17. KEBAHAGIAAN
Sebelum meneruskan pembicaraan
ini, marilah kita bersama-sama merenungkan Mazmur 126 ayat 5 dan 6 yang
berbunyi: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai
dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur
benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Ayat
ini juga identik dengan “Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan
tekun melaksanakannya”, yang selalu dinyanyikan oleh Romo sesudah bacaan injil,
pada waktu Misa kudus.
Salah
satu orang yang saya anggap sebagai guru kehidupan saya adalah Pak John. Beliau
banyak mengajarkan filsafat kehidupan kepada saya, antara lain beliau pernah
mengungkapkan bahwa kebahagiaan terletak tepat dibalik penderitaan, seperti dua
sisi koin mata uang logam. Penderitaan yang dijalani dengan sabar, rendah hati
dan penuh rasa syukur, ibaratnya seperti
memanggul salib seperti Tuhan Yesus akan melahirkan berkat-berkat yang tak
terduga, terutama berkat-berkat rohani yang nilainya jauh lebih tinggi dari
pada kekayaan materi. Menjalani penderitaan dengan penuh penghayatan merupakan
jalan realistis menuju bahagia, tidak melambung di awang-awang. Semakin banyak
kita menderita dan menghayatinya, kita akan semakin menyerupai Tuhan Yesus.
Kita akan menjadi Yesus yang lain, yang hidup dengan rendah hati dan penuh
kasih pada sesama. Kesombongan dan kekejaman hanya membuat kita jauh dari Tuhan
dan membuat impian kita tidak terwujud, seberapa besar rejeki yang kita terima,
sebesar itu pulalah malapetaka yang kita alami. Ibaratnya kita masih perlu
dibentuk lagi dengan penderitaan sampai kita menemukan maknanya.
Kebanyakkan orang ingin kaya,
namun pertanyaannya adalah setelah ia kaya ia mau apa? Menjalani hidup penuh
penghayatan dan pengabdian kepada Tuhan adalah jauh lebih tak ternilai harganya
daripada memiliki kekayaan materi berlimpah namun gersang. Sebaiknya kita
mendifinisikan ulang apa arti kata sukses. Banyak orang mengira bahwa apabila
ia kaya ia akan bahagia. Tetapi itu salah besar. Dalam kenyataannya banyak
orang kaya yang hidupnya tidak bahagia misalnya kreditnya banyak atau bila
mobil mewahnya terserempet sedikit saja ia akan marah-marah, alasannya biaya
ngecatnya mahal. Bila seseorang sudah menjadi kaya dan berhasil meraih
kesuksesan materi biasanya itu bukan bahagia melainkan kesenangan sesaat. Orang
bijak ini menceritakan pada saya bahwa dulu ia sangat miskin tetapi akhirnya ia
menjadi salesman sukses yang penghasilannya perbulan mencapai puluhan juta,
tetapi justru ia merasa gersang dan merasa jauh dari istri dan anak-anaknya,
akhirnya pekerjaannya itu ditinggalkannya dan ia lebih memilih pekerjaan dengan
gaji kecil agar ia bisa lebih dekat dengan istri dan anak-anaknya, dan mengabdi
pada Tuhan dengan menguduskan keluarganya dan mengasihi serta menggarami sesama
yang ada di sekitarnya. Mengabdi pada Tuhan merupakan motto hidupnya.
Menurutnya jalan untuk mencapai
bahagia bukanlah hal-hal besar yang melambung di angkasa, melainkan justru
terletak pada hal-hal kecil dan sederhana, yaitu bagaimana kita menghayatinya.
Yang semua itu hanya dapat kita hayati menggunakan kacamata Tuhan. Pada
akhirnya kita akan sampai pada pengertian bahwa jalan Tuhan adalah menyangkal
keinginan cinta diri, atau dengan kata lain dapat dikatakan mengalahkan ego.
Itu adalah salib penderitaan kita yang sebenarnya, yang membuat kita berbeda
dari orang-orang pada umumnya, sehingga perjuangan Tuhan Yesus untuk kita tidak
sia-sia. Orang bijak ini menceritakan pada saya tentang Santo ALonso yaitu salah satu orang yang terkenal kebijaksanaannya
dalam sejarah gereja, namun bila kita menilik kehidupannya, tugasnya hanyalah
sebagai seorang penjaga pintu, tetapi penghayatan hidupnya sangat luarbiasa,
sehingga ia pantas digelari dengan sebutan seorang Santo. Kemudian, beliau
menceritakan pada saya tentang temannya yang mengabdi pada seseorang dengan
rajin, tekun dan setia mulai dari masa orang yang diabdi itu masih miskin;
kalau orang yang ia abdi itu makan karak ia pun ikut makan karak dan
sebagainya, sampai orang yang ia abdi itu menjadi sangat kaya raya, namun
keadaannya tetap miskin dan tidak punya rumah sendiri, namun meskipun begitu ia
tetap setia pada orang yang ia abdi itu. Pada suatu hari ia berniat membeli
sebuah rumah namun uangnya sangat kurang dari cukup, karena ia sangat
merindukan ingin punya rumah sendiri, maka ia suka berjalan-jalan sambil
melihat-lihat dan mengagumi rumah-rumah mewah yang ada dikiri dan kanannya,
sampai akhirnya ia melihat satu rumah edial yang diimpikanya, bila ia lewat di
depan rumah itu ia selalu menyempatkan diri agak lama untuk mengaguminya.
Sampai suatu hari seseorang bertanya padanya apakah ia menyukai rumah itu, dan
ia pun mengiyakannya. Orang itu, yang tak lain adalah sang pemilik rumah mewah
itu bertanya lagi padanya, ia punya uang berapa? maka iapun menyebutkan angka
yang hanya sedikit. Namun sang pemilik rumah itu mengatakan padanya bahwa mulai
saat itu ia boleh tinggal di rumah itu dan rumah itu menjadi miliknya,
kekurangannya boleh ia cicil seturut kemampuannya. Pelajaran yang dapat dipetik
dari sini adalah bahwa Tuhan pada suatu saat akan membuka jalan terang bagi
orang yang dengan sungguh-sungguh mengabdi pada-Nya, Tuhan tidak akan
membiarkan orang yang dengan sungguh-sungguh mengabdi pada-Nya terus-menerus
menderita sengsara. Dan jalan sukses adalah melakukan hal-hal kecil dan
sederhana dengan penuh penghayatan. Akhirnya kita akan memahami bahwa
kebahagiaan terletak di balik penderitaan.
Pada waktu saya datang kerumah
beliau untuk yang kesekian kali, secara kebetulan siaran radio, saya lupa radio
apa, mengungkapkan bahwa penderitaan dapat menjadi rahmat atau kutuk,
tergantung cara kita memaknainya. Pada waktu itu siaran radio itu menceritakan
tentang seseorang yang mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus. Banyak
orang datang kepadanya untuk membeli kuda itu dengan harga tinggi, tetapi
tawaran mereka ditolaknya. Orang-orang yang ada di sekitarnya
mengolok-ngoloknya karena menolak tawaran yang sangat menggiurkan itu. Pada
suatu hari kuda orang itu hilang. Orang-orang yang ada di sekitarnya semakin
menjadi-jadi mengolok-ngoloknya, sebagai orang yang bodoh dan sial. Namun sang
pemilik kuda itu tidak berpikir macam-macam, misalnya kudanya dicuri orang atau
lainnya. Ia hanya mengatakan bahwa yang ia tahu kudanya tidak ada di
kandangnya, tidak lebih dari itu. Ia menolak untuk berpikir negatif, apalagi
mencurigai tetangga dan orang-orang yang menawar kudanya. Sampai pada suatu
hari kudanya kembali ke kandangnya dengan membawa 12 ekor kuda liar yang
mengikutinya. Rupanya selama ini kudanya lari ke hutan dan setelah beberapa
lama bergaul dengan kuda liar, ia rindu ingin pulang dan kembali ingin
merasakan kasih sayang dan cinta pemiliknya. Melihat kenyataan ini, orang-orang
yang dulu mengolok-ngoloknya berbalik memuji-muji keberuntungannya. Namun ia
pun menolak berpikir macam-macam. Ia hanya mengatakan bahwa yang ia tahu
kudanya tidak ada di kandangnya dan sekarang kembali ke kandangnya dengan
membawa 12 ekor kuda liar bersamanya. Tidak lebih dari itu. Pelajaran yang
dapat dipetik dari sini adalah bahwa kita jangan terlalu cepat berpikir negatif
manakala kemalangan menimpa diri kita, karena kemalangan itu akan menjadi
berkat melimpah apabila kita berpikir positip.
Ketika saya sedang
ngobrol-ngobrol dengan Pak John di gubuknya, beliau memberi saya suatu formula
untuk dapat tetap merasa bahagia, meskipun betapa jahat sikap, perkatan dan
perbuatan orang pada kita. Ia menyampaikan idenya melalui sebuah perumpamaan,
yaitu: Ia mengambil korek apinya kemudian berkata pada saya: “Apabila korek api
milik saya ini saya berikan kepadamu tetapi kamu tidak mau menerimanya, korek
api ini milik siapa?” “Tetap milik Bapak” jawab saya. “Begitupun dengan sikap,
perkataan dan perbuatan jahat yang orang tujukan untuk kita. Semua itu tidak
akan mengganggu kedamaian dan kebahagiaan kita, asalkan kita menolak untuk
menerimanya”, sahutnya.
Kemudian beliau menceritakan
pada saya bahwa pada suatu hari Santo Fransiskus Assisi mengutus murid-muridnya
untuk mengemis dari rumah-kerumah orang. Setelah kembali, Santo Fransiskus
bertannya apa yang mereka alami? Mereka menjawab bahwa mereka sangat bahagia
karena orang-orang memberi mereka banyak roti dan uang, disertai senyuman dan
keramahan. Santo Fransiskus bertanya: “Apakah itu yang kalian sebut bahagia?”
mereka serentak menjawab “Ya.” Lain hari Santo Fransiskus kembali mengutus
mereka untuk mengemis dari rumah-kerumah, tetapi kali ini banyak diantara
mereka yang tidak diberi roti atau uang sepeserpun tetapi justru diumpat-umpat
sebagai pemalas, parasit, dan suka bahagia di atas penderitaan orang lain.
Ketika kembali menemui Santo Fransiskus, mereka menceritakan pada beliau
tentang betapa sialnya nasib mereka. Mendengar umpatan dan keluh kesah mereka,
Santo Fransiskus membuka mata hati dan pikiran mereka bahwa itu semua adalah
termasuk rahmat dan berkat dari Tuhan dan harus disyukuri.
Kemudian saya mengutarakan pada
beliau tentang keinginan saya agar saya ditarik oleh Allah dan seluruh hidup
saya selanjutnya direncanakan oleh Allah sendiri. Beliau mengatakan bahwa
disinilah persisnya letak kesulitannya karena kita dan bahkan para kudus
sendiri kerap meraba-raba dalam gelap tentang rencana sebenarnya dari Allah
untuk kita. Namun bila kita sudah melihat titik terangnya, seperti para kudus
kita dapat berkata bahwa tidak ada kata kecewa untuk
kita, karena semua yang kita terima dan kita alami adalah yang terbaik
yang Tuhan rencanakan dan berikan untuk kita. Hal ini menggenapi apa yang
tertulis di 1 Tes 5:18, yang berbunyi: “Mengucap syukurlah dalam segala
hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus
bagi kamu.”
Saya mengamini semua nasehat
Pak John tersebut. Namun selain itu saya juga punya formula bahagia pribadi,
yang saya temukan seiring perjalanan proses hidup saya. Formula bahagia yang
saya maksud itu adalah:
1.
Kosong, terbuka dan bersih.
2.
Berani dan bebas.
3.
Jangan suka menunda.
Agar lebih jelas, saya akan menguraikannya:
1. Terbuka, kosong dan bersih
Ibarat
gelas, kita dalam keadaan tertutup dan penuh dengan kotoran. Gelas itu hanya
dapat diisi oleh air minum yang nikmat dan lezat apabila gelas itu dalam
keadaan terbuka dan kosong, paling tidak muatannya dikurangi. Tidak hanya itu
sebaiknya juga dalam keadaan bersih. Kelihatannya hal ini hanya sepele tetapi
bila benar-benar kita lakukan, kita akan tahu bahwa tidak mudah. Contoh konkret
pelaksanaannya adalah:
a.
Kalau kita punya Hp atau Komputer, kita bersihkan Hp
atau Komputer kita itu dari sampah-sampah yang tidak berguna, agar dapat
menerima Sms dan menyimpan data yang benar-benar penting.
b.
Kamar pribadi kita harus dalam keadaan bebas dari
segala sampah.
c.
Kalau kita punya barang yang kita peroleh secara tidak
sah/ tidak jujur, misalnya pakaian, buku, atau bahkan uang, mobil atau rumah
sebaiknya kita kembalikan pada yang berhak, atau dapat juga kita kembalikan
lewat orang lain yang sangat membutuhkan, apabila kita malu mengembalikannya
pada orang yang berhak.
d.
Kita harus rajin merawat diri, misalnya mandi, sikat
gigi, potong kuku, potong rambut, mencuci pakaian, strika dan lain-lain.
e.
Kita harus membersihkan jiwa kita (Pikiran dan perasaan
kita) dari segala kotoran, misalnya dengan curhat pada orang yang dapat kita
percaya misalnya dokter atau pembimbing rohani kita. Cara terampuh adalah
dengan menerima Sakramen pengampunan dosa.
f.
Kita harus murah hati dalam membagi-bagikan harta milik
kita, entah materi, ilmu atau tenaga. Misalnya dengan kolekte, menyumbang
pengemis, mengajar orang dan menasehati orang.
2. Berani dan bebas
Yang saya
maksudkan di sini adalah berani dan bebas berekspresi sehingga kita punya
spontanitas yang tinggi. Contoh konkretnya adalah “Beranikah anda bernafas
dengan bebas dan sepuas-puasnya? Agar anda dapat merasakan nikmatnya dan bisa
mensyukuri setiap tarikan dan hembusan nafas anda?
3. Jangan suka menunda.
Menghargai
waktu dan kecepatan bergerak adalah sangat penting agar kita tidak terlambat.
Lakukanlah rencana anda, segera sesudah ia muncul pertama kali dalam pikiran
dan perasaan anda. Amat sangat disayangkan apabila gara-gara menunda, anda
terlambat satu atau dua menit apalagi sampai seminggu. Tetapi apabila anda
cepat bergerak namun terlambat, saya yakin bahwa rasa kecewa dan penyesalan
diri anda tidak akan terlalu dalam.
Demikianlah
tiga tip bahagia dari saya. Saya yakin apabila anda melaksanakannya, anda pasti
akan bahagia.
Sebelum saya mengakhiri sub
judul ini, ada baiknya saya mempersembahkan untuk anda suatu ungkapan yang
tertulis di sebuah Gereja di Assisi, Italia, berikut ini:
Jika engkau tak merasa bahagia
“Aku adalah terang, tetapi engkau tidak melihat Aku.
Aku adalah jalan, tetapi engkau tidak mengikuti Aku.
Aku adalah kebenaran, tetapi engkau tidak percaya
kepada-Ku.
Aku adalah hidup, tetapi engkau tidak mencari Aku.
Aku adalah gurumu, tetapi engkau tidak mendengarkan Aku.
Aku adalah Tuhan, tetapi engkau tidak menuruti Aku.
Aku adalah Allahmu, tetapi engkau tidak bersandar pada-Ku.
Aku adalah sahabat karibmu, tetapi engkau tidak mencintai
Aku.
Apabila engkau tidak merasa bahagia, kesalahan bukan
terletak pada-Ku.”
(Sumber: buku “Kekasih Allah”, karya Lukas
Batmomolin,SVD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar