2. BERPIKIR POSITIP
Menurut saya di dalam diri
setiap orang ada suara-suara yang baik (Suara-suara hati nurani/ suara-suara
Tuhan), dan juga ada suara-suara yang buruk (Suara-suara setan), tetapi setiap
orang bisa berkehendak bebas. Berpikir positip berarti berkehendak untuk hanya
mendengarkan dan mematuhi suara-suara yang baik itu. Apabila anda pernah
mengalami sakit jiwa, anda akan tahu bahwa suara-suara itu sudah tidak dapat
dipercaya lagi, baik suara-suara yang baik, lebih-lebih suara-suara yang buruk,
karena sudah dikacaukan oleh suara-suara halusinasi dan paranoid kita, yang
sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri dan kita buat sendiri, namun
seolah-olah disuarakan oleh orang lain. Singkatnya suara-suara kahyalan diri
kita sendiri. Sebaiknya suara-suara halusinasi dan paranoid itu anda cuekkan
semua, baik suara-suara yang buruk, maupun suara-suara yang baik. Namun
usahakanlah setiap saat hanya berbuat apa yang baik.
Sekali lagi saya sarankan agar
anda mencuekkan semua suara halusinasi dan paranoid itu, baik suara-suara yang
buruk, maupun suara-suara yang baik, dan berusahalah setiap saat hanya berbuat
apa yang baik. Untuk dapat melakukan hal ini maka praktekkanlah doa Yesus dan
berkonsentrasilah pada nafas dan rumusan doa Yesus anda sepanjang hari,
singkatnya sebaiknya anda lakukan setiap kali anda bernafas. Jadi ketika
suara-suara halusinasi dan paranoid itu menyerang anda, berkonsentrasilah pada
nafas dan rumusan doa Yesus anda. Saya yakin 100%, apabila anda mempraktekan
hal ini, anda akan sembuh dan akan tetap sehat, terutama bila anda menderita
sakit jiwa jenis Skizofrenia atau setiap jenis penyakit jiwa yang memiliki
gejala halusinasi dan paranoid. Selain itu, anda akan lebih percaya diri,
bahkan anda akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang lebih besar dari itu, tetapi
jangan lupa tetaplah meminum obat anda, tidurlah yang cukup, bekerjalah setiap
hari, dan jalinlah hubungan sosial yang sehat dan harmonis. Apabila anda belum
jelas tentang hal ini sebaiknya anda membaca ulang pembahasan khusus tentang
doa Yesus, yang ada di Bab I.
Menurut saya ciri khas orang
yang berpikir positip adalah hati dan pikirannya dipenuhi oleh cintakasih,
hal-hal yang indah, hal-hal yang baik, hal-hal yang luhur dan hal-hal yang
bersifat ilahi. Cara melatihnya antara lain adalah dengan sebanyak dan sesering
mungkin mengkonsumsi makanan rohani yang bergizi, misalnya dengan rajin
bekerja, rajin berdoa, rajin mengikuti Misa kudus, sering membaca buku-buku
rohani dan buku-buku tentang kesehatan jiwa, memiliki banyak sahabat,
menggabungkan diri pada orang yang baik, dan lain-lain
Pada
suatu hari Dokter Gitohoesodo menceritakan pada saya tentang sebuah film yang
berjudul, “A Beautiful Mind”, yang dibintangi oleh Russell Crowe, karena sangat
tertarik maka saya segera pergi ke tempat persewaan VCD dan meminjam VCD film
itu., kemudian menontonnya sendiri. Adapun film itu diangkat dari sebuah kisah
nyata tentang perjuangan seorang penderita sakit jiwa jenis Skizofrenia, yang bernama Dr.John Nash,
untuk bisa sembuh dari penyakit jiwanya, dengan cara melawan dan mencuekkan
suara-suara halusinasi, yang menipu, mengkontrol, dan menguasainya.
Perjuangannya teramat sangat berat sebab ia pun mengalami halusinasi
penglihatan, sehingga ia tidak hanya mendengar melainkan melihat figur-figur
kahyalannya itu, yang membuatnya hampir-hampir tidak bisa membedakan antara
kahyalan dan kenyataan. Namun puji Tuhan, istrinya tetap setia, sangat
mencintai, dan sangat mendukung perjuangannya. Saya kira setiap penderita sakit jiwa akan sangat
beruntung bila punya istri atau suami seperti dia. Dan untunglah
kenalan-kenalannya sangat mendukungnya juga, yang akhirnya mereka menjadi
sahabat-sahabat baiknya, karena sebelumnya ia sama sekali tidak punya sahabat.
Entah mengapa dulu ia merasa tidak disukai oleh setiap orang yang dijumpainya,
dan ia pun cenderung untuk tidak menyukai mereka, bahkan menjauhi dan suka
menyendiri, baik waktu pesta, apalagi waktu menjalankan aktifitasnya
sehari-hari. Namun berkat perjuangannya ia menjadi mampu membangun hubungan
yang sehat dan harmonis dengan banyak orang, dan ia sembuh dari sakit jiwanya.
Kesuksesannya mencapai puncaknya ketika ia mendapat hadiah Nobel di Swedia pada
tahun 1994. Dimana teori matematikanya mempengaruhi pasar dunia,
ketenagakerjaan nasional, bahkan evolusi biologi. Saya rasa anda pun sebaiknya
menonton film itu, karena film itu sangat merangsang kita untuk berpikir
positip. Hal yang paling berkesan yang saya dapat adalah ia tidak putus asa, ia
berjuang dengan gigih agar bisa sembuh. Saya rasa kita pun patut meneladaninya.
Berikut ini adalah beberapa kutipan dari kesaksian hidupnya:
“Aku masih lihat hal-hal yang tak ada. Aku hanya memilih
tak mengakuinya, seperti diet pikiran, aku memilih tak meladeni selera
tertentu, seperti seleraku akan pola.”
“Mereka masih ada. Mungkin akan tetap begitu. Tapi aku
terbiasa abaikan mereka. Dan mereka akan menyerah.”
“Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika
yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya,
apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku
membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional dan kembali. Telah kudapatkan
penemuan paling penting dalam karirku, penemuan paling penting dalam hidupku:
“Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa ditemukan.”
Martin Gray, salah seorang yang
selamat dari peristiwa Ghetto Warsawa dan maha bencana, menuliskan kisah
hidupnya dalam sebuah buku yang berjudul: ”Bagi mereka yang ku kasihi.”
Diceritakannya bagaimana sesudah peristiwa maha bencana itu ia berusaha membangun
kembali hidupnya, menjadi orang yang
berhasil, menikah dan memiliki keluarga.
Hidupnya rupanya menjadi lebih baik sesudah ia mengalami
peristiwa-peristiwa yang mengerikan selama berada di kamp konsentrasi. Namun
kemudian pada suatu hari, istri dan anak-anaknya tewas ketika api yang berasal
dari kebakaran hutan ikut memusnahkan rumahnya di bagian selatan Perancis. Gray
sangat berputus asa, hampir-hampir mencapai titik kehancuran akibat tragedi
tambahan ini. Kenalan-kenalannya mendesaknya agar menuntut yang berwajib
menyelidiki secara tuntas dari mana sumber api itu, tetapi ternyata ia
memilih menggunakan sumber-sumber kemampuannya untuk memulai gerakan
perlindungan alam dari bahaya kebakaran. Ia menjelaskan
bahwa suatu penyelidikan dan penyidikan hanya akan memusatkan perhatian pada
masa lampau, pada soal-soal yang menyangkut penderitaan dan kesedihan serta
mencari siapa yang salah. Ia ingin memusatkan perhatian pada masa depan. Suatu
penyidikan akan membuatnya bertentangan dengan orang lain: “Apakah ada orang
yang sembrono? Siapakah yang bersalah?” dan menjadikannya bermusuhan dengan
orang lain, mendorongnya untuk menemukan siapa yang jahat, menuduh orang lain
bertanggungjawab atas kemalangan itu, alhasil hanya akan membuat orang yang
tengah kesepian menjadi semakin kesepian. Ia menyimpulkan bahwa hidup ini harus
dijalani demi sesuatu, bukan hanya melawan sesuatu.
Seperti
Martin Gray dalam menghadapi penderitaan dalam bentuk apapun juga, termasuk
menderita sakit jiwa, kita tidak boleh bereaksi secara negatif. Sebaiknya kita
mengambil hikmah dari penderitaan tersebut kemudian melupakan masa lalu dan
memusatkan diri pada masa depan. Pertanyaan yang patut kita ajukan adalah:
“Setelah semua ini terjadi, lantas apa yang mesti kukerjakan?” Sebagai pertimbangan
untuk menyusun pertanyaan yang patut diajukan, saya teringat akan ungkapan
salah seorang Frater yang ia kutip dari
orang lain, saya lupa siapa namanya, bahwa yang penting bukan jawabannya tetapi
benar pertanyaannya, karena dengan menyusun pertanyaan yang benar kita akan
cenderung mendapatkan jawaban yang benar, tetapi apabila pada awalnya
pertanyaannya sudah salah maka jawabannya tidak ada gunanya bahkan sia-sia dan
dapat menjerumuskan kita. (Sumber: Buku ”Derita, kutuk, atau rahmat” karangan
Harold S. Kushner).
Berpikir
positip juga berarti berpikir sederhana dan tanpa prasangka. Untuk menjelaskan
hal ini saya akan mengutipkan untuk anda pengalaman seorang pengacara terkenal
bernama Gerry spence, yang ditulisnya dalam buku berjudul “Seni berargumentasi
dan menang setiap saat”, berikut ini:
“Kami
baru saja kembali dari bulan madu dan menempati rumah kami yang baru. Pagi
berikutnya adalah hari pertama saya kembali bekerja di kantor. Sorenya saya
sudah bersiap-siap akan pulang untuk makan malam. Saya tahu Imaging , telah
menyiapkan secara khusus acara makan malam hari itu ketika saya memutuskan,
demi Tuhan, tidak, saya tidak akan pulang ke rumah! Saya telah mengalami
persoalan-persoalan yang kronis dalam hubungan perkawinan saya sebelumnya
karena tidak dapat pulang ke rumah tepat pada waktunya. Tanpa sadar saya masih
terbelenggu pada sebuah hubungan yang telah lama berlalu. Setelah memutuskan
untuk tidak pulang ke rumah tepat waktu, saya pergi ke sebuah restoran di mana
saya bertemu dengan seorang sahabat. Kami duduk bercakap-cakap sambil minum
kopi. Waktu makan malam telah berlalu, tetapi saya tidak akan pulang untuk
makan malam tepat pada waktunya. Saya berpikir, “Saya baru saja memasuki
perkawinan ini, maka saya akan menetapkan beberapa peraturan dasar pada malam
pertama saya pulang ke rumah.”
Saya
minum kopi dan bercakap-cakap dengan sahabat saya itu hingga lebih dari satu jam dari waktu makan
malam di rumah. Ketika saya tiba di depan pintu rumah, apa yang saya hadapi
sangatlah mengejutkan. Saya tidak disambut dengan teguran, atau dengan
hukuman yang terburuk yaitu didiamkan, tapi malah disambut dengan ciuman mesra
dan senyuman hangat.
“Halo
sayang. Makan malammu saya letakkan di dalam oven supaya tetap panas,” kata
Imaging. Ia menyiapkan makan malam yang luar biasa dihadapan saya dan duduk
menemani saya.
“Saya
sudah makan satu jam yang lalu,” katanya, “saya harap makan malam ini cocok
untukmu.” Dan itulah satu-satunya komentar - tidak ada pertanyaan tersembunyi,
tidak ada keluhan, tidak ada kemarahan yang tersembunyi, tidak sesuatu pun
kecuali senyuman dan kelembutan.
Saya
tidak dapat mempercayainya. Ini pasti sebuah sandiwara. Saya bersumpah untuk
mencobanya sekali lagi. Malam berikutnya saya bertemu lagi dengan sahabat saya
untuk minum kopi. Saya kembali terlambat satu jam, dan tetap mendapatkan
pelayanan yang baik ketika pulang ke rumah. Ketika duduk untuk makan malam saya
memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan istri saya
yang baru ini.
“Tidakkah kamu sedikit marah pada saya karena saya
terlambat pulang untuk makan malam?” tanya saya.
“Tentu saja tidak,” jawabnya. Ia kelihatannya heran.
“Kamu telah menyiapkan makan malam dan saya datang
terlambat. Lebih lagi saya tidak minta maaf.”
“Saya pikir kamu sibuk di kantor dengan hal-hal yang
penting. Kalau tidak kamu tentu akan pulang ke rumah.”
“Oh,” kata saya.
“Lagipula,” katanya lagi, “Kamu adalah seorang laki-laki
dewasa. Laki-laki dewasa tidak memerlukan seseorang untuk memberitahu kapan
harus pulang untuk makan malam,” dan hanya sampai di situ saja kejadiannya.
Sejak itu
saya tidak pernah lagi dengan sengaja terlambat untuk makan malam dalam
tahun-tahun perkawinan kami. Kepercayaan menghasilkan kepercayaan, dan saya
menjadi dapat dipercaya.
Berpikir
positip juga berarti melihat sisi baik dari suatu kejadian yang buruk. Hal itu
diajarkan oleh seorang adik perempuan saya pada saya. Begini ceritanya: Pada
suatu hari adik saya meminjam klise foto pribadi terbaik yang pernah saya punya
untuk dicetaknya. Tetapi ia lupa dan klise foto itu ikut terendam dalam cucian.
Ketika ia memberi tahu saya, dari reaksi saya, ia tahu bahwa saya kecewa.
Tetapi ia berbicara sesuatu yang sangat menyejukkan hati saya, yaitu “Kan bisa
foto lagi Mas! Dan hasilnya bisa lebih baik dari itu!”.
Berpikir
positip sangat erat kaitannya dengan rasa syukur, di bawah ini saya akan
mengutipkan untuk anda suatu rangkaian kata yang berjudul “Bersyukur”, yang
saya temukan di papan pengumuman. Entah siapa pembuatnya saya tidak tahu. Saya
harap ia tidak keberatan karyanya saya cantumkan di sini, tanpa menyebutkan
namanya.
Bersyukur
Mendengar keluargaku
ngomel-ngomel di rumah,
berarti aku masih
punya keluarga yang utuh.
Merasa lelah dan
pegal linu hampir setiap sore,
berarti aku mampu
bekerja keras.
Membersihkan piring
dan gelas kotor setelah kedatangan tamu di rumah, berarti aku masih dikelilingi
sesamaku.
Pakaianku terasa agak
sempit,
berarti aku masih
bisa makan cukup kenyang.
Mencuci dan
menyetrika tumpukan baju sendiri,
berarti aku memiliki
pakaian cukup.
Membersihkan halaman
rumah, membersihkan kamar, dan lain-lain, berarti aku memiliki tempat tinggal
yang layak.
Duduk di bangku
belajar,
Berarti aku masih
bisa sekolah.
Mendengar nyanyian
suara yang fals,
berarti aku bisa
mendengar.
Melihat jam berputar
berganti waktu,
berarti aku masih
hidup.
Akhirnya…… aku perlu
bersyukur dapat membaca tulisan ini.
Sebagai bahan
renungan sekali lagi saya ingin mengutip kata-kata salah satu orang bijak yaitu
bahwa menurutnya berpikir positip itu berarti: Menerima dengan tentram
segala kekurangan di dalam diri kita yang tidak dapat diubah, berusaha untuk mengubah segala
kekurangan di dalam diri kita yang dapat dan harus diubah, dan berusaha sebijak
mungkin untuk membedakan antara
keduanya.