DIPUTUS PACAR
Di bawah naungan cinta
aku termanggu,
merasakan hangatnya
tubuh dan jiwamu.
Aku tersentak tak
percaya,
semua ini kini tlah
sirna.
Tinggal duka dan sisa
bahagia,
yang masih ku rasa.
Pahit memang,
hati tercabik ku
rasa.
Namun apa daya kekasih
memaksa.
Dia tlah punya dia,
yangg beda dan jauh
lebih sempurna,
sedang aku hina
nestapa.
Slamat jalan kasih,
impianmu tlah
menjadi nyata.
Cintamu membara padanya.
Biarlah senyum di dalam
hatiku tercabik,
meninggalkan luka
menganga.
Horee aku ikut bahagia,
karena kekasihku
tlah bebas merdeka.
Dia melangkah dengan
pastinya,
menuju padanya,
yang ketika itu aku
sadar,
dukacitaku karena ditinggal kekasih.
“Oh sayang!”,
jangan panggil aku
“Sayang”, lagi.
Aku terlena sumpah aku
terpana
Kini aku merana.
Detik-detik kehilangan
belum terasa,
karena masih bahagia,
sebab ciuman
terakhir.
Kini terasa sepi,
hati hampa.
Dia tlah tak sudi tuk
diikat.
Ikatan adalah beban,
tuk hati yang bagai
bara ke lain hati.
Putuskan semua ikatan,
sebelum berserah
diri.
Oh, kekasihku,
aku tlah menang di
medan perang,
dia tlah terjungkal,
mati terkapar,
ha...ha...ha...
Mari kita rayakan,
sambutlah aku ke
pelukan mu,
mari kita menari,
sampai pagi tiba.
Aku bebas,
aku puas.
Dia tlah mati selamanya.
Tidak ada lagi rasa
bersalah.
Aku manusia bebas,
tuk mencinta dan
dicinta.
Kasih aku milikmu,
kaupun milikku,
dia tlah tiada.
Aku slalu bahagia,
kekasihku bagai api,
aku menari-nari.
Kepada semua orang ku
bilang:
Kekasihku cantik rupawan
penuh pesona,
pada akhirnya aku
menangis.
Oh, bara apiku yang
tercinta,
musnahkan aku dalam
lumatan mu,
agar aku
menggelinjang penuh nafsu.
Tiada yang tersakiti,
hanya kita berdua,
bisiknya.
Biarin dia.
Biarin aku bercanda,
candamu keterlaluan
sayang.
Lihat hatiku penuh luka
memar.
Sebentar lagi aku mati,
padam tiada suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar