Senin, 23 September 2013

Penderitaan.



17.  PENDERITAAN

Pada suatu hari seorang teman saya berkata pada saya bahwa hidup baginya adalah menjalani penderitaan dengan tabah sampai titik darah penghabisan, seorang teman saya yang lain mengungkapkan bahwa hidup adalah penderitaan sedangkan kenikmatan adalah godaan. Lama saya merenungkan kata-kata mereka dan dari kesaksian hidup saya, saya menjumpai bahwa  pernyataan mereka berdua adalah benar.
Pada umumnya orang tidak menyukai penderitaan tetapi anehnya ketika saya membaca kisah-kisah beberapa orang kudus, saya menemukan bahwa mereka sangat merindukan penderitaan dan bila diberi pilihan oleh Tuhan mereka lebih memilih menderita. Dan penderitaan mereka itu mereka persembahkan pada Tuhan dengan penuh cinta. Tentu saja mereka tidak mengalami gangguan seksual yang bernama Masokist.

A.  Asal penderitaan

            Kita semua pernah menderita, dan mungkin sekarang ada diantara anda yang sedang mengalami penderitaan berat. Ciri utama penderitaan adalah adanya rasa sakit, entah sakit hati, sakit badan, atau sakit jiwa. Menurut saya asal penderitaan itu ada tiga yaitu:

1.      Berasal dari diri kita sendiri.
2.      Berasal dari Tuhan.
3.      Berasal dari ketidaksempurnaan ciptaan Tuhan.

Agar lebih jelasnya marilah kita lihat satu-persatu:

1. Berasal dari diri kita sendiri

Penderitaan yang berasal dari diri kita sendiri adalah penderitaan yang merupakan konsekwensi dari perbuatan buruk dan perbuatan baik kita:

a.  Sebagai konsekwensi perbuatan buruk kita

            Adalah pederitaan-penderitaan yang diakibatkan perbuatan-perbuatan buruk dan kebiasaan-kebiasaan buruk kita contohnya: sakit paru-paru karena kebanyakan merokok, sakit jiwa karena mengkonsumsi narkoba dan minum-minuman keras secara berlebihan, nilai sekolah buruk karena malas belajar, tidak punya uang karena malas bekerja, dipenjara karena melakukan perbuatan kriminal, kecelakaan lalu lintas karena kita ugal-ugalan di jalan dan lain-lain.

b.  Sebagai konsekwensi perbuatan baik kita

            Adalah penderitaan-penderitaan yang diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan baik kita dalam rangka berusaha melakukan perintah dan kehendak Tuhan. Misalnya: mengasihi sesama, membela HAM, membela kebenaran dan keadilan, setia pada pasangan hidup berumah tangga dan lain-lain, contoh konkretnya adalah: Seorang ibu sedang sakit demam tetapi begitu tahu anaknya sakit ia membawa anaknya itu ke Puskesmas, Munir seorang tokoh pembela HAM dibunuh di pesawat, seorang pengacara diancam akan dibunuh ketika sedang membela perkara orang yang benar, seorang suami atau istri berusaha menahan diri dan mengendalikan diri agar tidak selingkuh, dan dapat juga sebagai suatu doa persembahan, yaitu bila kita secara sengaja melakukan hal-hal baik yang oleh karena itu kita menderita dan penderitaan-penderitaan kita itu kita persembahkan pada Tuhan bagi orang-orang yang kita doakan, untuk lebih jelasnya lihat kembali waktu pembahasan tentang doa persembahan.
            Berkaitan dengan pembahasan ini, ada baiknya saya cantumkan perikop ayat kitab suci di 1 Ptr 2:19-21, untuk anda renungkan, yaitu: “Adalah kasih karunia, jika seseorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”

2.  Berasal dari Tuhan

            Harus kita akui bahwa semua orang pernah menderita dan sedikit banyak akan mengalami penderitaan lagi selama ia masih hidup di dunia ini, baik orang baik maupun orang jahat, orang benar maupun orang berdosa, baik orang yang rendah hati maupun orang yang sombong. Penderitaan yang berasal dari Tuhan dapat mengambil berbagai macam bentuk dan sebab, yang hanya bisa dilihat melalui kacamata iman, misalnya penderitaan–penderitaan karena kelahiran atau keturunan. Menurut saya itu adalah penderitaan yang berasal dari Tuhan. Dasarnya dalam kitab suci adalah pada Yoh 9:1-3 yang akan saya kutip berikut ini:

Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-muridnya bertanya kepada-Nya: ”Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: ”Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

Menurut saya tujuan Tuhan menghadirkan mereka adalah untuk mengajarkan manusia bagaimana mengasihi orang-orang yang menderita. Dengan memperlakukan orang-orang yang menderita dengan penuh kasih sebenarnya secara konkret kita telah menjadi sarana terciptanya kerajaan Allah di dunia ini, karena kerajaan Allah adalah suatu kerajaan dimana Allah meraja, karena Allah adalah kasih (1Yoh 4:8 dan 16) maka kerajaan Allah adalah suatu kerajaan dimana kasih meraja. Ibu Theresia dari Kalkuta, mempunyai sebuah pengalaman hidup yang menarik untuk kita, yang saya kutip dari buku “Kekasih Allah”, karangan Lukas Batmomolin,SVD, berikut ini:

“Aku akan selalu mengingat waktu terakhir aku berkunjung ke Venezuela di Amerika Selatan. Sebuah keluarga kaya telah memberikan tanah kepada para suster untuk membangun panti anak-anak, karenanya aku pergi ke sana untuk berterimakasih kepada mereka. Di dalam keluarga itu aku menemukan putra bungsu mereka menderita cacat yang parah. Aku bertanya pada ibunya: siapa nama anak itu? Si ibu menjawab: “Profesor Cinta, karena anak ini sepanjang waktu mengajarkan kepada kami bagaimana mengekspresikan cinta dalam sebuah tindakan.” Ada sebuah senyum yang manis di wajah ibu itu. “Profesor Cinta”, mereka memanggil anak mereka yang begitu menderita, begitu ternoda” (Ibid.240).

Dengan hadirnya orang-orang yang menderita karena kelahiran atau keturunan menurut saya juga merupakan salah satu cara Tuhan untuk mengajar kita bersyukur.
            Anda boleh percaya boleh tidak, seorang perawat anak-anak cacat di Bhakti Luhur yang kebanyakan karena kelahiran atau keturunan mengungkapkan pada saya bahwa anak-anak cacat itu pada umumnya merasa damai dan tidak minder padahal mereka mengalami cacat yang luarbiasa seperti tidak punya kaki, tidak punya tangan, buta, bisu, tuli atau lainnya. Kenyataan ini sungguh mengherankan saya.
            Pada waktu saya ikut retret “Maria” di Tumpang, salah seorang Suster Putri Karmel mengungkapkan bahwa kita tidak mungkin bisa memahami sepenuhnya jalan pemikiran Tuhan dan kehendak-Nya. Namun yakinlah bahwa kehendak Tuhan itu baik buat kita walaupun kadang terasa sangat menyakitkan, misalnya anak-anak yang terlahir cacat, secara duniawi hal itu terlihat sebagai suatu sial, rendah dan merupakan suatu beban tetapi menurut Suster itu, bisa jadi bahwa pahala mereka sangat besar, jauh lebih besar dari orang-orang normal di Sorga nanti.

4.      Berasal dari ketidaksempurnaan ciptaan Allah

a.  Ketidaksempurnaan tubuh dan jiwa manusia

            Harus diakui bahwa manusia diciptakan tidak sempurna. Manusia adalah citra Allah tetapi tidak sesempurna Allah. Secara jasmaniah dan rohaniah manusia tidak sempurna. Bisa mengalami sakit, mulai sakit flu, batuk, kanker, gangguan prostat, flu burung sampai AIDS, dan dapat mengalami stres dan sakit jiwa. Ilmu kedokteran hanya membantu tubuh dan jiwa manusia untuk mengatasi kerusakkan dan disintegrasi. Jadi tubuh dan jiwa itu sendirilah yang bertumbuh dan menyembuhkan dirinya, selebihnya ilmu kedokteran tidak bisa berbuat apa-apa. Bila seseorang sakit untuk bisa sembuh rumusnya adalah Stamina tubuh +Rahmat Tuhan. Ada hal-hal tertentu di luar kontrol ilmu kedokteran, yaitu pertumbuhan sel dan Rahmat Tuhan. Singkatnya ilmu kedokteran hanya bisa memfasilitasi dan memprediksi tetapi tidak bisa memberi kepastian. Ilmu kedokteran sama sekali tidak mampu membuat tubuh dan jiwa manusia menjadi sempurna sehingga 100% kebal penyakit.
            Sifat alamiah tubuh dan jiwa manusia mempunyai hukum-hukum dan batas-batasnya yang bila dilanggar akan mengakibatkan sakit atau meninggal misalnya: minum-minuman keras dan merokok menyebabkan penyakit, bunuh diri dapat mati, overdosis narkoba dapat menyebabkan kematian, kecelakaan dapat mengakibatkan luka-luka; cacat dan kematian. Selain itu stres yang melebihi daya tahan maksimal jiwa manusia dapat menyebabkan gangguan jiwa bahkan stroke dan kematian.

b.  Ketidaksempurnaan alam

            Seperti kita ketahui bahwa alam berproses, berkembang dan berubah kian waktu. Dan alam mempunyai hukum-hukumnya sendiri. Alam adalah pemandangan yang indah dan menakjubkan tetapi juga dapat menyebabkan bencana yang dahsyat misalnya gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gunung meletus, angin topan, angin tornado, hujan badai dan lain-lain. Dan semua itu dapat menimpa setiap orang tanpa pilih kasih baik orang baik maupun orang jahat, orang benar maupun orang berdosa, orang yang rendah hati maupun orang yang sombong. Namun walau bagaimanapun juga dalam setiap penderitaan kita tetap dapat menghadap Tuhan untuk memohon pertolongan, kekuatan, ketabahan dan penghiburan dari-Nya. Dan kita tidak perlu merasa dikhianati Tuhan atau dihukum Tuhan. Yang kita lakukan dalam setiap penderitaan, sebaiknya adalah tetap bersatu dengan Tuhan dan mengasihi sesama walaupun betapa beratnya penderitaan kita.
            Kita tidak mungkin memahami sepenuhnya apa maksud Tuhan dan kadang-kadang kita merasa Tuhan mengutuk dan tidak mengasihi kita, misalnya: Gempa bumi danTsunami di Aceh dan Nias pada akhir tahun 2004 dan awal tahun 2005, beberapa orang melihat hal itu sebagai suatu kutukan dan hukuman  Tuhan, beberapa orang lain melihat sebagai bencana murni, namun salah satu Suster Putri Karmel ketika saya retret berpendapat bahwa hal itu kemungkinan besar juga suatu rahmat dari Tuhan karena orang-orang yang meninggal itu sebelum meninggal dalam kondisi kritis mereka mungkin menyeru-nyerukan nama Tuhan, sehingga mereka meninggal dalam nama Tuhan, dan dengan demikian masuk Sorga. Kalau tidak langsung masuk Sorga ya di Api pencucian dulu, namun dengan harapan pasti bahwa cepat atau lambat akan masuk Sorga.

A.    Makna penderitaan.

Menurut saya semua penderitaan itu memiliki makna, asal kita bisa memaknainya. Namun makna penderitaan yang menimpa orang baik, benar dan rendah hati berbeda dengan makna penderitaan yang menimpa orang jahat, berdosa dan sombong. Untuk lebih jelasnya akan saya uraikan sebagai berikut:

1.      Makna penderitaan yang menimpa orang-orang baik,  benar dan rendah hati

Sebelum membahas hal ini lebih lanjut, saya ingin menceritakan tentang Santa Theresia dari Avila. Dalam segala suka dan duka beliau tetap penuh lelucon yang berbobot dan tetap penuh damai. Terutama ia tetap bersukacita, sumber kebahagiaan sejati, yang begitu mudah menular kepada orang lain. Misalnya: sebagai Ibu pendiri banyak biara, Santa Theresia sering menempuh jalan-jalan yang amat buruk, misalnya sungai Arlanzon mengancam kereta mereka karena banjir. Santa Theresia meloncat ke luar dan terluka. Ia berseru: “Tuhan, di tengah-tengah segala bencana ini kami harus mengalami kecelakaan ini juga!” Tetapi Tuhan Yesus menjawab: “Theresia, beginilah aku memperlakukan sahabat-sahabat-Ku!” Ya Tuhan, karena itu jumlah sahabat-Mu sedikit sekali!” sahut Santa Theresia. Kemudian pada kesempatan yang lain, pernah ia katakan: “Theresia yang membawa tiga dukat itu bukan apa-apa! Tetapi Theresia yang membawa tiga dukat, bersama dengan Yesus, itu berarti bahwa semuanya beres!. (Sumber: buku “Santa Theresia dari Avila, Hidup dan Karya”, yang diterbitkan oleh Dioma).
Kemudian dalam buku “Santo Yohanes dari Salib”, yang disusun oleh Romo H.Pidyarto.O,Carm, Santa Theresia dari Avila mengungkapkan: “Tuhan memperlakukan para sahabat-Nya dengan begitu ngeri, meskipun Dia tidak berbuat jahat kepada mereka, sebab ia berbuat demikian juga kepada Putera-Nya sendiri.”
            Penderitaan-penderitaan yang menimpa orang-orang baik, benar dan rendah hati bermakna sebagai cara Tuhan untuk membentuk kita menjadi lebih baik. Dapat diumpamakan Tuhan seperti seorang pandai emas yang menempa kita menjadi emas murni, atau dapat diibaratkan Tuhan seperti sorang pengukir yang mengukir kita menjadi suatu bentuk karya seni yang unik dan mahal harganya, atau dapat diumpamakan Tuhan seperti seorang pembuat benda-benda dari tanah liat yang membentuk kita menjadi bejana, guci atau benda-benda seni yang berharga tinggi. Memang sewaktu Tuhan membentuk kita, akan terasa sangat menyakitkan tetapi hasil baik akan tampak kemudian. Melalui penderitaan itu kita bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
            Namun sayangnya tidak semua orang berpikir seperti ini, ada orang tertentu yang justru bereaksi negatif  yaitu dengan mengalami penderitaan ia merasa Tuhan tidak ada, kemudian ia menjauhi Tuhan, berpikir buat apa terus berbuat baik dan benar, dan menutup diri bagi sesama. Bagi orang seperti ini penderitaan itu merupakan kutukan dan bukan rahmat.
            Sebenarnya Tuhan tidak membiarkan orang-orang baik, benar dan rendah hati menderita sendirian. Ia menyalurkan pertolongannya melalui orang-orang tertentu hingga akhirnya sampai kepadanya, misalnya: Ia menggerakkan orang-orang tertentu untuk menyumbang dana, membantu berupa tenaga, waktu dan lain sebagainya.
            Saya mengenal orang yang baik, benar dan rendah hati yang mengalami kecelakaan sepeda motor yaitu teman saya Emil dan Kharis. Pada waktu itu mereka mengikuti latihan koor untuk lomba antar Paroki mewakili Paroki Santa Maria tak bernoda, Lawang. Latihan koor diadakan pada malam hari, tetapi dalam perjalanan pulang mereka ditabrak oleh sepeda motor yang dikendarai oleh dua orang pria yang melarikan diri dari kejaran penjaga counter handphone, karena dua orang pria itu mencuri handphone. Dalam kecelakaan itu teman saya Emil mengalami luka-luka parah kemudian dibawa ke RSU. Dr.Saiful Anwar, Malang dan akhirnya meninggal dunia. Sedangkan Kharis kaki sebelah kirinya patah. Namun puji Tuhan ia tidak diamputasi. Kakinya dioperasi hingga akhirnya ia masih bisa berjalan lagi.
            Hal yang saya lihat adalah Tuhan memberi pertolongan kepada kedua orang teman saya ini melalui tangan orang-orang yang peduli kepada mereka. Banyak orang yang mendoakan mereka, muda-mudi Katolik Lawang sibuk memberikan pertolongan dengan segenap hati seperti mencari dan mengumpulkan dana, dengan membagi kolekte kedua dan mengamen di depan Gereja. Bahkan ada yang menyesal tidak bisa menyumbang darahnya karena golongan darahnya berbeda dengan golongan darah Emil.
            Pada waktu hari meninggalnya Emil tepat dihari minggu dimana kelompok koor mereka berlomba. Para anggota koor mengikuti lomba kemudian setelah itu mereka menghantar Emil ke peristirahatan terakhir. Pada waktu itu kelompok koor itu menyumbangkan lagu koor mereka di depan peti jenasah Emil sebelum dimasukkan ke liang lahat. Lagu yang mereka nyanyikan berjudul “Lau Date” dan “Salurkan rahmat Tuhan.”  Lagu itu dibawakan dengan sangat syahdu diiringi linangan airmata dan isak tangis. Banyak orang yang merasa kehilangan terutama seluruh anggota koor dan muda-mudi Katolik Lawang termasuk juga saya. Hal yang selalu saya ingat bila teringat Emil adalah senyumnya yang tulus.
            Setelah Emil dikuburkan beberapa anggota koor itu menjenguk Kharis di RSU. Dr.Saiful Anwar. Setiap hari ada saja orang yang peduli dan menjenguk Kharis di Rumah sakit. Pada waktu kecelakaan terjadi mereka berboncengan dengan sepeda motor Vespa. Kharis di depan sedangkan Emil di belakang. Pada waktu kecelakaan terjadi, Kharis terpental dan masuk selokan. Orang-orang yang menolong tidak melihat Kharis karena pada waktu itu malam hari dan gelap, baru kira-kira satu jam kemudian orang-orang mencari dan menemukan Kharis dan mereka membawanya juga ke RSU. Dr.Saiful Anwar.
            Setelah dioperasi dan diperbolehkan pulang, Kharis menggunakan kursi roda dan dua alat penyangga. Yang saya sangat kagumi dari Kharis adalah semangatnya untuk tetap dapat berjalan. Ia mematuhi saran dokternya untuk sering melatih kakinya untuk berjalan.
            Kadang-kadang pada hari minggu, Mas Tatang menjemput Kharis dengan mobil dan menghantarnya ke Gereja. Setelah misa kudus selesai banyak orang yang peduli, menyapa dan menjabat tangannya. Dan walaupun ia belum sembuh benar, ia tidak kapok, ia tetap ikut kegiatan muda-muda Katolik Lawang. Karena kekuatan mentalnya inilah ia berhasil sembuh lebih cepat dari apa yang diperkirakan dokter. Kharis adalah contoh figur yang patut diteladani dalam menghadapi penderitaan.
            Saya juga mengenal seorang pengusaha yang bernama Pak Handoko, ketika bisnisnya mengalami krisis ia mengatakan pada saya: ”Badai dan hujan benar-benar hebat dan kencang sehingga membuat saya harus masuk dan berlindung di Rumah Bapa.” Karena krisis itu ia menjadi rajin pergi mengikuti misa kudus di Gereja dan mengajak saya untuk ikut retret di Pertapaan Karmel, Ngadireso, Tumpang.  Kemudian ia semakin mendekatkan diri pada Tuhan dengan menimba ilmu rohani kepada seorang biarawan yang bernama Frater Agung.O,Carm, yang ia istilahkan dengan “Saya sedang meguru.” Kemudian ia pun berlangganan buku renungan harian dan rajin ikut doa Lectio divina setiap dua minggu sekali di biara Karmel “Johannes a Sancto Samsone” Jalan Talang no 5, Malang. Padahal rumahnya di Surabaya dan doa Lectio divina itu dimulai jam 17.30 sampai dengan jam 19.30 malam. Ia merupakan juga salah satu figur yang patut dicontoh dalam menghadapi penderitaan. Bagi dia penderitaan itu menjadi rahmat dan berkat.
            Seorang Romo dalam kotbahnya pada waktu misa kudus yang saya ikuti juga mengungkapkan tentang seseorang yang dapat mengambil hikmah dari penderitaan sehingga penderitaan itu menjadi rahmat baginya, dimana orang ini adalah salah satu korban bencana gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya pada bulan Mei tahun 2006. Setelah gempa itu ia menyadari betapa dahsyat dan ajaib kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan, ia mendapati bahwa segala harta benda yang ia kumpulkan seperti Mobil, Sepeda motor, rumah dan segala isinya adalah tidak berarti lebih tepatnya sia-sia karena semua itu hancur rata dengan tanah, dan ia menjadi sadar bahwa kekayaan yang patut dihargai adalah relasi kasih yang baik dengan Tuhan, sesama dan alam.
            Frater Agung.O,Carm sewaktu doa Lectio divina pernah mengungkapkan bahwa hampir mustahil seseorang dapat percaya dan mencintai Tuhan bila semuanya selalu berjalan mulus, selalu sehat, selalu bisa, selalu sukses, tanpa kesulitan dan penderitaan sedikitpun. Penderitaan berguna untuk membantu perkembangan iman seseorang. Dengan adanya penderitaan seseorang terdorong untuk berserah dan bergantung pada Tuhan. Apalagi bila sudah terpojok/mentok dan tidak ada alasan untuk berharap lagi selain kepada Tuhan.

2.      Makna penderitaan yang menimpa orang-orang jahat, dan sombong

            Penderitaan-penderitaan yang menimpa orang-orang jahat dan sombong bermakna mendidik, mengajar dan memberi peringatan.  Itu bukan kutukan dan hukuman tetapi rahmat dan berkat. Itu adalah salah satu bentuk cara Tuhan untuk mengasihi manusia agar dengan demikian manusia menjadi rendah hati dan bertobat. Memang rasa sakit sangat efektif, untuk membuat orang menjadi rendah hati dan bertobat. Penderitaan semacam itu dapat dikatakan sebagai “Tamparan Tuhan.” Dasarnya dalam kitab suci adalah pada Ibr 12:5-13 dan Wah 3:17-19, yang sudah saya lampirkan pada waktu pembahasan tentang rendah hati.
            Apakah anda ingin tahu seberapa besar harga kerendahan hati dan pertobatan di mata Tuhan? Sejujurnya harus saya ungkapkan, karena amat besarnya cintakasih Tuhan pada manusia, agar manusia rendah hati dan bertobat sehingga tidak masuk neraka, Ia tega membunuh bahkan membantai atau memusnahkan ribuan orang. Apalagi orang, sedang anak tunggal-Nya sendiri yang amat dikasihi-Nya pun tidak ia sayangkan, melainkan ia jadikan korban persembahan bagi keselamatan seluruh umat manusia.
            Sebagai bagian akhir pembahasan ini, sekarang saya akan mempersembahkan untuk anda doa Beato Titus Brandsma, berikut ini:

Doa Beato Titus Brandsma
( Di muka gambar Yesus dalam
sel penjara Scheveningen
12 – 13 Februari 1942 )

O Yesus, bila ku pandang wajahmu,
ku terkenang akan kasihku untuk-Mu,
pun pula kasih hati-Mu akan daku,
bahkan sebagai teman akrab-Mu.

Meski harus tabah menderita.
ah, segala sengsara tak mengapa,
sebab aku makin serupa dengan-Mu,
dan, itulah jalan menuju Kerajaan-Mu.

Aku bahagia dalam derita.
Yang tak ku pandang sebagai musibah,
melainkan sebagai anugerah mulia.
Yang menyatukanku dengan-Mu, ya Allah.

Ah, biarlah aku seorang diri,
walaupun hawa sekitar dingin sekali.
Tak perlu aku dijenguk di sini,
tak jemu aku tinggal seorang diri.

Sebab Engkau, O Yesus, besertaku.
Tak pernah aku sedekat ini pada-Mu.
Tinggal, tinggallah padaku, Yesusku.
Beserta-Mu, baiklah keadaanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar