Di ruang Pisang.

DI RUANG PISANG

            Aku masuk ruang Pisang pada bulan Februari 2007 sampai bulan April 2007, jadi kurang lebih selama dua bulan. Sebelum ditempatkan di ruang ini aku terlebih dulu dimasukkan ke ruang Melon selama beberapa hari. Waktu itu adalah malam hari, aku dibawa ke UGD RSJ oleh Bruder Marco dan Frater Hari, dengan tangan berlumuran darah karena aku baru saja menghantam kaca pintu dan kaca jendela, kemudian tanganku dijahit hingga beberapa jahitan, setelah itu aku disuruh tidur di ranjang tempat pemeriksaan lalu didiamkan. Beberapa saat kemudian tiba-tiba aku menjadi mania dan hiperaktif, aku menjadi banyak bicara dengan keras dan tanpa kendali, lalu aku melompat dari tempat pemeriksaan itu, setelah itu dua orang Mantri memegangiku, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri, dan aku berteriak-teriak dengan keras, kemudian aku dibawa ke ruang Melon. Waktu itu pintu ruang Melon dalam keadaan terkunci, tiba-tiba aku merasa yakin dalam imajinasiku bahwa pintu itu adalah portal galaksi Andromeda, karena tertutup maka aku menendangnya dengan amat sangat keras sekali, hingga mengagetkan para Mantri dan pasien ruang Melon, untung pintunya tidak rusak. Kemudian aku dibaringkan di tempat tidur dan tangan serta kakiku di ikat.

Seperti biasa selama di RSJ, aku memiliki banyak pengalaman suka dan duka. Aku pernah bilang pada pak dokter yang bertugas di ruang Pisang: “Mister President Docter, look it is!”, kemudian aku membuat tanda fuck you dengan kedua tanganku  di depan mata salah seorang Mantri yang ku curigai berwatak jahat.

            Waktu itu ada seorang pasien yang suka membuang penutup air bak mandi, hingga jadi kering.

            Ada seorang pasien yang wajahnya mirip Mahatma Gandhi. Ketika itu aku benar-benar yakin bahwa dia adalah Mahatma Gandhi. Pada suatu hari ada pasien lain yang tiba-tiba memukulinya. Aku benar-benar kasihan padanya. Tapi pasien yang memukulinya itu, gantian dipukuli pak Mantri karena dilaporkan oleh pasien lain.

            Di ruang ini aku jatuh cinta pada mahasiswi AKPER yang sedang PKL bernama Yulia. Dia sangat baik padaku dan ketika aku minta dibelikan kopi, benar-benar dibelikan olehnya. Hampir tiap hari aku bercanda dengannya. Waktu itu dia bertugas di ruang Apel, yang terletak tepat di depan ruanganku.

            Setelah Yulia pulang, aku akrab dengan mahasiswi PKL lain yang bernama Ade. Hampir tiap hari ia menyanyikan lagu-lagu Banyuwangi untukku, di bawah pohon Cerry. Waktu itu aku memanggilnya dengan sebutan Mbak Chelsie, karena dia mengingatkan aku pada Chelsie Olivia. Selain mbak Ade aku juga akrab dengan mbak Oong yang bagiku wajahnya mirif dengan Titi Kamal.

            Hari demi hari berlalu perlahan-lahan aku sadar bahwa aku sakit, dan sedang dirawat di RSJ, kesadaran inilah yang mempercepat proses penyembuhanku.

            Aku sangat berharap ini adalah terakhir kalinya aku stres berat dan dirawat di RSJ. Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan menjaga kesehatanku dengan sungguh-sungguh, agar tidak jatuh sakit lagi.