Kamis, 10 Oktober 2013

Kebahagiaan

17.  KEBAHAGIAAN

Sebelum meneruskan pembicaraan ini, marilah kita bersama-sama merenungkan Mazmur 126 ayat 5 dan 6 yang berbunyi: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Ayat ini juga identik dengan “Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya”, yang selalu dinyanyikan oleh Romo sesudah bacaan injil, pada waktu Misa kudus.
            Salah satu orang yang saya anggap sebagai guru kehidupan saya adalah Pak John. Beliau banyak mengajarkan filsafat kehidupan kepada saya, antara lain beliau pernah mengungkapkan bahwa kebahagiaan terletak tepat dibalik penderitaan, seperti dua sisi koin mata uang logam. Penderitaan yang dijalani dengan sabar, rendah hati dan penuh rasa syukur,  ibaratnya seperti memanggul salib seperti Tuhan Yesus akan melahirkan berkat-berkat yang tak terduga, terutama berkat-berkat rohani yang nilainya jauh lebih tinggi dari pada kekayaan materi. Menjalani penderitaan dengan penuh penghayatan merupakan jalan realistis menuju bahagia, tidak melambung di awang-awang. Semakin banyak kita menderita dan menghayatinya, kita akan semakin menyerupai Tuhan Yesus. Kita akan menjadi Yesus yang lain, yang hidup dengan rendah hati dan penuh kasih pada sesama. Kesombongan dan kekejaman hanya membuat kita jauh dari Tuhan dan membuat impian kita tidak terwujud, seberapa besar rejeki yang kita terima, sebesar itu pulalah malapetaka yang kita alami. Ibaratnya kita masih perlu dibentuk lagi dengan penderitaan sampai kita menemukan maknanya.  
Kebanyakkan orang ingin kaya, namun pertanyaannya adalah setelah ia kaya ia mau apa? Menjalani hidup penuh penghayatan dan pengabdian kepada Tuhan adalah jauh lebih tak ternilai harganya daripada memiliki kekayaan materi berlimpah namun gersang. Sebaiknya kita mendifinisikan ulang apa arti kata sukses. Banyak orang mengira bahwa apabila ia kaya ia akan bahagia. Tetapi itu salah besar. Dalam kenyataannya banyak orang kaya yang hidupnya tidak bahagia misalnya kreditnya banyak atau bila mobil mewahnya terserempet sedikit saja ia akan marah-marah, alasannya biaya ngecatnya mahal. Bila seseorang sudah menjadi kaya dan berhasil meraih kesuksesan materi biasanya itu bukan bahagia melainkan kesenangan sesaat. Orang bijak ini menceritakan pada saya bahwa dulu ia sangat miskin tetapi akhirnya ia menjadi salesman sukses yang penghasilannya perbulan mencapai puluhan juta, tetapi justru ia merasa gersang dan merasa jauh dari istri dan anak-anaknya, akhirnya pekerjaannya itu ditinggalkannya dan ia lebih memilih pekerjaan dengan gaji kecil agar ia bisa lebih dekat dengan istri dan anak-anaknya, dan mengabdi pada Tuhan dengan menguduskan keluarganya dan mengasihi serta menggarami sesama yang ada di sekitarnya. Mengabdi pada Tuhan merupakan motto hidupnya.
Menurutnya jalan untuk mencapai bahagia bukanlah hal-hal besar yang melambung di angkasa, melainkan justru terletak pada hal-hal kecil dan sederhana, yaitu bagaimana kita menghayatinya. Yang semua itu hanya dapat kita hayati menggunakan kacamata Tuhan. Pada akhirnya kita akan sampai pada pengertian bahwa jalan Tuhan adalah menyangkal keinginan cinta diri, atau dengan kata lain dapat dikatakan mengalahkan ego. Itu adalah salib penderitaan kita yang sebenarnya, yang membuat kita berbeda dari orang-orang pada umumnya, sehingga perjuangan Tuhan Yesus untuk kita tidak sia-sia. Orang bijak ini menceritakan pada saya tentang Santo ALonso yaitu salah satu orang yang terkenal kebijaksanaannya dalam sejarah gereja, namun bila kita menilik kehidupannya, tugasnya hanyalah sebagai seorang penjaga pintu, tetapi penghayatan hidupnya sangat luarbiasa, sehingga ia pantas digelari dengan sebutan seorang Santo. Kemudian, beliau menceritakan pada saya tentang temannya yang mengabdi pada seseorang dengan rajin, tekun dan setia mulai dari masa orang yang diabdi itu masih miskin; kalau orang yang ia abdi itu makan karak ia pun ikut makan karak dan sebagainya, sampai orang yang ia abdi itu menjadi sangat kaya raya, namun keadaannya tetap miskin dan tidak punya rumah sendiri, namun meskipun begitu ia tetap setia pada orang yang ia abdi itu. Pada suatu hari ia berniat membeli sebuah rumah namun uangnya sangat kurang dari cukup, karena ia sangat merindukan ingin punya rumah sendiri, maka ia suka berjalan-jalan sambil melihat-lihat dan mengagumi rumah-rumah mewah yang ada dikiri dan kanannya, sampai akhirnya ia melihat satu rumah edial yang diimpikanya, bila ia lewat di depan rumah itu ia selalu menyempatkan diri agak lama untuk mengaguminya. Sampai suatu hari seseorang bertanya padanya apakah ia menyukai rumah itu, dan ia pun mengiyakannya. Orang itu, yang tak lain adalah sang pemilik rumah mewah itu bertanya lagi padanya, ia punya uang berapa? maka iapun menyebutkan angka yang hanya sedikit. Namun sang pemilik rumah itu mengatakan padanya bahwa mulai saat itu ia boleh tinggal di rumah itu dan rumah itu menjadi miliknya, kekurangannya boleh ia cicil seturut kemampuannya. Pelajaran yang dapat dipetik dari sini adalah bahwa Tuhan pada suatu saat akan membuka jalan terang bagi orang yang dengan sungguh-sungguh mengabdi pada-Nya, Tuhan tidak akan membiarkan orang yang dengan sungguh-sungguh mengabdi pada-Nya terus-menerus menderita sengsara. Dan jalan sukses adalah melakukan hal-hal kecil dan sederhana dengan penuh penghayatan. Akhirnya kita akan memahami bahwa kebahagiaan terletak di balik penderitaan.
Pada waktu saya datang kerumah beliau untuk yang kesekian kali, secara kebetulan siaran radio, saya lupa radio apa, mengungkapkan bahwa penderitaan dapat menjadi rahmat atau kutuk, tergantung cara kita memaknainya. Pada waktu itu siaran radio itu menceritakan tentang seseorang yang mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus. Banyak orang datang kepadanya untuk membeli kuda itu dengan harga tinggi, tetapi tawaran mereka ditolaknya. Orang-orang yang ada di sekitarnya mengolok-ngoloknya karena menolak tawaran yang sangat menggiurkan itu. Pada suatu hari kuda orang itu hilang. Orang-orang yang ada di sekitarnya semakin menjadi-jadi mengolok-ngoloknya, sebagai orang yang bodoh dan sial. Namun sang pemilik kuda itu tidak berpikir macam-macam, misalnya kudanya dicuri orang atau lainnya. Ia hanya mengatakan bahwa yang ia tahu kudanya tidak ada di kandangnya, tidak lebih dari itu. Ia menolak untuk berpikir negatif, apalagi mencurigai tetangga dan orang-orang yang menawar kudanya. Sampai pada suatu hari kudanya kembali ke kandangnya dengan membawa 12 ekor kuda liar yang mengikutinya. Rupanya selama ini kudanya lari ke hutan dan setelah beberapa lama bergaul dengan kuda liar, ia rindu ingin pulang dan kembali ingin merasakan kasih sayang dan cinta pemiliknya. Melihat kenyataan ini, orang-orang yang dulu mengolok-ngoloknya berbalik memuji-muji keberuntungannya. Namun ia pun menolak berpikir macam-macam. Ia hanya mengatakan bahwa yang ia tahu kudanya tidak ada di kandangnya dan sekarang kembali ke kandangnya dengan membawa 12 ekor kuda liar bersamanya. Tidak lebih dari itu. Pelajaran yang dapat dipetik dari sini adalah bahwa kita jangan terlalu cepat berpikir negatif manakala kemalangan menimpa diri kita, karena kemalangan itu akan menjadi berkat melimpah apabila kita berpikir positip.
Ketika saya sedang ngobrol-ngobrol dengan Pak John di gubuknya, beliau memberi saya suatu formula untuk dapat tetap merasa bahagia, meskipun betapa jahat sikap, perkatan dan perbuatan orang pada kita. Ia menyampaikan idenya melalui sebuah perumpamaan, yaitu: Ia mengambil korek apinya kemudian berkata pada saya: “Apabila korek api milik saya ini saya berikan kepadamu tetapi kamu tidak mau menerimanya, korek api ini milik siapa?” “Tetap milik Bapak” jawab saya. “Begitupun dengan sikap, perkataan dan perbuatan jahat yang orang tujukan untuk kita. Semua itu tidak akan mengganggu kedamaian dan kebahagiaan kita, asalkan kita menolak untuk menerimanya”, sahutnya.
Kemudian beliau menceritakan pada saya bahwa pada suatu hari Santo Fransiskus Assisi mengutus murid-muridnya untuk mengemis dari rumah-kerumah orang. Setelah kembali, Santo Fransiskus bertannya apa yang mereka alami? Mereka menjawab bahwa mereka sangat bahagia karena orang-orang memberi mereka banyak roti dan uang, disertai senyuman dan keramahan. Santo Fransiskus bertanya: “Apakah itu yang kalian sebut bahagia?” mereka serentak menjawab “Ya.” Lain hari Santo Fransiskus kembali mengutus mereka untuk mengemis dari rumah-kerumah, tetapi kali ini banyak diantara mereka yang tidak diberi roti atau uang sepeserpun tetapi justru diumpat-umpat sebagai pemalas, parasit, dan suka bahagia di atas penderitaan orang lain. Ketika kembali menemui Santo Fransiskus, mereka menceritakan pada beliau tentang betapa sialnya nasib mereka. Mendengar umpatan dan keluh kesah mereka, Santo Fransiskus membuka mata hati dan pikiran mereka bahwa itu semua adalah termasuk rahmat dan berkat dari Tuhan dan harus disyukuri.
Kemudian saya mengutarakan pada beliau tentang keinginan saya agar saya ditarik oleh Allah dan seluruh hidup saya selanjutnya direncanakan oleh Allah sendiri. Beliau mengatakan bahwa disinilah persisnya letak kesulitannya karena kita dan bahkan para kudus sendiri kerap meraba-raba dalam gelap tentang rencana sebenarnya dari Allah untuk kita. Namun bila kita sudah melihat titik terangnya, seperti para kudus kita dapat berkata bahwa tidak ada kata kecewa untuk kita, karena semua yang kita terima dan kita alami adalah yang terbaik yang Tuhan rencanakan dan berikan untuk kita. Hal ini menggenapi apa yang tertulis di 1 Tes 5:18, yang berbunyi: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
Saya mengamini semua nasehat Pak John tersebut. Namun selain itu saya juga punya formula bahagia pribadi, yang saya temukan seiring perjalanan proses hidup saya. Formula bahagia yang saya maksud itu adalah:
1.      Kosong, terbuka dan bersih.
2.      Berani dan bebas.
3.      Jangan suka menunda.

Agar lebih jelas, saya akan menguraikannya:

1. Terbuka, kosong dan bersih

            Ibarat gelas, kita dalam keadaan tertutup dan penuh dengan kotoran. Gelas itu hanya dapat diisi oleh air minum yang nikmat dan lezat apabila gelas itu dalam keadaan terbuka dan kosong, paling tidak muatannya dikurangi. Tidak hanya itu sebaiknya juga dalam keadaan bersih. Kelihatannya hal ini hanya sepele tetapi bila benar-benar kita lakukan, kita akan tahu bahwa tidak mudah. Contoh konkret pelaksanaannya adalah:
a.       Kalau kita punya Hp atau Komputer, kita bersihkan Hp atau Komputer kita itu dari sampah-sampah yang tidak berguna, agar dapat menerima Sms dan menyimpan data yang benar-benar penting.
b.      Kamar pribadi kita harus dalam keadaan bebas dari segala sampah.
c.       Kalau kita punya barang yang kita peroleh secara tidak sah/ tidak jujur, misalnya pakaian, buku, atau bahkan uang, mobil atau rumah sebaiknya kita kembalikan pada yang berhak, atau dapat juga kita kembalikan lewat orang lain yang sangat membutuhkan, apabila kita malu mengembalikannya pada orang yang berhak.
d.      Kita harus rajin merawat diri, misalnya mandi, sikat gigi, potong kuku, potong rambut, mencuci pakaian, strika dan lain-lain.
e.       Kita harus membersihkan jiwa kita (Pikiran dan perasaan kita) dari segala kotoran, misalnya dengan curhat pada orang yang dapat kita percaya misalnya dokter atau pembimbing rohani kita. Cara terampuh adalah dengan menerima Sakramen pengampunan dosa.
f.       Kita harus murah hati dalam membagi-bagikan harta milik kita, entah materi, ilmu atau tenaga. Misalnya dengan kolekte, menyumbang pengemis, mengajar orang dan menasehati orang.

2. Berani dan bebas

            Yang saya maksudkan di sini adalah berani dan bebas berekspresi sehingga kita punya spontanitas yang tinggi. Contoh konkretnya adalah “Beranikah anda bernafas dengan bebas dan sepuas-puasnya? Agar anda dapat merasakan nikmatnya dan bisa mensyukuri setiap tarikan dan hembusan nafas anda?

3. Jangan suka menunda.

            Menghargai waktu dan kecepatan bergerak adalah sangat penting agar kita tidak terlambat. Lakukanlah rencana anda, segera sesudah ia muncul pertama kali dalam pikiran dan perasaan anda. Amat sangat disayangkan apabila gara-gara menunda, anda terlambat satu atau dua menit apalagi sampai seminggu. Tetapi apabila anda cepat bergerak namun terlambat, saya yakin bahwa rasa kecewa dan penyesalan diri anda tidak akan terlalu dalam.

            Demikianlah tiga tip bahagia dari saya. Saya yakin apabila anda melaksanakannya, anda pasti akan bahagia.
Sebelum saya mengakhiri sub judul ini, ada baiknya saya mempersembahkan untuk anda suatu ungkapan yang tertulis di sebuah Gereja di Assisi, Italia, berikut ini:

Jika engkau tak merasa bahagia

“Aku adalah terang, tetapi engkau tidak melihat Aku.
Aku adalah jalan, tetapi engkau tidak mengikuti Aku.
Aku adalah kebenaran, tetapi engkau tidak percaya kepada-Ku.
Aku adalah hidup, tetapi engkau tidak mencari Aku.
Aku adalah gurumu, tetapi engkau tidak mendengarkan Aku.
Aku adalah Tuhan, tetapi engkau tidak menuruti Aku.
Aku adalah Allahmu, tetapi engkau tidak bersandar pada-Ku.
Aku adalah sahabat karibmu, tetapi engkau tidak mencintai Aku.
Apabila engkau tidak merasa bahagia, kesalahan bukan terletak pada-Ku.”

(Sumber: buku “Kekasih Allah”, karya Lukas Batmomolin,SVD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar