STRES
BERAT YANG KEDUA
Stres beratku yang kedua terjadi waktu aku duduk di
bangku kelas dua SMA. Waktu itu aku sempat tidak masuk sekolah selama dua
minggu dan selama satu minggu aku diopname di Rumah Sakit Umum.
Aku masih ingat betul, waktu itu aku berada di dalam
gereja pada waktu Misa Kudus, dalam keadaan putus asa. Aku bilang pada Tuhan:
“Tuhan Yesus aku tidak berkuasa lagi atas hidupku, aku benar-benar patah hati,
aku serahkan hidupku mulai detik ini ke dalam tanganmu”. Lalu setelah itu aku
dengan sengaja menghentikan nafas, dan tidak berniat untuk menarik nafas lagi.
Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba aku mendengar perintah dari dalam diriku
yang sangat meyakinkan: “Cepat berputar!”, maka aku segera berdiri dan
berputar-putar di tempat, di dalam gereja. Hal itu disaksikan oleh orang
banyak, maka mereka segera memegangi aku dan aku berusaha melepaskan diri
sambil berteriak-teriak histeris. Kemudian aku sadar dan aku sangat malu
sekali. Sejak kejadian itu aku merasa dicap sebagai orang stres. Waktu pulang
dari gereja ada orang yang mengolok-olok aku: “Ada orang suci lewat, ada orang
suci lewat”, maka orang itu aku cakar dan aku dorong ke dalam selokan.
Lalu aku pulang dan sesampai di rumah aku segera masuk ke
kamarku, tapi banyak orang berdatangan, berusaha ingin tahu keadaanku. Aku
marah sekali dan menyuruh mereka pulang. Tetapi karena mereka tidak pulang-pulang
maka aku mengangkat meja dan aku banting ke lantai hingga berbunyi keras dan
menjadi berantakkan, maka orang-orang itu pun segera pulang. Selang beberapa
saat kemudian tetangga sebelahku datang dan berkhotbah di depan pintu rumahku:
“Makanya Kita harus rajin ke gereja!”, aku menjadi sangat marah dan ku
umpat-umpat dia dengan kata-kata yang tidak sopan lalu aku usir dia pergi.
Malam harinya kira-kira jam 02.00 aku merasa sangat takut
seperti dikejar-kejar iblis, oleh sebab itu aku berlari ke gereja, tapi pintu
gereja dalam keadaan terkunci, maka aku minta koster gereja untuk
membukakannya. Aku ketuk-ketuk pintu kamarnya, setelah itu aku bilang padanya
bahwa aku ingin berdoa di dalam gereja, akhirnya pintu gereja dibukakan dan aku
segera berdoa dengan cemas dan gelisah. Namun ketakutan itu tak kunjung reda,
maka aku mengambil salib di atas altar kemudian kaki patung Yesus di salib itu
aku ciumi sambil terus berdoa. Kira-kira jam 03.00, aku keluar gereja kemudian
duduk di kursi depan sakresti, lalu aku berteriak-teriak keras, setelah itu aku
pergi ke sumur belakang gereja lalu duduk di sudut sumur itu sambil memeluk dan
menciumi salib.
Pagi harinya, kira-kira jam 05.00 sampai jam 06.00, aku
berlari mengelilingi kebun gereja berulang-ulang, lalu ayahku datang dan aku
dibawa pulang.
Sesampai di rumah aku disuruh mandi lalu aku berganti
pakaian kemudian keluar rumah dan berlari kencang di jalan aspal yang masih
ditimbun pasir, aku terus berlari menjauhi rumah, dengan pemikiran tidak akan
kembali lagi. Akhirnya aku kecapaian dan berjalan kaki sambil terengah-engah,
ketika itulah langkahku terkejar oleh pamanku Suwandi.
Kemudian pamanku mengajakku ke rumah pamanku Suwaji, yang
kebetulan rumahnya sangat dekat dengan tempat itu. Sesampai di sana aku ditaruh
dalam kamar dan dijaga ketat. Pada waktu itu banyak orang yang berkerumun di
ruang tamu. Lalu aku ditawari rokok oleh pak Hadi, yang kemudian aku terima dan
aku hembuskan panjang-panjang.
Pada
waktu itu pak Morjas datang dan berusaha membantu aku dengan cara memijat
refleksi tetapi aku marah dan aku hantam kepalanya dengan sangat keras sekali. Setelah itu aku kembali ke
kamar dan aku minta pintu ditutup, kemudian aku meloncat lewat jendela dan
terjatuh kemudian berlari tetapi orang-orang kembali mengejarku. Karena aku
terpojok kemudian aku masuk kandang sapi dan masuk ke dalam timbunan kotoran
sapi. Lalu orang-orang memegangi aku, setelah itu aku dimandikan.
Sore harinya aku merasa ingin mati, lalu aku merentangkan
tanganku seperti Yesus disalib lalu menahan nafas dan kembali tidak ingin
menarik nafas lagi, begitu terus-menerus. Kemudian ambulan datang dan aku
dibawa ke rumah sakit umum.
Setelah satu minggu, kemudian aku dibawa pulang. Beberapa
hari kemudian aku sekolah di SMA lagi, dan berkat Tuhan aku masih bisa lulus
walaupun hanya dengan nilai pas-pasan.
Bila aku ingat-ingat lagi, pemicu stress berat tersebut
adalah karena aku stres pelajaran dan karena aku di tolak cewek. Aku stres
pelajaran karena aku salah masuk jurusan. Kemampuanku IPS tapi aku masuk IPA,
aku stres pelajarn Kimia, Fisika dan Matematika. Aku bisa salah masuk ju-rusan
karena aku tidak suka dengan seorang guru yang mengajar pelajaran akuntansi.
Selain itu aku punya musuh yang masuk IPS. Sedangkan nilaiku harus bagus karena
aku hanya bisa sekolah bila nilaiku bagus, maklumlah aku dibiayai oleh kepala
sekolahku.
Sedangkan cewek yang menolakku adalah Evelyn, ia adalah
gadis yang sangat cantik jelita, aku benar-benar jatuh cinta kepadanya. Hatiku
hancur ketika aku mengetahui bahwa ia sudah punya pacar, apalagi ia sering
bermesraan di depan mataku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar