Stres berat ketujuh.

STRES BERAT YANG KETUJUH

            Setelah keluar dari RSJ, aku kembali bekerja di rumah retret. Tiga bulan kemudian penyakitku kambuh lagi.

            Waktu itu bulan Februari, aku kembali merasakan kecurigaan dan kebencian yang amat sangat pada teman-teman kerjaku tanpa sebab yang jelas, selain itu aku sibuk mencatat semua isi hati dan pikiranku dan sibuk melukis simbol-simbol dan juga melukis abstrak dengan sangat memaksakan diri sampai aku stres berat dan kambuh lagi, bahkan cat air yang aku pakai untuk melukis, aku minum. Lalu aku pergi ke rumah Pak Handoko di Surabaya, sambil membawa lukisan-lukisan simbolku dan aku tunjukkan serta jelaskan makna-maknanya pada beliau. Kemudian aku kembali berkepribadian ganda. Otoritas lain di dalam diriku kembali menguasai dan memerintah aku, dan aku patuhi karena aku merasa sangat yakin kepadanya.

            Waktu itu aku katakan pada Pak Handoko bahwa kota Surabaya sebentar lagi akan di bom dan aku sedang dikejar-kejar pemerintah karena pemerintah tidak senang padaku karena aku adalah calon Presiden yang baru. Selain itu aku katakan bahwa Negara Republik Indonesia akan berubah menjadi Negara Republik Indonesia Federal, dan agama Katolik akan mengambil alih fungsi kekuasaan dan mayoritas pengikut di Indonesia. Aku katakan juga bahwa sebentar lagi kiamat, bahkan sekarang adalah detik-detik kiamat. Aku jelaskan bahwa Surga itu seperti rumah yang ada kebunnya, rumah itu terbuka bagi semua orang yang ingin masuk, tetapi banyak orang merasa tidak pantas dan memilih tinggal di kebun.

            Malam harinya aku menginap di rumah beliau dan aku tidak bisa tidur, waktu itu aku terlalu banyak pikiran. Kemudian pagi-pagi sekitar jam 04.00 aku bangun lalu mandi. Di kamar mandi aku merasa diajak berkomunikasi jarak-jauh dengan Presiden Amerika Serikat, melalui jaringan internet otak manusia. Ia menyebutku bapak Presiden dan yang mulia. Setelah itu otoritas lain dalam diriku itu menyuruhku untuk bermain-main dengan sabun, ember dan selang seolah-olah aku sedang diajari bagaimana cara memimpin sebuah negara. Lalu aku menyemprot atap dan dinding kamar mandi, setelah itu otoritas lain itu menyuruhku memakan sabun, dan aku menurutinya. Kemudian pak Handoko menelepon aku dari pabriknya, beliau bertanya aku sedang apa, maka ku jawab bahwa aku sedang mereformasi negara Indonesia.

            Setelah itu Roy menyuruhku ganti pakaian, kemudian aku diajak sarapan. Tetapi aku tidak bisa makan karena mulutku menjadi sensitif, gara-gara mengunyah dan menelan sabun. Terkena sambal sedikit saja rasanya sangat pedas bukan main, apalagi waktu itu aku mengambil dan memakan banyak sambal. Lalu aku mulai berbicara melantur dengan Roy, kadang menggunakan bahasa Inggris. Kemudian oleh Roy aku diajak ke pabrik pak Handoko, menggunakan sepeda motor menemui beliau. Selama dalam perjalanan itu jari telunjuk kananku menunjuk kepala roy dan jari telunjuk kiriku menunjuk jantungku, begitu terus sampai kami tiba di pabrik.

            Sesampai di pabrik, pak Handoko menyambutku dengan ramah, dan oleh pak Ran aku ditanyai nomor togel, kemudian aku merujuk angka 479, tetapi maksudku itu bukanlah angka togel melainkan itu adalah angka sempurna dimataku. Menurut penilaianku, 4 adalah angka sempurna perguruan tinggi, 7 angka sempurna dalam agama dan 9 angka sempurna kemampuan dan usaha manusia, karena angka 10 adalah milik Tuhan.

            Kemudian ketika aku melihat pak Hari yang berwajah sangar, aku segera mendekatinya dan menyuruhnya diam lalu aku membaptisnya, dengan membuat tanda salib di keningnya, kedua matanya, hidungnya, mulutnya dan kedua tangannya, dengan telunjuk jariku, setelah itu aku katakan: “Dosa anda sudah diampuni, tapi jangan berbuat dosa lagi, karena saya dan Tuhan bosan mengampuni anda terus-menerus”.

            Lalu aku mengemukakan gagasan tentang ekspor-impor orang berdosa, maksudnya orang-orang yang berdosa dibuang ke negara lain dalam keadaan sengsara seperti jadi gelandangan atau orang yang sangat menderita misalnya dibuang ke negara Nepal.

            Kemudian pak Handoko menyuruh Roy mengantar aku ke terminal Bungurasih. Sesampai di sana aku berjalan, ketika itu aku membawa kantung plastik berwarna merah berisi dompet, uang Rp.100.000 dan barang-barang lain. Tiba-tiba ketika aku sedang berjalan, otoritas lain dalam diriku berkata: “Jatuhkan kantung plastik merahmu itu”, maka secara spontan kantung plastik merah itu beserta isinya segera aku jatuhkan.

            Lalu aku naik bis dan berangkat ke Malang. Pada waktu itu aku tidak langsung pulang melainkan langsung pergi menuju terminal Arjosari. Tiba-tiba aku mengalami halusinasi film James Bond, dan aku merasa sangat yakin sekali bahwa aku adalah James Bond yang sebenarnya, maka aku bertingkah seperti James Bond yang sedang memegangi dua buah pistol dan menembaki mobil-mobil yang sedang diparkir dan orang-orang yang sedang lalu lalang di terminal, dengan kedua telunjuk jariku. Pada waktu itu orang-orang menertawaiku dan berkata: “Ada orang baru gila”. Kemudian aku berniat pulang ke rumah retret dimana aku bekerja, maka aku segera masuk mikrolet dan menodong kepala sopir mikrolet itu dengan telunjuk jari kananku yang dalam imajinasiku itu adalah sebuah pistol, sambil berkata: “Jalan Pak!”, sedangkan telunjuk jari kiriku menodong ke arah para penumpang. Dalam pikiranku mereka semua adalah para sanderaku.

Sesampai di rumah retret aku kembali melukis. Waktu itu aku melukis mata uang Dolar Sempurna, panggilan singkatnya DS, yaitu mata uang yang aku pikir akan berlaku di Negara Republik Indonesia Federal, yang akan aku pimpin. Aku merasa bahwa Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi karena mata uangnya tidak mempunyai rumus. Kalau mata uang Amerika serikat punya rumus: “We Trust With God”, maka akupun berpikir akan membuat rumus mata uang yang melebihi Amerika serikat, dan rumus itu adalah: “Kami percaya pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria”. Bahkan aku pun membuat susunan warna bendera yaitu ungu muda dan ungu tua, maksudnya bahwa negara ini berdiri atas penderitaan dan semangat orang muda dan orang tua.

            Semalaman aku tidak tidur, kemudian pagi harinya kira-kira jam 08.00 aku menelepon kampusku dahulu, melalui wartel: “Hallo Pak, hari ini adalah hari kiamat, dan sekarang adalah detik-detik kiamat”, lalu orang yang menerima telepon itu bertanya: “Dari mana kamu tahu?”, “Saya tahu karena roh saya mengatakan begitu”, jawabku. Berkali-kali aku menelepon kampus itu dan mengatakan hal yang sama. Ketika itu aku merasa bahwa galaksi Bimasakti sudah kiamat dan penduduk Bumi akan pindah ke galaksi Andromeda, dimana di sana udaranya sangat sejuk seperti AC, dan cahaya mataharinya berwarna hijau muda. Setelah itu aku mengambil minuman suplemen, di wartel itu lalu meminumnya sambil berteriak: “Bisa!”, menirukan Jacky chan dalam iklan di televisi. Karena aku tidak membayar, penjaga wartel itu marah besar lalu mau menampar aku, tetapi aku membuat tanda salib berkali-kali dengan cepat, kemudian pergi dan masuk ke kamarku.

Setelah itu, aku dipanggil keluar dari kamar, lalu dipegangi teman-teman kerja setelah itu dibawa ke RSJ. Ketika sedang digotong beramai-ramai dalam perjalanan aku berjumpa dengan Parno, kepadanya aku berteriak: “Mister Parno, selamat jalan ke Neraka!”, kemudian aku dimasukkan mobil dan segera dibawa ke RSJ. Di perjalanan aku berkata bahwa hewan-hewan juga perlu retret agar mendapat pencerahan, jadi ayam perlu retret, sapi perlu retret dan lain sebagainya. Maka tibalah aku di RSJ, kali ini aku ditempatkan di ruang Rambutan, lalu dipindahkan ke ruang Semangka, agar lebih murah, karena ruang Rambutan  adalah ruang kelas 2 dan ruang Semangka adalah ruang kelas 3.