ANEH
Sekarang
aku akan menceritakan bagaimana dua orang temanku memperlakukan binatang. Yang
pertama adalah aku mempunyai seorang teman yang percaya bahwa di dalam diri
binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan terdapat Roh Tuhan sendiri yang membuatnya
dapat hidup dan bergerak, lebih jauh ia pun percaya bahwa binatang-binatang dan
tumbuh-tumbuhan juga memiliki jiwa, artinya mereka juga mempunyai pikiran dan perasaan, oleh sebab
itu lah ia sangat mengasihi binatang-binatang bahkan binatang yang sangat kecil
sekalipun seperti semut misalnya, dan ia tidak akan sembarangan membunuh
binatang kalau binatang itu tidak benar-benar mengganggu, sekalipun itu kecoa
atau semut. Contoh konkret tentang bagaimana ia mengasihi
binatang-binatang adalah: Bila ia melihat kupu-kupu atau capung terjebak
dalam ruangan tertutup ia akan segera menangkapnya dan kemudian melepaskannya
ke alam bebas agar mereka tidak mati, bila ia berjalan dan hampir menginjak
semut maka ia akan segera berhenti atau menahan langkah kakinya sehingga semut
itu terselamatkan, bila ia melihat dua ekor ayam yang sedang bertarung ia akan
segera melerai dan memisahkannya, bila ia melihat anjing dan dirasa anjing itu
cukup bersahabat, maka ia akan segera membelai-belai anjing itu dan kalau ia
membawa makanan ia akan segera memberikannya pada anjing itu. Pernah pada suatu
kali ia sangat kasihan pada burung yang sarang barunya jatuh sebelum sempat
ditempati, padahal untuk membuat sarang itu, burung itu mengumpulkan satu demi
satu daun dan ranting-ranting kecil, yang bila dihitung jumlahnya lebih dari
seribu, itu berarti burung itu
lebih dari seribu kali bolak-bolak ketika menyusun ranting itu. Temanku itu juga mengungkapkan keprihatinannya atas burung-burung yang
ditembaki oleh orang-orang yang hanya menuruti ego.
Lalu sekarang
aku
akan meceritakan temanku yang kedua. Temanku ini sangat suka pada anjing
terutama anak-anak anjing, oleh karena itulah ia sangat senang bermain-main
dengan mereka, namun anehnya karena begitu gemasnya anak-anak anjing itu
kadang-kadang dibantingnya, sehingga sudah ada puluhan anak anjing yang mati di
tangannya. Kadang-kadang ia menaruh anak-anak anjing itu ke dalam kardus
kemudian meletakannya di atas kursi di bawah terik sinar matahari, sehingga
anak-anak anjing itu kepanasan dan kehausan, apabila anak-anak anjing itu
meloloskan diri dan jatuh ke bawah segera anak-anak anjing itu dikembalikan
lagi ke dalam kardus itu, begitu seterusnya, sampai akhirnya anak-anak anjing
itu sangat kehausan, megap-megap, lemas dan hampir pingsan, ketika itulah
anak-anak anjing itu dibawa ke tempat yang teduh kemudian diberi minuman keras,
sehingga anak-anak anjing itu mabuk dan teler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar