Selasa, 27 Desember 2011

TIDUR DI GUDANG.


TIDUR DI GUDANG

            Aku dan kakak suka nonton televisi, terutama film anak-anak di rumah tetangga, karena kami tidak punya televisi. Kami dan teman-teman biasanya rela menunggu lama di depan rumah sang pemilik televisi kemudian nonton rame-rame. Sembari menunggu biasanya kami main petak umpet atau perang-perangan. Pernah waktu sedang menunggu televisi diputar salah satu temanku kejatuhan kelapa tua.
Pada suatu hari sedang diputar film: “Upik”, maka aku dan kakak pun tidak ketinggalan. Tetapi setelah itu turun hujan deras, sehingga kami tidak bisa segera pulang. Setelah lama menunggu hujan tidak reda-reda. Kami nekad pulang basah kuyup ditengah hujan deras, karena kami takut dimarahi ibu. Tepat ketika sampai di rumah, ayah dan ibu sedang bertengkar dan atap rumah pada bocor. Melihat kedatangan kami, ibu marah besar. Beliau mengusir kami sambil memegang parang. Maka kamipun segera lari tunggang langgang ditengah hujan deras, menuju ke sebuah gudang di dekat sekolah SD dan tidur  di sana. Kami melepas baju kami dan tidur berselimutkan tikar yang sudah buruk. Kami merasa benar-benar kedinginan dan badan kami gatal semua.
            Keesokan harinya kami mencari krengseng, untuk menyenangkan hati ibu. Dengan harapan bila kami pulang membawa oleh-oleh maka ibu pasti senang dan mau menerima kami kembali. Krengseng adalah sisa daging babi yang dijual di pasar oleh peternak babi, berupa lemak-lemak dan kulit babi yang diambil minyaknya kemudian ampasnya diberikan secara gratis pada orang-orang yang datang. Kami sering mencari krengseng ini, yang oleh ibu biasanya di goreng lagi kemudian diambil minyaknya lagi, setelah itu dijadikan campuran sayur nangka muda.
            Kembali kecerita. Setelah mendapat krengseng, kemudian kami pulang, dan ibu kami suap dengan oleh-oleh itu. Tetapi ternyata jurus kami tidak mempan. ibu tetap memarahi kami. Namun syukurlah nenek datang ke rumah sehingga kata-katanya yang bijak berhasil meredam kemarahan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar