm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar