RATNA.

RATNA

            Aku punya seorang sahabat wanita bernama Ratna, ia ku kenal melalui Chating lewat handphone, kemudian komunikasi kami berubah melalui SMS. Walaupun aku belum pernah melihatnya namun aku telah jatuh cinta kepadanya. Aku mabuk kebaikkannya. Hatiku berbunga-bunga dan dunia terasa lebih indah. Dalam keadaan seperti itu aku mengirim SMS yang bunyinya: “Ratna walaupun aku belum pernah melihatmu tetapi aku berjanji bahwa aku akan menerimamu apa adanya karena aku tahu hatimu sangat baik”. Dan ia membalas SMS ku yang bunyinya: “Aku beruntung, bersyukur dan bahagia kenal sama kamu tapi aku muslim. Kalau kamu mau pindah agamaku sich nggak papa kita jadian tapi aku memang gak mungkin mengikuti agamamu”.

            Lalu kami berjanji untuk bertemu tanggal 6 Maret tapi dia mengusulkan untuk bertemu bulan Februari. Akhirnya hari minggu tanggal 20 Februari aku pergi ke tempatnya di Blitar.

            Aku merencanakan naik kereta api. Jadwal pemberangkatan kereta api menunjukkan bahwa jam 06.30 sudah berangkat dari stasiun, tetapi aku bangun kesiangan, yaitu jam jam 06.30 tepat. Akhirnya aku terburu-buru dan tergesa-gesa, mandi kilat dan berlari ke stasiun . Tepat di stasiun kereta sudah meniupkan peluitnya tanda berangkat, maka aku berlari mengejar kereta dan menggantung di pintunya. Pada saat itu sandal selopku yang sebelah kiri terjatuh ke bawah, maka hilanglah satu sandalku, maka kemudian sandal yang sebelah kanan pun akhirnya aku lemparkan ke luar kereta juga.

            Dalam perjalanan aku langsung membeli nasi bungkus untuk sarapan pagi, agar aku tidak sakit perut. Pada saat itu kereta penuh sesak dengan para penumpang. Banyak penumpang yang berdiri. Lalu aku bertanya pada seorang penumpang di sebelah tempat dudukku agar memberitahu aku bila sudah tiba di stasiun Talun.

            Akhirnya sampailah aku di stasiun Talun, lalu aku menelepon Ratna dan beberapa saat kemudian ia datang, lalu kami berjalan kira-kira 10 menit, menuju tempat parkir sepeda motornya. Kemudian ia yang mengendarai sepeda motor karena aku tidak bisa mengendarai sepeda motor, aku dibonceng di belakang.

            Beberapa menit kemudian kami tiba di rumah tante Ratna. Ratna tidak mengajak aku ke rumahnya karena di rumahnya masih ada acara dan banyak tamu berkumpul di sana. Kemudian kami asyik ngobrol bersama. Pada saat itu aku melihat ada kecocokkan diantara kami. Aku benar-benar tertarik padanya karena kata-katanya enak di dengar dan sikapnya benar-benar memikat hati.

            Tetapi ia mengajak aku untuk berteman dulu, mengingat agama kami berbeda. Ia dan keluarganya adalah pemeluk agama Islam yang kuat sedangkan aku juga sudah mantap dengan agama Katolik.

            Kemudian kami pergi ke warung nasi. Aku makan siang sedangkan ia tidak mau makan. Ia menemani aku makan sambil bermain handphone. Setelah makan kami lanjutkan dengan ngobrol, kemudian aku bermaksud membayar biaya makanku, tetapi Ratna memohon bahwa dia yang membayar alasannya aku adalah tamunya. Kemudian Dewi berpesan padaku bahwa lain kali aku boleh main ke rumahnya bila aku punya waktu. Kemudian aku bertanya padanya tentang apa acaranya hari itu, lalu ia menjawab bahwa nanti sore mau mengambil komputer di kota Blitar. Mendengar itu aku segera pamit pulang ke Malang agar tidak mengganggu jadwal agendanya. Kemudian aku pulang naik bis.

            Tetapi setelah kejadian itu Ratna tidak dapat aku hubungi lagi. Rupanya ia berganti nomor. Maka hilanglah ia dari hidupku, meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.