Stres berat yang pertama.

STRES BERAT YANG PERTAMA

            Kalau aku ibaratkan stress hidupku seperti grafik, aku mengalami naik turun dalam keadaan jiwaku. Gunung grafik ekstrim yang pertama terjadi ketika aku duduk di bangku kelas VI SD. Waktu itu aku mengalami depresi. Aku sangat pesimis, sangat sedih dan inginnya bunuh diri. Tapi aku selalu mengurungkan niatku dan aku berjanji kalau Tuhan menyembuhkan hati dan pikiranku sehingga dapat merasa damai maka aku akan masuk Biara dan menjadi seorang Pastor. Tapi saat ini aku tidak menepati janji itu, karena aku sangat ingin punya istri dan anak-anak.

            Aku masih ingat waktu itu aku mengeluh sepanjang hari. Siapapun yang ku temui, aku keluhi. Ketika aku mengeluh pada bibiku, beliau menyuruhku untuk minta: “Air orang tua”, pada orang tuaku. Maka aku utarakan nasehat beliau pada mereka. Orang tuaku mengatakan bahwa yang dimaksudkan bibiku adalah agar aku dimintakan air yang berasal dari dukun atau orang pintar, supaya aku minum. Kedua orang tuaku tidak dapat memenuhi permintaan bibiku itu, karena tidak punya uang. Kemudian ibuku memberi aku minum air putih dari teko rumah kami.

            Kalau beberapa orang mengatakan bahwa aku sakit karena salahku sendiri, setelah aku pikir-pikir ada benarnya juga, karena aku suka memaksakan diri dalam hal belajar dan melukis. Di sekolah memang aku dapat rangking bagus, tidak hanya itu, tiap ada lomba menggambar dan ujian sekolah minggu aku selalu juara, bahkan sering juara I. Tapi caraku memperoleh semua itu adalah dengan memaksakan diri. Titik tolaknya adalah ketika aku duduk di bangku kelas IV SD, waktu itu nilai raportku sangat buruk, lalu aku bertekad untuk tidak bernilai buruk lagi, maka aku belajar sangat keras. Bahkan aku menghapal satu kalimat pelajaran bisa 5 kali atau lebih, sampai aku benar-benar hapal. Caraku ternyata manjur, setelah itu aku dapat rangking dan sering juara satu tapi jiwaku hancur.