Kamis, 10 Oktober 2013

Fenomena SosiaL.



FENOMENA SOSIAL.
                                                  
Berbicara tentang hubungan antar manusia, sedikitnya ada enam fenomena yang menarik hati saya yaitu yang pertama apa yang disebut “Cocok-cocokan”, misalnya Si A lebih cocok dengan Si B tapi tidak cocok dengan Si C dan Si C lebih cocok dengan Si Z dan seterusnya. Berdasarkan pengalaman hidup saya, tipe orang yang sama akan mengumpul menjadi satu dan cenderung lebih cocok, maka tidak heran bahwa tanpa kita sadari kita ternyata terkotak-kotak, dalam kondisi extrim disebut terpecah-pecah. Dan biasanya kelompok tipe yang satu merasa tidak menyukai bahkan benci pada kelompok tipe yang lain. Kita semua ditantang untuk mengalahkan semua kecenderungan ini, sehingga kita menjadi semakin terbuka pada semua orang, dan mampu mengasihi mereka dengan tulus dan senang hati, dalam hal ini dibutuhkan banyak kerendahan  hati, kemurahan hati dalam mengampuni dan kesediaan untuk menanggung rasa sakit. Kita harus banyak belajar dari Santa Theresia Lisieux, dimana ia mampu bergaul dengan baik dengan semua orang, dan ia justru mengambil keputusan mengutamakan bergaul dengan orang-orang yang tidak menyenangkannya bahkan yang amat menjengkelkannya.
 Fenomena yang kedua adalah  apa yang sering  disebut dengan “Menyindir.” Menyindir adalah mengatakan sesuatu hal pada orang yang dituju, tetapi diungkapkan secara tidak langsung, biasanya orang yang menyindir itu berbuat seolah-olah dirinya sedang berbicara tentang sesuatu hal yang berbeda pada lawan bicaranya; entah orang yang dituju itu sendiri atau orang lain yang ada di dekatnya. Tujuannya biasanya: bisa hanya sekedar humor, ingin menyadarkan atau ingin sengaja menyakiti secara tidak kentara sehingga apabila orang yang disindir itu marah atau memberikan komentar tertentu ia akan dengan mudah mengatakan bahwa ia tidak sedang membicarakan hal itu, atau tidak sedang membicarakannya.
            Fenomena yang ketiga adalah “Ngerumpi”, “Ngegosif”, atau “Rasan-rasan.” Yaitu adalah membicarakan di belakang layar, atau membicarakan pada saat orang yang bersangkutan itu tidak ada. Isinya tidak selalu negatif, bisa juga isinya berupa pujian dan kata-kata positip tentang orang yang bersangkutan. Tujuannya bisa macam-macam, antara lain adalah ingin sekedar mengisi obrolan saja dari pada bengong, ingin menjelek-njelekkan, ingin menjatuhkan nama baik orang yang bersangkutan, orang yang sedang ngerumpiin itu; ingin memperoleh dukungan, persahabatan, atau simpati lawan bicaranya dan lain-lain. Biasanya orang yang terlibat di dalamnya lebih dari satu orang, namun seorang Skizofrenia dapat ngerumpiin orang lain sendirian, karena jiwanya retak/pecah menjadi dua bagian atau lebih, maka ia dapat berkomunikasi dengan pecahan jiwanya sendiri seolah-olah ia berkomunikasi dengan orang lain. Sebenarnya ngerumpi, ngegosip atau rasan-rasan itu lebih banyak segi negatifnya ketimbang segi positifnya, namun hampir semua orang menyukainya baik pria maupun wanita, dan karena mengetahui hal ini, media memanfaatkannya sebagai lahan bisnis. Maka tak heran bahwa banyak tayangan televisi, koran dan majalah yang menyediakan program atau kolom khusus tentang hal ini, bahkan ada koran atau majalah tertentu yang dari awal hingga akhir, isinya hanya tentang hal ini.
Kemudian fenomena yang keempat adalah “Nglulu.” Maaf, saya tidak tahu istilahnya dalam bahasa Indonesia, ini adalah istilah dalam bahasa jawa. Nglulu adalah menyuruh, mempersilakan, atau memberi sesuatu dengan tujuan untuk menyadarkan, menjerumuskan, atau sengaja ingin menyakiti, tapi dapat juga hanya sekedar humor. Ciri khasnya adalah ucapan menyuruh, mempersilakan atau memberi itu dilakukan secara berulang-ulang atau sangat berlebihan.
            Sedangkan fenomena yang kelima adalah apa yang  disebut dalam bahasa jawa dengan “Sawang-sinawang.” Saya juga tidak tahu istilahnya dalam bahasa Indonesia. Difinisinya kurang lebih adalah saling memandang bahwa kehidupan  orang lain lebih bahagia dari pada dirinya, atau keluarganya. Padahal kenyataannya belum tentu demikian, kita tidak tahu sesungguhnya seperti apa kehidupan orang atau keluarga itu. Bisa jadi orang atau keluarga itu bukannya bahagia, tetapi justru memendam depresi tersembunyi, mengalami keretakan keluarga, punya musuh, kelihatannya kaya dan punya perusahaan besar atau banyak; tetapi hutangnya jauh lebih banyak; atau perusahaannya hampir bangkrut, dan lain sebagainya.
            Kemudian fenomena yang keenam adalah Aura terutama fenomena tarik menarik atau sedot menyedot aura. Yang saya maksudkan adalah misalnya anda punya teman yang sangat baik pada anda. Tetapi pada saat itu di sekitar tempat anda berdua, ada seseorang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda . Dalam situasi seperti itu yang terjadi adalah anda, teman anda dan seseorang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda itu akan mengalami tarik-menarik atau sedot-menyedot aura, sehingga kalau aura anda lebih lemah daripada aura orang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda itu, maka bisa dipastikan bahwa teman anda secara tidak langsung diberi dua pilihan, yaitu akan berpihak pada siapa. Dalam kondisi semacam ini sangat wajar bila kemudian teman anda bersikap netral dan tidak simpatik atau bahkan justru berpihak pada orang yang sangat anda benci atau sangat membenci anda itu. Dan anda kemudian merasa dikhianati atau merasa seakan-akan ada sesuatu energi yang diambil dari dalam diri anda, sehingga anda akan merasa tidak tentram.
            Demikianlah sedikit fenomena yang saya kenal. Sebenarnya selain itu  masih  ada banyak fenomena. Dan kita harus tahu, agar dapat mensikapinya dengan cerdik dan bijak.         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar