Stres berat yang keenam.

mperSTRES BERAT YANG KEENAM

            Lima bulan aku diopname di rumah sakit jiwa. Lalu Frater Agung datang menjemputku dan aku ditanya: Aku mau tetap di Malang, ke Surabaya, Jakarta, atau pulang ke Lampung, aku menjawab bahwa aku ingin tetap di Malang. Beliau mengatakan bahwa kalau aku tetap di Malang justru lebih baik karena di Malang ada banyak orang yang ku kenal yang bersedia membantuku. Kemudian oleh beliau aku dicarikan pekerjaan di sebuah rumah retret yang terletak di kabupaten Malang. Selama di rumah retret ini aku di terima dengan baik dan oleh pimpinan rumah retret ini yaitu Bruder Antonius, segala kebutuhanku dipenuhi mulai dari dokter, obat, uang saku, kamar dan makanan serta minuman setiap hari. Beliau sungguh baik padaku. Tetapi tepat satu tahun bekerja, penyakitku kambuh lagi.

            Setiap kali kambuh, aku sibuk membuat catatan tentang isi hati dan pikiranku dan selalu ada saja pertanyaan-pertanyaan yang harus aku jawab, seakan-akan tidak ada habis-habisnya, sampai aku tidak bisa tidur. Dan setiap kali itu pula aku memiliki kecurigaan yang berlebihan pada orang lain, terutama pada teman-teman kerjaku.

            Setelah beberapa hari stres berat, sikap dan tindakanku menjadi aneh dan tidak terkontrol lagi, lalu aku kembali dibawa ke rumah sakit jiwa dan ditempatkan di ruang Apel.