Ingin Bunuh diri.

INGIN BUNUH DIRI

            Aku dulu sangat depresi dan inginnya bunuh diri. Dalam kehidupanku aku mencatat ada empat peristiwa, dimana aku sangat ingin bunuh diri. Yang pertama adalah ketika aku duduk dibangku SD. Ketika itu aku sudah memegang pisau dan siap menusukkanya ke perutku, tetapi tidak jadi karena aku berpikir bahwa daripada aku mati sia-sia lebih baik aku jadi tumbal keluarga. Aku terus menderita tidak apa-apa, asalkan keluargaku makmur dan sejahtera. Tapi bagaimana caranya? Sampai suatu saat aku membaca buku tentang seorang Mistikus Katolik bernama Maria Simma, yang mengajarkan bahwa penderitaan yang dijalani dengan sabar adalah persembahan yang sangat berharga di mata Tuhan, dan persembahan itu dapat kita persembahkan bagi keselamatan orang-orang yang kita cintai.

            Yang kedua adalah ketika aku naik kereta api bersama ayah dan adik laki-lakiku. Ketika itu kami dari Palembang mau kembali ke Lampung, naik kereta barang sambil membawa biji durian untuk dijual ditempat perusahaan pembibitan tanaman. Saat itu kami naik kereta barang dan duduk di sambungan antar gerbong, ingin sekali aku menjatuhkan diri ke bawah, agar dilindas roda-roda kereta api.

            Yang ketiga adalah ketika aku duduk di bangku kelas tiga SMA. Ketika itu aku dalam perjalanan pulang dari sekolah, tiba-tiba aku dipukul oleh William karena aku bilang padanya kalau dia menaksir Evelyn, semua itu aku lakukan karena aku cemburu padanya karena dia terlihat akrab dengan Evelyn, kemudian aku berkelahi dengan William. Sebenarnya aku tidak mempunyai niat sedikitpun untuk berkelahi, tetapi aku malu pada Evelyn apabila tidak membalas setiap pukulan William karena ketika itu Evelyn ada disitu bersama-sama kami. Tetapi Evelyn justru membela William dengan berkata padaku: “Makanya kalau ngomong hati-hati, rasain kamu sekarang!”. Setelah itu aku mengambil sepedaku di tempat penitipan sepeda, lalu aku mengayuh sepedaku dengan kencang dan berniat untuk menabrak mobil atau sepeda motor yang berpapasan denganku. Tetapi untunglah tidak ada mobil atau sepeda motor yang lewat. Yang ada hanyalah gerobak dorong, maka aku berniat untuk menabrakkan sepedaku ke arahnya, tetapi sebelum benar-benar bertabrakkan, tiba-tiba aku sengaja menjatuhkan diri, dan kepalaku terantuk batu hingga terasa sakit sekali. Setelah itu turun hujan deras, aku berpikir bahwa Tuhan ikut menangisi penderitaanku. Kemudian orang-orang berdatangan berusaha menolong aku, dan membopongku ke rumah penduduk terdekat. Tetapi beberapa menit kemudian aku berdiri dan mengambil sepedaku lalu pulang ke rumah di tengah hujan deras.

            Yang ke empat adalah ketika aku berada di Malang dalam keadaan menganggur dan kesulitan mencari pekerjaan. Pada waktu itu aku merasa menjadi beban kakakku, maka aku ingin sekali mengakhiri hidupku saja dengan cara mendaftar tentara, tetapi aku gagal dalam test kesehatan.