MENGALAHKAN EGO
Apa difinisi ego menurut anda? Menurut para Frater
dan Romo Karmel yang saya kenal, ego adalah segala sikap, perkataan, dan
tindakan yang mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan Tuhan, sesama dan
alam. Semua itu sangat tidak berkenan di mata Tuhan, oleh sebab itu kita harus
mengalahkannya.
Frater Agung.O,Carm pernah mengungkapkan bahwa
seorang biarawan dan birawati pun harus berjuang untuk mengalahkan egonya namun
sudah dalam level atau tingkatan yang lebih halus, misalnya bila orang awam
pergi ke diskotik dengan motivasi ingin triping, minum-minuman keras dan
memuaskan nafsu sek, tetapi seorang biarawan dapat pergi ke diskotik dengan
motivasi ingin menobatkan para pengunjung diskotik. Kedua-duanya sama-sama
menuruti ego namun sudah dalam tingkatan yang berbeda, yang satu kasar dan yang
lain lebih halus.
Beliau
juga mengungkapkan bahwa lawan dari ego adalah “Kasih”, jadi dengan kata lain
mengalahkan ego berarti mengembangkan kasih. Dan Allah adalah kasih. Maka bila
anda menuruti ego sama saja anda mengusir Allah dari dalam diri anda. Ia
menjelaskan pada saya dengan detail bahwa yang dimaksudkan dengan ego di sini
adalah “aku…, aku… dan aku.” Pokoknya segala sesuatu yang mementingkan
kesenangan “aku”, tanpa mempedulikan sesama.
Seorang
biarawan tua yang berasal dari negri Belanda yang namanya tidak mau disebutkan juga
mengungkapkan hal senada bahwa yang di maksudkan dengan ego adalah segala
sesuatu yang mementingkan diri sendiri dan melupakan Allah dan sesama misalnya
mencuri.
Hampir
setiap pertengkaran bila kita selidiki lebih jauh penyebab asalnya adalah kedua
belah pihak saling mempertahankan egonya masing-masing dengan kukuh.
Setiap
orang berperang melawan egonya masing-masing agar dapat bersatu dengan Allah.
Tepatlah peribahasa yang mengatakan bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya
sendiri. Dalam perjuangan dan perang melawan ego kita sendiri, kita akan banyak
menderita tetapi kita harus tahan menderita agar kita menang. Namun di
tengah-tengah penderitaan itu kita akan bahagia karena mengetahui bahwa kita
berada dijalan yang benar menuju Allah.
Sekali
lagi saya tekankan bahwa kita harus tahan menderita. Penderitaan yang kita
alami ada banyak antara lain adalah rasa kesepian, rasa bodoh, rasa sial, rasa
kecewa, rasa sedih dan rasa iri. Untuk lebih jelasnya saya ingin berbagi pada
anda. Sering saya merasa kesepian, merasa bodoh, merasa sial, merasa kecewa dan
merasa iri melihat hal yang seharusnya dapat saya lakukan bila saya berbuat
dosa atau bila mendengar betapa enjoy dan nikmatnya memuaskan ego bersama
gadis-gadis cantik, bila saya menjerumuskan diri ke dalam kenikmatan duniawi
seperti diskotik, kafé, tempat karaoke, panti pijat atau lokalisasi prostitusi
ataupun pesta sek. Singkatnya dugem yang
sarat dengan gadis-gadis cantik, minuman keras dan
shabu-shabu.
Saya
tahu Tuhan sangat mengasihi saya sehingga sarana untuk menjamah dunia itu
menjadi sukar. Antara lain Tuhan memberi uang yang sedikit, saya bila tidur
larut malam, pagi harinya menjadi pusing, dan jiwa yang bodoh untuk berbohong
serta waktu yang sangat sempit dan ketat. Dan Tuhan kerap menampar saya sebagai
tanda kasih-Nya pada saya, sebagai peringatan dan didikan agar saya selalu
rendah hati dan bertobat.
Pernah
pada suatu hari valentin saya berniat pergi ke sebuah kafe yang cukup terkenal
di Malang, kira-kira baru 500 meter dari rumah, mobil yang saya tumpangi
menabrak gundukkan pasir dan oleng ke kiri dan menghantam trotoar pejalan kaki,
sehingga kepala bagian kanan saya membentur pintu dan terasa sakit sekali.
Namun saya waktu itu belum jera. Saya tetap berangkat juga. Namun saya terus
memikirkan “Tamparan Tuhan” itu sehingga saya memutuskan jam 23.00 malam sudah
pulang ke rumah.
Saya
sangat merasa bodoh dan menyesal karena pernah menolak ajakan dua orang teman
wanita saya yang sangat cantik jelita untuk bermain sek dengan mereka di tempat
kosnya. Waktu itu yang saya pikirkan adalah hal-hal kudus dan sakral. Dalam
pergolakkan batin itu saya menderita. Sebenarnya itu adalah perang melawan diri
saya sendiri.
Saya
merasa iri pada teman-teman saya yang pesta sek atau mempunyai banyak pacar
sehingga boleh merasakan nikmatnya banyak tubuh gadis cantik. Saya merasa
bodoh. Kerap saya bertanya sendiri, sampai kapan saya terus kuper dan bodoh!?
Sebenarnya dalam pergolakkan batin itu saya telah kalah karena saya merasa
menyesal karena tidak berbuat dosa. Pikiran saya di penuhi keinginan untuk
memuaskan nafsu birahi yang liar dan sesat.
Dalam
doa Lectio divina yang saya ikuti, seorang Frater pernah mengungkapkan bahwa
dalam berpuasa kita sebaiknya tidak hanya berpuasa makan dan minum saja tetapi
juga kita sebaiknya berpuasa mata, karena biasanya orang terutama yang
laki-laki mudah tergoda untuk melihat hal-hal yang berbau seksualitas. Setelah
saya pikir-pikir ada benarnya juga, karena berdasarkan pengalaman saya adalah
sangat sulit untuk mengendalikan diri tidak melihat gadis-gadis cantik yang
saya temui atau yang saya lihat di dalam angkot atau ada di pinggir jalan
ketika saya naik angkot. Saya sadari selama ini saya menuruti ego saya dan
justru kerap kali saya berzinah dalam hati bila melihat mereka, apalagi bila
pakaiannya seksi, wajahnya cantik, payudaranya besar dan kulitnya putih. Kalau
anda tertarik untuk mencoba berpuasa mata, saya sarankan lengkapilah puasa anda
itu dengan berpuasa untuk tidak menyentuh wanita. Kalau anda melakukan jenis
puasa ini, anda akan tahu betapa besarnya pengorbanan para biarawan dan
biarawati.
Kini
saya sadari bahwa semua itu adalah salah satu contoh ego. Ego yang harus saya
kalahkan dalam berbagai bentuknya baik yang kasar maupun yang lebih halus, dan
saya harus tahan menderita. Saya teringat akan kata-kata seorang peserta doa
Lectio divina: ”Sanggupkah aku menderita agar aku dapat naik ke Sorga”.
Saya
sadari bahwa hal yang paling nyata dalam hidup ini adalah derita. Karena
disitulah kita dididik, diuji dan dibentuk. Kegembiraan kerap hanya memupuk ego
untuk mengingat betapa nikmat menurutinya. Dan ia seolah-olah berkata: ”Inilah
aku, kejarlah daku dan kau ku tangkap.” Dan apabila kita terpancing untuk
mengejarnya, kita akan tahu bahwa semakin dikejar, kita akan semakin
terperangkap.
“Tahan
menderita” sekali lagi “Tahan menderita” kita harus ingat itu. Berbicara
tentang hal itu saya teringat akan kata-kata kitab Wahyu berikut ini:
“Barang siapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama
dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk
bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (Wah 3:21).
“Berbahagialah mereka yang diundang keperjamuan kawin Anak
Domba.”(Wah 19:9)
”Aku adalah Alfa dan Omega, Yang
Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari
mata air kehidupan. Barang siapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan
Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala,
dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala
oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” (Wah 21:6-8).
“Tetapi tidak akan masuk ke
dalamnya (Yerusalem yang baru) sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan
kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba itu.” (Wah 21:27).
Mengingat
ini semua saya menjadi takut akan masuk neraka, tetapi saya terngiang-ngiang
apa yang diungkapkan oleh Santa Theresia dari Avila dalam bukunya yang
berjudul, “Puri Batin”, yaitu bahwa hendaknya kita tidak usah terlalu
mempedulikan akan masuk surga atau neraka tetapi yang penting kita mencintai
Tuhan.
Dalam hal
mengasihi sesama seperti yang diajarkan perintah utama, untuk dapat mengasihi
orang lain kita terlebih dahulu harus dapat mengasihi diri kita sendiri. Yang
saya maksudkan adalah mengasihi diri kita, bukan memupuk ego (mementingkan kesenangan diri kita sendiri
tanpa mempedulikan Tuhan dan sesama). Untuk membedakannya, sebelum kita
melakukan sesuatu kita sebaiknya bertanya pada diri kita sendiri: ”Aku
melakukan perbuatan ini untuk Allah atau untuk egoku sendiri.” Kalau kita
melakukan perbuatan ini hanya untuk ego kita sendiri sebaiknya kita hindari.
Mengasihi diri sendiri untuk Allah maksudnya adalah menghargai diri kita
sendiri, sebagai citra Allah dan anugerah Allah dan lagipula Allah sendiri
berdiam di dalam diri kita, seperti yang tertulis dalam 1 Kor 6:19 yang
berbunyi: ”Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik
kamu sendiri?” Contoh tindakan mengasihi diri sendiri adalah mandi, sikat gigi,
memotong rambut, memotong kuku, mencuci pakaian, seterika, olahraga, makan teratur, tidur cukup, bila sakit minum obat
dan lain-lain.
Perbuatan
mengasihi sesama kerap kali merupakan demonstrasi kesombongan dan pemuasan ego.
Seperti halnya yang saya utarakan tersebut di atas, sebelum kita berbuat baik
pada orang lain, terlebih dahulu kita sebaiknya mengajukan pertanyaan pada diri
kita sendiri: ”Aku melakukan perbuatan ini untuk Allah atau untuk memuaskan
egoku sendiri.” Kalau itu hanya untuk memuaskan ego kita sendiri, sebaiknya
kita batalkan tetapi bila murni untuk Allah maka patut kita teruskan. untuk
memperjelas ini, perlu saya tekankan lagi bahwa Allah hadir dalam diri sesama.
Jadi mengasihi sesama itu berarti sama saja kita telah mengasihi Allah, asal
itu bukan suatu demontrasi untuk memuaskan ego kita sendiri. Berbicara tentang
ide ini, saya teringat akan apa yang diceritakan Pak Handoko yaitu: Pada suatu
hari ada pedagang telur keliling yang menjajakan dagangannya. Ketika sampai di
depan rumah Pak Handoko, oleh Pak Handoko telurnya dibeli semua tanpa tersisa
satu pun. Kemudian bersamaan dengan itu pedagang telur keliling lainnya
menghampiri Pak Handoko dan memohon agar telur-telurnya juga dibeli semua.
Seketika itu Pak Handoko ingin membeli juga semua telurnya seperti yang
dilakukannya pada telur-telur pedagang
pertama. Tetapi pada saat itu terbesit pertanyaan pada dirinya sendiri,
”Bila aku membeli semua telurnya, itu untuk Allah atau hanya untuk memuaskan
egoku sendiri?” Kemudian ia mengambil kebijaksanaan hanya membeli telur-telur
pedagang kedua ini sebanyak 80% nya saja. Sisanya ia biarkan agar dijual
sendiri oleh pedagang telur kedua ini.
Apabila
anda mempunyai orang-orang yang tidak anda sukai entah karena cara ngomongnya,
sikapnya atau perbuatannya, anda jangan memusuhi mereka, tetapi tetaplah
berbuat baik kepada mereka. Dengan pemikiran anda melakukan itu untuk Tuhan
bukan untuk diri anda sendiri. Tentu saja bila anda menuruti ego anda, anda
akan lebih memilih mendiamkan dan memusuhi mereka. Tetapi itu bukanlah pilihan
yang baik dan bijaksana. Saya tahu persis apabila anda melakukan itu
pertama-tama anda akan merasa puas dan merasa telah mengambil keputusan yang
paling tepat tetapi lama-kelamaan batin anda akan tersiksa dan baru sembuh
apabila anda mengubah sikap hati anda. Seandainya anda menjumpai bahwa saya
mendiamkan seseorang, itu terjadi karena saya belum sanggup untuk mengasihi
orang itu, karena orang itu begitu jahat, aneh, dan tega, sehingga kemampuan
batin saya untuk menanggung rasa sakit yang selalu di akibatkannya belum
mencukupi.
Ketika kita berbuat baik pada
orang-orang yang tidak kita sukai, biasanya kita akan merasa berat melakukan
itu, karena perbuatan baik kita pada mereka dapat membuat mereka sok, besar
kepala dan tidak pernah berubah. Tetapi itu adalah urusan mereka. Karena
bagaimanapun juga kita tidak dapat mengubah orang lain bila orang itu sendiri
tidak mau berubah. Hal ini memang sulit dan bertentangan dengan ego kita.
Tetapi ingatlah bahwa Tuhan Yesus Kristus pernah bilang, ”Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan
mengikut Aku.” (Luk 9:23, Lihat juga persamaan teks di Mat 16:24 dan Mrk 8:34).
Hal yang
paling utama dalam berhubungan dengan orang lain, terutama orang-orang yang
tidak kita sukai adalah sikap hati. Kita dapat diam tetapi tidak mendiamkan dan
tidak memusuhi, sebaliknya kita dapat berpura-pura akrab tetapi sesungguhnya
kita sedang mendiamkan dan memusuhinya.
Jalan terbaik adalah selalu terbuka dan selalu murah hati dalam mengampuni
meskipun betapapun pahitnya. Di situlah kemampuan kita dalam mengalahkan ego
ditantang, dan itu membutuhkan banyak kerendahan hati.
BalasHapusNikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaPelangi.com
Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Ayo buktikan sendiri dan menangkan jutaan rupiah
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami
-BBM : 2AE190C9
-Loginsite : Legendapelangi.com