Kamis, 10 Oktober 2013

Berpikir Positip.



2. BERPIKIR POSITIP

Menurut saya di dalam diri setiap orang ada suara-suara yang baik (Suara-suara hati nurani/ suara-suara Tuhan), dan juga ada suara-suara yang buruk (Suara-suara setan), tetapi setiap orang bisa berkehendak bebas. Berpikir positip berarti berkehendak untuk hanya mendengarkan dan mematuhi suara-suara yang baik itu. Apabila anda pernah mengalami sakit jiwa, anda akan tahu bahwa suara-suara itu sudah tidak dapat dipercaya lagi, baik suara-suara yang baik, lebih-lebih suara-suara yang buruk, karena sudah dikacaukan oleh suara-suara halusinasi dan paranoid kita, yang sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri dan kita buat sendiri, namun seolah-olah disuarakan oleh orang lain. Singkatnya suara-suara kahyalan diri kita sendiri. Sebaiknya suara-suara halusinasi dan paranoid itu anda cuekkan semua, baik suara-suara yang buruk, maupun suara-suara yang baik. Namun usahakanlah setiap saat hanya berbuat apa yang baik.
Sekali lagi saya sarankan agar anda mencuekkan semua suara halusinasi dan paranoid itu, baik suara-suara yang buruk, maupun suara-suara yang baik, dan berusahalah setiap saat hanya berbuat apa yang baik. Untuk dapat melakukan hal ini maka praktekkanlah doa Yesus dan berkonsentrasilah pada nafas dan rumusan doa Yesus anda sepanjang hari, singkatnya sebaiknya anda lakukan setiap kali anda bernafas. Jadi ketika suara-suara halusinasi dan paranoid itu menyerang anda, berkonsentrasilah pada nafas dan rumusan doa Yesus anda. Saya yakin 100%, apabila anda mempraktekan hal ini, anda akan sembuh dan akan tetap sehat, terutama bila anda menderita sakit jiwa jenis Skizofrenia atau setiap jenis penyakit jiwa yang memiliki gejala halusinasi dan paranoid. Selain itu, anda akan lebih percaya diri, bahkan anda akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang lebih besar dari itu, tetapi jangan lupa tetaplah meminum obat anda, tidurlah yang cukup, bekerjalah setiap hari, dan jalinlah hubungan sosial yang sehat dan harmonis. Apabila anda belum jelas tentang hal ini sebaiknya anda membaca ulang pembahasan khusus tentang doa Yesus, yang ada di Bab I.
Menurut saya ciri khas orang yang berpikir positip adalah hati dan pikirannya dipenuhi oleh cintakasih, hal-hal yang indah, hal-hal yang baik, hal-hal yang luhur dan hal-hal yang bersifat ilahi. Cara melatihnya antara lain adalah dengan sebanyak dan sesering mungkin mengkonsumsi makanan rohani yang bergizi, misalnya dengan rajin bekerja, rajin berdoa, rajin mengikuti Misa kudus, sering membaca buku-buku rohani dan buku-buku tentang kesehatan jiwa, memiliki banyak sahabat, menggabungkan diri pada orang yang baik, dan lain-lain
            Pada suatu hari Dokter Gitohoesodo menceritakan pada saya tentang sebuah film yang berjudul, “A Beautiful Mind”, yang dibintangi oleh Russell Crowe, karena sangat tertarik maka saya segera pergi ke tempat persewaan VCD dan meminjam VCD film itu., kemudian menontonnya sendiri. Adapun film itu diangkat dari sebuah kisah nyata tentang perjuangan seorang penderita sakit jiwa  jenis Skizofrenia, yang bernama Dr.John Nash, untuk bisa sembuh dari penyakit jiwanya, dengan cara melawan dan mencuekkan suara-suara halusinasi, yang menipu, mengkontrol, dan menguasainya. Perjuangannya teramat sangat berat sebab ia pun mengalami halusinasi penglihatan, sehingga ia tidak hanya mendengar melainkan melihat figur-figur kahyalannya itu, yang membuatnya hampir-hampir tidak bisa membedakan antara kahyalan dan kenyataan. Namun puji Tuhan, istrinya tetap setia, sangat mencintai, dan sangat mendukung perjuangannya. Saya kira  setiap penderita sakit jiwa akan sangat beruntung bila punya istri atau suami seperti dia. Dan untunglah kenalan-kenalannya sangat mendukungnya juga, yang akhirnya mereka menjadi sahabat-sahabat baiknya, karena sebelumnya ia sama sekali tidak punya sahabat. Entah mengapa dulu ia merasa tidak disukai oleh setiap orang yang dijumpainya, dan ia pun cenderung untuk tidak menyukai mereka, bahkan menjauhi dan suka menyendiri, baik waktu pesta, apalagi waktu menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Namun berkat perjuangannya ia menjadi mampu membangun hubungan yang sehat dan harmonis dengan banyak orang, dan ia sembuh dari sakit jiwanya. Kesuksesannya mencapai puncaknya ketika ia mendapat hadiah Nobel di Swedia pada tahun 1994. Dimana teori matematikanya mempengaruhi pasar dunia, ketenagakerjaan nasional, bahkan evolusi biologi. Saya rasa anda pun sebaiknya menonton film itu, karena film itu sangat merangsang kita untuk berpikir positip. Hal yang paling berkesan yang saya dapat adalah ia tidak putus asa, ia berjuang dengan gigih agar bisa sembuh. Saya rasa kita pun patut meneladaninya. Berikut ini adalah beberapa kutipan dari kesaksian hidupnya:

“Aku masih lihat hal-hal yang tak ada. Aku hanya memilih tak mengakuinya, seperti diet pikiran, aku memilih tak meladeni selera tertentu, seperti seleraku akan pola.”

“Mereka masih ada. Mungkin akan tetap begitu. Tapi aku terbiasa abaikan mereka. Dan mereka akan menyerah.”

“Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional dan kembali. Telah kudapatkan penemuan paling penting dalam karirku, penemuan paling penting dalam hidupku: “Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa ditemukan.”

Martin Gray, salah seorang yang selamat dari peristiwa Ghetto Warsawa dan maha bencana, menuliskan kisah hidupnya dalam sebuah buku yang berjudul: ”Bagi mereka yang ku kasihi.” Diceritakannya bagaimana sesudah peristiwa maha bencana itu ia berusaha membangun kembali hidupnya,  menjadi orang yang berhasil, menikah dan memiliki keluarga.  Hidupnya rupanya menjadi lebih baik sesudah ia mengalami peristiwa-peristiwa yang mengerikan selama berada di kamp konsentrasi. Namun kemudian pada suatu hari, istri dan anak-anaknya tewas ketika api yang berasal dari kebakaran hutan ikut memusnahkan rumahnya di bagian selatan Perancis. Gray sangat berputus asa, hampir-hampir mencapai titik kehancuran akibat tragedi tambahan ini. Kenalan-kenalannya mendesaknya agar menuntut yang berwajib menyelidiki secara tuntas dari mana sumber api itu, tetapi ternyata ia memilih menggunakan sumber-sumber kemampuannya untuk memulai gerakan perlindungan alam dari bahaya kebakaran. Ia menjelaskan bahwa suatu penyelidikan dan penyidikan hanya akan memusatkan perhatian pada masa lampau, pada soal-soal yang menyangkut penderitaan dan kesedihan serta mencari siapa yang salah. Ia ingin memusatkan perhatian pada masa depan. Suatu penyidikan akan membuatnya bertentangan dengan orang lain: “Apakah ada orang yang sembrono? Siapakah yang bersalah?” dan menjadikannya bermusuhan dengan orang lain, mendorongnya untuk menemukan siapa yang jahat, menuduh orang lain bertanggungjawab atas kemalangan itu, alhasil hanya akan membuat orang yang tengah kesepian menjadi semakin kesepian. Ia menyimpulkan bahwa hidup ini harus dijalani demi sesuatu, bukan hanya melawan sesuatu.
            Seperti Martin Gray dalam menghadapi penderitaan dalam bentuk apapun juga, termasuk menderita sakit jiwa, kita tidak boleh bereaksi secara negatif. Sebaiknya kita mengambil hikmah dari penderitaan tersebut kemudian melupakan masa lalu dan memusatkan diri pada masa depan. Pertanyaan yang patut kita ajukan adalah: “Setelah semua ini terjadi, lantas apa yang mesti kukerjakan?” Sebagai pertimbangan untuk menyusun pertanyaan yang patut diajukan, saya teringat akan ungkapan salah seorang Frater yang  ia kutip dari orang lain, saya lupa siapa namanya, bahwa yang penting bukan jawabannya tetapi benar pertanyaannya, karena dengan menyusun pertanyaan yang benar kita akan cenderung mendapatkan jawaban yang benar, tetapi apabila pada awalnya pertanyaannya sudah salah maka jawabannya tidak ada gunanya bahkan sia-sia dan dapat menjerumuskan kita. (Sumber: Buku ”Derita, kutuk, atau rahmat” karangan Harold S. Kushner).
            Berpikir positip juga berarti berpikir sederhana dan tanpa prasangka. Untuk menjelaskan hal ini saya akan mengutipkan untuk anda pengalaman seorang pengacara terkenal bernama Gerry spence, yang ditulisnya dalam buku berjudul “Seni berargumentasi dan menang setiap saat”, berikut ini:
            “Kami baru saja kembali dari bulan madu dan menempati rumah kami yang baru. Pagi berikutnya adalah hari pertama saya kembali bekerja di kantor. Sorenya saya sudah bersiap-siap akan pulang untuk makan malam. Saya tahu Imaging , telah menyiapkan secara khusus acara makan malam hari itu ketika saya memutuskan, demi Tuhan, tidak, saya tidak akan pulang ke rumah! Saya telah mengalami persoalan-persoalan yang kronis dalam hubungan perkawinan saya sebelumnya karena tidak dapat pulang ke rumah tepat pada waktunya. Tanpa sadar saya masih terbelenggu pada sebuah hubungan yang telah lama berlalu. Setelah memutuskan untuk tidak pulang ke rumah tepat waktu, saya pergi ke sebuah restoran di mana saya bertemu dengan seorang sahabat. Kami duduk bercakap-cakap sambil minum kopi. Waktu makan malam telah berlalu, tetapi saya tidak akan pulang untuk makan malam tepat pada waktunya. Saya berpikir, “Saya baru saja memasuki perkawinan ini, maka saya akan menetapkan beberapa peraturan dasar pada malam pertama saya pulang ke rumah.”
            Saya minum kopi dan bercakap-cakap dengan sahabat saya itu  hingga lebih dari satu jam dari waktu makan malam di rumah. Ketika saya tiba di depan pintu rumah, apa yang saya hadapi sangatlah mengejutkan. Saya tidak disambut dengan teguran, atau dengan hukuman yang terburuk yaitu didiamkan, tapi malah disambut dengan ciuman mesra dan senyuman hangat.
            “Halo sayang. Makan malammu saya letakkan di dalam oven supaya tetap panas,” kata Imaging. Ia menyiapkan makan malam yang luar biasa dihadapan saya dan duduk menemani saya.
            “Saya sudah makan satu jam yang lalu,” katanya, “saya harap makan malam ini cocok untukmu.” Dan itulah satu-satunya komentar - tidak ada pertanyaan tersembunyi, tidak ada keluhan, tidak ada kemarahan yang tersembunyi, tidak sesuatu pun kecuali senyuman dan kelembutan.
            Saya tidak dapat mempercayainya. Ini pasti sebuah sandiwara. Saya bersumpah untuk mencobanya sekali lagi. Malam berikutnya saya bertemu lagi dengan sahabat saya untuk minum kopi. Saya kembali terlambat satu jam, dan tetap mendapatkan pelayanan yang baik ketika pulang ke rumah. Ketika duduk untuk makan malam saya memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan istri saya yang baru ini.
“Tidakkah kamu sedikit marah pada saya karena saya terlambat pulang untuk makan malam?” tanya saya.
“Tentu saja tidak,” jawabnya. Ia kelihatannya heran.
“Kamu telah menyiapkan makan malam dan saya datang terlambat. Lebih lagi saya tidak minta maaf.”
“Saya pikir kamu sibuk di kantor dengan hal-hal yang penting. Kalau tidak kamu tentu akan pulang ke rumah.”
“Oh,” kata saya.
“Lagipula,” katanya lagi, “Kamu adalah seorang laki-laki dewasa. Laki-laki dewasa tidak memerlukan seseorang untuk memberitahu kapan harus pulang untuk makan malam,” dan hanya sampai di situ saja kejadiannya.
            Sejak itu saya tidak pernah lagi dengan sengaja terlambat untuk makan malam dalam tahun-tahun perkawinan kami. Kepercayaan menghasilkan kepercayaan, dan saya menjadi dapat dipercaya.
            Berpikir positip juga berarti melihat sisi baik dari suatu kejadian yang buruk. Hal itu diajarkan oleh seorang adik perempuan saya pada saya. Begini ceritanya: Pada suatu hari adik saya meminjam klise foto pribadi terbaik yang pernah saya punya untuk dicetaknya. Tetapi ia lupa dan klise foto itu ikut terendam dalam cucian. Ketika ia memberi tahu saya, dari reaksi saya, ia tahu bahwa saya kecewa. Tetapi ia berbicara sesuatu yang sangat menyejukkan hati saya, yaitu “Kan bisa foto lagi Mas! Dan hasilnya bisa lebih baik dari itu!”.
            Berpikir positip sangat erat kaitannya dengan rasa syukur, di bawah ini saya akan mengutipkan untuk anda suatu rangkaian kata yang berjudul “Bersyukur”, yang saya temukan di papan pengumuman. Entah siapa pembuatnya saya tidak tahu. Saya harap ia tidak keberatan karyanya saya cantumkan di sini, tanpa menyebutkan namanya.

Bersyukur


Mendengar keluargaku ngomel-ngomel di rumah,
berarti aku masih punya keluarga yang utuh.

Merasa lelah dan pegal linu hampir setiap sore,
berarti aku mampu bekerja keras.

Membersihkan piring dan gelas kotor setelah kedatangan tamu di rumah, berarti aku masih dikelilingi sesamaku.

Pakaianku terasa agak sempit,
berarti aku masih bisa makan cukup kenyang.

Mencuci dan menyetrika tumpukan baju sendiri,
berarti aku memiliki pakaian cukup.

Membersihkan halaman rumah, membersihkan kamar, dan lain-lain, berarti aku memiliki tempat tinggal yang layak.

Duduk di bangku belajar,
Berarti aku masih bisa sekolah.
Mendengar nyanyian suara yang fals,
berarti aku bisa mendengar.

Melihat jam berputar berganti waktu,
berarti aku masih hidup.

Akhirnya…… aku perlu bersyukur dapat membaca tulisan ini.

Sebagai bahan renungan sekali lagi saya ingin mengutip kata-kata salah satu orang bijak yaitu bahwa menurutnya berpikir positip itu berarti: Menerima dengan tentram segala kekurangan di dalam diri kita yang tidak   dapat diubah, berusaha untuk mengubah segala kekurangan di dalam diri kita yang dapat dan harus diubah, dan berusaha sebijak mungkin  untuk membedakan antara keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar