TIDUR
DI GUDANG
Aku dan kakak suka nonton televisi, terutama film anak-anak di rumah tetangga, karena kami tidak
punya televisi. Kami dan teman-teman biasanya rela menunggu lama di depan rumah
sang pemilik televisi kemudian nonton rame-rame. Sembari menunggu biasanya kami
main petak umpet atau perang-perangan. Pernah waktu sedang menunggu televisi
diputar salah satu temanku kejatuhan kelapa tua.
Pada
suatu hari sedang diputar film: “Upik”, maka aku dan kakak pun tidak
ketinggalan. Tetapi setelah itu turun hujan deras, sehingga kami tidak bisa
segera pulang. Setelah lama menunggu hujan tidak reda-reda. Kami nekad pulang
basah kuyup ditengah hujan deras, karena kami takut dimarahi ibu. Tepat ketika
sampai di rumah, ayah dan ibu sedang bertengkar dan atap rumah pada bocor.
Melihat kedatangan kami, ibu marah besar. Beliau mengusir kami sambil memegang
parang. Maka kamipun segera lari tunggang langgang ditengah hujan deras, menuju
ke sebuah gudang di dekat sekolah SD dan tidur
di sana. Kami melepas baju kami dan tidur berselimutkan tikar yang sudah
buruk. Kami merasa benar-benar kedinginan dan badan kami gatal semua.
Keesokan harinya kami mencari krengseng, untuk
menyenangkan hati ibu. Dengan harapan bila kami pulang membawa oleh-oleh maka
ibu pasti senang dan mau menerima kami kembali. Krengseng adalah sisa daging babi
yang dijual di pasar oleh peternak babi, berupa lemak-lemak dan kulit babi yang
diambil minyaknya kemudian ampasnya diberikan secara gratis pada orang-orang
yang datang. Kami sering mencari krengseng ini, yang oleh ibu biasanya di
goreng lagi kemudian diambil minyaknya lagi, setelah itu dijadikan campuran
sayur nangka muda.
Kembali kecerita. Setelah mendapat krengseng, kemudian
kami pulang, dan ibu kami suap dengan oleh-oleh itu. Tetapi ternyata jurus kami
tidak mempan. ibu tetap memarahi kami. Namun syukurlah nenek datang ke rumah
sehingga kata-katanya yang bijak berhasil meredam kemarahan ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar