Minggu, 25 Desember 2011

Di ruang Rambutan.


DI RUANG RAMBUTAN

            Aku diopname di ruang Rambutan mulai bulan februari 2003 sampai bulan april 2003. Jadi kurang lebih selama dua bulan. Ketika sampai di ruang ini, aku memakai kacamata dua sekaligus, dan memakai baju rangkap-rangkap. Kemudian aku langsung dibaringkan ke tempat tidur, dan kedua tangan dan kakiku ditali selama tiga hari. Pada waktu itu aku mengalami penderitaan batin yang amat sangat, dan aku meratapi nasibku dan mengeluh pada Tuhan. Kemudian aku mendengar suara yang mengatakan bahwa apabila aku mau berpindah ke agama Islam maka aku akan dilepaskan dari ikatan. Waktu itu aku berperang melawan diriku sendiri. Aku bersyukur karena aku tidak murtad.
            Setelah tiga hari diikat, kemudian aku dilepaskan, tetapi tangan dan kakiku mati rasa selama berminggu-minggu karena tali yang mengikat tangan dan kakiku terlalu erat. Kemudian aku dimasukkan ruangan yang khusus untuk pasien-pasien parah. Setelah itu aku tidur di atas kasur. Kemudian ada pasien baru datang maka aku memberi tempat tidurku padanya sedangkan aku tidur di lantai. Pada semua pasien aku berteriak: “Jangan meludah sembarangan karena bapak Presiden tidur di lantai”.
            Pada suatu malam aku membaptis semua pasien di ruang isolasi itu. Aku memberi tanda salib dengan jariku pada kening, kedua tangan dan kedua kaki mereka. Ketika sedang membaptis seorang pasien yang bertubuh besar dan sangar aku dihantam.
            Hampir setiap pagi, ketika aku bangun tidur, aku melipat selimut seolah-olah seperti sedang melipat bendera, sambil bernyanyi: “Berkibarlah benderaku”.
            Pada suatu pagi, kira-kira jam 04.00, aku dan temanku dari Tulung Agung, mengadakan permainan upacara bendera. Pada waktu pembacaan undang-undang dia bilang: “Undang-undang kenduren, satu pak Marto, dua pak Wito, tiga pak Mardi”, dan seterusnya. Kemudian dilanjutkan dengan acara pesta besar dan makanannya ditata secara prasmanan, ada macam-macam makanan; rawon, soto, sate, gule dan lain-lain.
            Kemudian hampir setiap hari kami kompak menirukan para pedagang asongan yang sedang menjajakan jualannya: “Es, es!”, “Aqua dingin, aqua dingin”, “Yang minum, yang minum”, “Rokok, rokok”, “Jeruk, jeruk”, “Nasi, nasi”, “Tisu, tisu”, dan lain-lain, hingga suasana menjadi gaduh dan ramai.
            Pernah temanku dari Tulung Agung itu menyuruhku meminta rokok satu bungkus pada pak Mantri dan aku patuhi, kemudian aku segera mengetuk pintu berkali-kali dan ketika pintu dibuka aku meminta rokok pada pak Mantri itu, kemudian aku dimarahi.
            Pada suatu hari pak dokter ruangan memanggilku dan menyuruhku duduk dihadapan beberapa dokter muda. Kemudian mereka menanyai aku: “Kamu dari mana?", “Dari Lampung”, jawabku. “Kamu di sini kenapa?", tanya salah seorang, “Saya sedang mempersiapkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia Federal, jadi saya adalah seorang Presiden, selain itu saya adalah juru selamat alam semesta yang baru”, jawabku. “Kamu Presiden kok pakaianmu begitu?”, tanya salah seorang lagi, “Karena saya masih embrio”, jawabku. Lalu aku balik bertanya: “Bayi umur sehari sudah manusia belum?”, “Sudah!”, jawab mereka, “Begitu juga aku, aku masih embrio Presiden. Jadi aku adalah seorang Presiden”, kataku. Kemudian tanya jawab selesai karena pak dokter ruangan menyudahi wawancara itu. Setelah pak dokter ruangan keluar, saya bertanya kepadanya: “Maukah pak dokter menjadi anggota tim kedokteran Presiden, bila saya nanti sudah menjadi Presiden?”, “Tidak mau”, jawabnya, “Karena banyak resiko, bila presiden mau makan maka tim dokter yang harus mencicipi lebih dahulu. Jadi tim dokter bisa mati duluan”, katanya lagi.
Kemudian aku ditanya oleh bapak kepala ruang: “Yohanes, kamu mau mendirikan agama?”, “Ya”, jawabku. “Namanya apa?”, tanyanya lagi. Aku berpikir sejenak lalu menjawab: “Gedhibal!”, jawabku. Kemudian bapak kepala ruang berseru: “Yohanes, nabi baru, dengan nama agama Gedhibal!”. Didalam teologi agamaku, aku mempunyai dua pilihan tentang Ketuhanan, yaitu:
1.    Yang pertama Tuhannya ada 4, yaitu: “Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus dan Bunda Maria”, dengan ketentuan: “Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus adalah Tuhan sejati dan Bunda Maria adalah manusia yang diangkat menjadi Tuhan, sebagai bentuk penghormatan tertinggi, karena beliau tidak dapat dipisahkan dari Tritunggal Yang Maha Kudus, karena beliau adalah Putri Allah Bapa, Bunda Allah Putra dan mempelai Allah Roh kudus. Dan lambangnya adalah segiempat.
2.    Yang kedua, Tuhannya hanya satu yaitu Allah Bapa, sedangkan Yesus dan Roh Kudus bukan Tuhan. Yesus dipahami sebagai manusia biasa bukan Allah, tetapi manusia biasa yang dipilih menjadi juru selamat.
Entah nyata atau tidak, aku tidak tahu, tetapi yang pasti aku selalu ingat bahwa guru bahasa Inggrisku di SMA dulu yang bernama pak Purwanjono pernah mengatakan di dalam kelas kami bahwa aku adalah manusia super komputer, yang sekarang sedang tertidur, suatu saat aku akan bangun dan menjadi Johny Mnemonic, aku akan menemukan sesuatu, entah apa, lalu kalau boleh beliau mengusulkan agar penemuanku itu dinamakan : “Gedhibal”, maka ketika aku gila dan ingin mendirikan agama baru, aku menamakan agama baru itu: “Gedhibal”.
            Lalu aku mendirikan partai baru, yang bernama partai: “Damai Sejahtera”, perlu diterangkan di sini bahwa pada waktu itu awal tahun 2003, aku sama sekali belum pernah mendengar bahwa sudah ada partai yang bernama partai Damai Sejahtera. Waktu itu aku gila hurup, “DS”, dan waktu itu aku bingung memilih nama partai, pilihannya adalah:
1.    Partai Dunia Sempurna.
2.    Partai Doa Sempurna.
3.    Partai Doa Sejati.
4.    Partai Doa Selalu.
5.    Partai Dosa Sempurna.
6.    Partai Damai Sejahtera.
Bahkan aku membuat mata uang baru yang bernama, “DS”, singakatan dari: “Dollar Sempurna”, sebagai pengganti, “RP”, dengan tulisan dimata uang itu: “We Trust with Jesus and Marry”.
            Setelah itu, aku mulai menyusun anggota kabinet yang akan aku pimpin. Setiap orang yang ku temui aku tanya: “Apakah kamu mau jadi menteri? Kamu tinggal memilih, mau jadi menteri apa?”. Dan dokter-dokter muda yang sedang praktek aku tanyai satu persatu: “Apakah anda bersedia menjadi menteri kesehatan?”, “Tidak!”, kata mereka, “Cari yang lain saja”. Pada waktu itu temanku sesama pasien, sebut saja J sedang kumat, ia membersihkan bak air sambil ngomel-ngomel, lalu aku bertanya padanya: “Mas mau jadi menteri apa?", Ia diam, kemudian menjawab: “Saya mau jadi menteri pertanian”, jawabnya. “Baik kalau begitu, jangan sibuk dengan air karena menteri pengairan bisa marah",”kataku.
Ada temanku yang lain yang bersedia menjadi menteri kendaraan-kendaraan, padanya aku berkata bahwa namaku: “Win-Oto”, jadi artinya mobil yang menangan. Lalu aku bertanya: “Mobil yang menangan itu apa?”, “Kereta api!”, jawabnya.
Temanku yang lain bersedia menjadi menteri exsport-import. Kepadanya aku memerintah: “Tolong impor komputer-komputer tercanggih, dan kendaraan-kendaraan mewah, untuk setiap orang Indonesia”, “Oke beres!”, katanya.
Suatu hari ada banyak tentara bertugas di RSJ, tujuannya adalah untuk mengawal salah seorang pejabat penting yang sedang berkunjung ke RSJ. Aku berpikir bahwa pejabat itu pasti ingin tahu tentang aku. Karena aku adalah calon presiden yang baru. Kemudian aku mendatangi tentara-tentara itu, lalu memberi hormat, setelah itu mengajak berjabat tangan dan ngobrol. Salah seorang dari mereka bertanya padaku tentang nomer togel yang akan keluar, lalu aku jawab: “479”.
Sewaktu di ruang Rambutan aku sering bermain ke ruang terapi elektrokonvulsi. Aku melihat pasien-pasien yang kejang-kejang setelah pelipisnya ditempeli alat elektronik. Itu termasuk salah satu terapi medis di RSJ.
Ada seorang pasien yang bercerita bahwa dulu ia mendengar suara-suara orang berbicara di telinganya, lalu oleh orang tuanya ia dibawa ke seorang dukun, oleh dukun itu telinga kirinya ditusuk dengan lidi hingga keluar banyak darah. Sekarang telinga kirinya tuli.
Aku pernah merasa bahwa aku ini adalah pahlawan anak-anak. Aku merasa yakin bahwa aku mempunyai kekuatan supranatural yang bisa menjadi tokoh kartun apa saja yang aku inginkan. Kemudian aku memutuskan ingin menjadi spiderman, maka setelah itu aku berpikir, merasa, bersikap dan bertindak seperti spiderman, contohnya merambat-rambat di atas tanah dengan gaya spiderman.
Di dekat RSJ ada gereja kecil, namun sekarang sudah tidak aktif lagi karena dilarang warga sekitarnya. Aku pernah masuk gereja ini dan berdoa spontan dengan keras memohon kepada Tuhan agar Tuhan merestui aku menjadi presiden, dan mendirikan partai DS, uang DS dan agama baru bernama Gedhibal.
Setelah dua bulan diopname di ruang Rambutan, kemudian aku dipindah ke ruang Semangka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar