SELAMAT
JALAN AYAH
Ayahku bernama
Achilles Slamet Raharjo. Pada hari selasa, tanggal 10 Nopember 2009, jam 07.45, aku ditelepon kakak dan
ibuku yang mengabarkan bahwa ayah telah meninggal dunia pada jam 07.00 pagi.
Ibu mengatakan bahwa ayah akan dimakamkan pada hari itu juga jam 14.00. Beliau
mengatakan bahwa bila aku pulang ke Jakarta maka aku pasti sudah tidak bertemu ayah lagi, karena ayah akan dimakamkan pada hari itu juga.
Meskipun begitu aku memutuskan bahwa aku harus segera pulang ke Jakarta. Aku pulang dengan naik
kereta api Matarmaja yang berangkat jam 15.00 dari stasiun Kota Baru, Malang,
dan dijadwalkan sampai di stasiun Pasar Senen, Jakarta pada jam 09.15 pagi.
Sepanjang perjalanan kakak dan adik-adikku berpesan agar
aku hati-hati dan tidak terburu-buru. Di dalam kereta api aku menjumpai ada
tempat duduk untuk tiga orang yang masih kosong, hal itu terus berlanjut sampai
stasiun Pasar Senen, sehingga aku bisa duduk dan tidur dengan leluasa. Hal ini
belum pernah aku alami sebelumnya, selama aku sering naik kereta api.
Seolah-olah ayah menemani aku selama dalam perjalanan.
Dalam
perjalanan aku teringat bahwa pada liburan hari raya Idul Fitri tahun
sebelumnya ayah sudah pamitan padaku, pada waktu itu beliau membacakan padaku
sebuah perikop ayat kitab suci perjanjian baru yang berjudul: “Perumpamaan
tentang orang-orang upahan di kebun anggur”, yaitu diambil dari Mat 20:1-16,
yaitu sebagai berikut:
“Adapun
hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar
mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan
pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun
anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi
orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu
ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun
pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan
melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan
mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu
menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada
orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun
anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggilah
pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk
terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai
bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih
banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka
menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang
masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan
kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.
Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak
adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah
bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini
sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut
kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau karena aku murah hati? Demikianlah
orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi
yang terakhir.”
Menurut
ayah perumpamaan ini menyatakan bahwa Tuhan itu murah hati dan semua orang
dikasihi oleh Tuhan termasuk aku, jadi aku tidak boleh minder.
Kemudian
setelah itu ayah mengungkapkan keinginannya bahwa apabila beliau meninggal,
beliau tidak ingin menyusahkan orang lain atau dalam keadaan diinfus-infus atau
menjadi bunga tempat tidur, beliau ingin meninggal dalam keadaan tenang. Dan
cita-cita ayah ini terkabul.
Kira-kira
jam 11.00 pagi tibalah kereta api yang aku tumpangi di stasiun Pasar Senen,
Jakarta. Disitu sudah menunggu pacarku yang bernama Yuliana Winarni. Kemudian
kami sama-sama pulang ke rumahku di Jakarta.
Sesampai
di rumah aku segera mandi setelah itu aku diajak makan oleh Ibuku.
Saudara-saudaraku mengatakan bahwa Ibu sudah tidak makan seharian sebelumnya,
tetapi begitu aku datang Ibu mengajak dan menemani aku makan.
Pada
malam harinya kami satu keluarga berkumpul, yaitu: ketujuh saudara kandungku,
istri kakakku, suami adikku dan keponakan-keponakanku.
Pada
waktu itu adik laki-lakiku bercerita bahwa sebelum meninggal ayah telah
berpesan kepadanya agar apabila beliau meninggal, beliau ingin dimakamkan di
Pondok Rangon. Dan sesuai permintaan ayah semua itu dikabulkan. Dan ternyata
apa yang diinginkan ayah yang beliau katakan padaku juga diungkapkan pada adik
laki-lakiku itu. Kemudian ia bercerita bahwa sebelum meninggal ayah mengucapkan
terimakasih kepadanya, yang kemudian oleh adikkku itu dijabarkan bahwa ayah
mengucapkan banyak terimakasih pada Ibu, semua anak-anaknya dan pada semua
orang yang telah membantunya selama beliau masih hidup sampai saat pemakamannya
dan sampai selamanya.
Kemudian
kakakku mengatakan bahwa ayah meninggal dengan sempurna karena ayah sebelum
meninggal pada hari minggu sudah menerima Komuni Kudus kemudian hari seninnya menerima sakramen
perminyakan dan sakramen pengakuan dosa setelah itu hari selasa pagi meninggal
dunia. Kemudian beliau mengatakan bahwa pada tanggal satu Nopember adalah hari
raya semua orang kudus lalu tanggal dua Nopember adalah hari peringatan arwah
semua orang beriman. Menurut kakakku yang adalah seorang Koster menyatakan
bahwa menurut kepercayaan agama Katolik apabila kita berdoa bagi orang
yang sudah meninggal mulai tanggal dua Nopember hingga tanggal sepuluh Nopember
maka orang yang kita doakan itu
akan mendapat indulgensi penuh yang artinya diampuni dosa-dosanya selama ia
hidup di dunia ini. Dan ayah
rajin berdoa dalam ujud ini sampai tanggal sepuluh Nopember. Jadi menurut kakakku ayah meninggal dengan sempurna.
Kemudian
ibu bercerita bahwa sebenarnya pada malam selasa itu sebenarnya ayah sudah
dipanggil Tuhan, tetapi beliau menunggu hingga pagi tiba, agar tidak
menyusahkan ibu dan anak-anaknya serta orang-orang lain.
Pada
hari kamis duabelas Nopember aku dan adik laki-lakiku mengunjungi makam ayah,
menabur bunga dan berdoa. Pada waktu akan pulang kami pamitan pada ayah, ketika
itulah telinga kiriku mendengar suara yang berbicara dalam bahasa yang tidak kukenal, menurut teman-teman persekutuan doa
karismatikku, bahwa itu adalah bahasa roh. Mungkinkah itu bahasa roh? Suara itu mengatakan hal yang sama sebanyak tiga kali.
Adikkku laki-laki menjabarkan bahwa pada waktu itu ayah memberi pesan pada kami
semua melalui aku. Yang oleh adikku diterjemahkan secara berbeda-beda menurut
keadaan kami masing-masing, misalnya untuk aku agar aku menjaga kesehatan
dengan baik, rajin bekerja dan tidak putus asa.
Selama
hidup aku mengenal ayah sebagai orang yang rajin berdoa. Memang ayah tidak
pandai mencari uang dan bercanda dengan anak-anaknya, tetapi ayah sangat dekat
dengan kami. Beliau mendoakan kami setiap hari. Hal yang berkesan bila
mengingat ayah adalah beliau rajin bangun pagi, suka mengalah dan yang paling bermakna adalah perjuangannya mengatasi
penyakitnya. Adapun ayah mulai sejak aku kecil sampai usiaku kini 33 tahun,
ayah selalu sakit-sakitan, pada
waktu aku masih duduk di bangku SD, ayah terkena penyakit kuning dan beri-beri
serta sering batuk-batuk, sakit kepala dan masuk angin, pada
tahun 2002 ayah mengalami pembesaran kelenjar prostat lalu dioperasi kemudian
setelah itu ayah menderita penyakit Diabetes militus atau kencing manis, yang karena penyakitnya semakin parah maka
terjadilah komplikasi, beliau menderita
penyakit jantung, paru-paru, hipertensi, dan kolesterol.
Tetapi menghadapi itu semua ayah tidak putus asa, beliau rajin ikut therapi dan
berolahraga pagi. Selamat jalan ayah.