Senin, 23 September 2013

MengaLahkan Ego.



MENGALAHKAN EGO

            Apa difinisi ego menurut anda? Menurut para Frater dan Romo Karmel yang saya kenal, ego adalah segala sikap, perkataan, dan tindakan yang mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan Tuhan, sesama dan alam. Semua itu sangat tidak berkenan di mata Tuhan, oleh sebab itu kita harus mengalahkannya.
 Frater Agung.O,Carm pernah mengungkapkan bahwa seorang biarawan dan birawati pun harus berjuang untuk mengalahkan egonya namun sudah dalam level atau tingkatan yang lebih halus, misalnya bila orang awam pergi ke diskotik dengan motivasi ingin triping, minum-minuman keras dan memuaskan nafsu sek, tetapi seorang biarawan dapat pergi ke diskotik dengan motivasi ingin menobatkan para pengunjung diskotik. Kedua-duanya sama-sama menuruti ego namun sudah dalam tingkatan yang berbeda, yang satu kasar dan yang lain lebih halus.
            Beliau juga mengungkapkan bahwa lawan dari ego adalah “Kasih”, jadi dengan kata lain mengalahkan ego berarti mengembangkan kasih. Dan Allah adalah kasih. Maka bila anda menuruti ego sama saja anda mengusir Allah dari dalam diri anda. Ia menjelaskan pada saya dengan detail bahwa yang dimaksudkan dengan ego di sini adalah “aku…, aku… dan aku.” Pokoknya segala sesuatu yang mementingkan kesenangan “aku”, tanpa mempedulikan sesama.
            Seorang biarawan tua yang berasal dari negri Belanda yang  namanya tidak mau disebutkan juga mengungkapkan hal senada bahwa yang di maksudkan dengan ego adalah segala sesuatu yang mementingkan diri sendiri dan melupakan Allah dan sesama misalnya mencuri.
            Hampir setiap pertengkaran bila kita selidiki lebih jauh penyebab asalnya adalah kedua belah pihak saling mempertahankan egonya masing-masing dengan kukuh.
            Setiap orang berperang melawan egonya masing-masing agar dapat bersatu dengan Allah. Tepatlah peribahasa yang mengatakan bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Dalam perjuangan dan perang melawan ego kita sendiri, kita akan banyak menderita tetapi kita harus tahan menderita agar kita menang. Namun di tengah-tengah penderitaan itu kita akan bahagia karena mengetahui bahwa kita berada dijalan yang benar menuju Allah.
            Sekali lagi saya tekankan bahwa kita harus tahan menderita. Penderitaan yang kita alami ada banyak antara lain adalah rasa kesepian, rasa bodoh, rasa sial, rasa kecewa, rasa sedih dan rasa iri. Untuk lebih jelasnya saya ingin berbagi pada anda. Sering saya merasa kesepian, merasa bodoh, merasa sial, merasa kecewa dan merasa iri melihat hal yang seharusnya dapat saya lakukan bila saya berbuat dosa atau bila mendengar betapa enjoy dan nikmatnya memuaskan ego bersama gadis-gadis cantik, bila saya menjerumuskan diri ke dalam kenikmatan duniawi seperti diskotik, kafé, tempat karaoke, panti pijat atau lokalisasi prostitusi ataupun pesta sek.  Singkatnya dugem yang sarat dengan gadis-gadis cantik,                                                               minuman keras dan shabu-shabu.
            Saya tahu Tuhan sangat mengasihi saya sehingga sarana untuk menjamah dunia itu menjadi sukar. Antara lain Tuhan memberi uang yang sedikit, saya bila tidur larut malam, pagi harinya menjadi pusing, dan jiwa yang bodoh untuk berbohong serta waktu yang sangat sempit dan ketat. Dan Tuhan kerap menampar saya sebagai tanda kasih-Nya pada saya, sebagai peringatan dan didikan agar saya selalu rendah hati dan bertobat.
            Pernah pada suatu hari valentin saya berniat pergi ke sebuah kafe yang cukup terkenal di Malang, kira-kira baru 500 meter dari rumah, mobil yang saya tumpangi menabrak gundukkan pasir dan oleng ke kiri dan menghantam trotoar pejalan kaki, sehingga kepala bagian kanan saya membentur pintu dan terasa sakit sekali. Namun saya waktu itu belum jera. Saya tetap berangkat juga. Namun saya terus memikirkan “Tamparan Tuhan” itu sehingga saya memutuskan jam 23.00 malam sudah pulang ke rumah.
            Saya sangat merasa bodoh dan menyesal karena pernah menolak ajakan dua orang teman wanita saya yang sangat cantik jelita untuk bermain sek dengan mereka di tempat kosnya. Waktu itu yang saya pikirkan adalah hal-hal kudus dan sakral. Dalam pergolakkan batin itu saya menderita. Sebenarnya itu adalah perang melawan diri saya sendiri.
            Saya merasa iri pada teman-teman saya yang pesta sek atau mempunyai banyak pacar sehingga boleh merasakan nikmatnya banyak tubuh gadis cantik. Saya merasa bodoh. Kerap saya bertanya sendiri, sampai kapan saya terus kuper dan bodoh!? Sebenarnya dalam pergolakkan batin itu saya telah kalah karena saya merasa menyesal karena tidak berbuat dosa. Pikiran saya di penuhi keinginan untuk memuaskan nafsu birahi yang liar dan sesat.
            Dalam doa Lectio divina yang saya ikuti, seorang Frater pernah mengungkapkan bahwa dalam berpuasa kita sebaiknya tidak hanya berpuasa makan dan minum saja tetapi juga kita sebaiknya berpuasa mata, karena biasanya orang terutama yang laki-laki mudah tergoda untuk melihat hal-hal yang berbau seksualitas. Setelah saya pikir-pikir ada benarnya juga, karena berdasarkan pengalaman saya adalah sangat sulit untuk mengendalikan diri tidak melihat gadis-gadis cantik yang saya temui atau yang saya lihat di dalam angkot atau ada di pinggir jalan ketika saya naik angkot. Saya sadari selama ini saya menuruti ego saya dan justru kerap kali saya berzinah dalam hati bila melihat mereka, apalagi bila pakaiannya seksi, wajahnya cantik, payudaranya besar dan kulitnya putih. Kalau anda tertarik untuk mencoba berpuasa mata, saya sarankan lengkapilah puasa anda itu dengan berpuasa untuk tidak menyentuh wanita. Kalau anda melakukan jenis puasa ini, anda akan tahu betapa besarnya pengorbanan para biarawan dan biarawati.
            Kini saya sadari bahwa semua itu adalah salah satu contoh ego. Ego yang harus saya kalahkan dalam berbagai bentuknya baik yang kasar maupun yang lebih halus, dan saya harus tahan menderita. Saya teringat akan kata-kata seorang peserta doa Lectio divina: ”Sanggupkah aku menderita agar aku dapat naik ke Sorga”.
            Saya sadari bahwa hal yang paling nyata dalam hidup ini adalah derita. Karena disitulah kita dididik, diuji dan dibentuk. Kegembiraan kerap hanya memupuk ego untuk mengingat betapa nikmat menurutinya. Dan ia seolah-olah berkata: ”Inilah aku, kejarlah daku dan kau ku tangkap.” Dan apabila kita terpancing untuk mengejarnya, kita akan tahu bahwa semakin dikejar, kita akan semakin terperangkap.
            “Tahan menderita” sekali lagi “Tahan menderita” kita harus ingat itu. Berbicara tentang hal itu saya teringat akan kata-kata kitab Wahyu berikut ini:

“Barang siapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (Wah 3:21).

“Berbahagialah mereka yang diundang keperjamuan kawin Anak Domba.”(Wah 19:9)

”Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Barang siapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala, dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” (Wah 21:6-8).

“Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya (Yerusalem yang baru) sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.” (Wah 21:27).

            Mengingat ini semua saya menjadi takut akan masuk neraka, tetapi saya terngiang-ngiang apa yang diungkapkan oleh Santa Theresia dari Avila dalam bukunya yang berjudul, “Puri Batin”, yaitu bahwa hendaknya kita tidak usah terlalu mempedulikan akan masuk surga atau neraka tetapi yang penting kita mencintai Tuhan.
            Dalam hal mengasihi sesama seperti yang diajarkan perintah utama, untuk dapat mengasihi orang lain kita terlebih dahulu harus dapat mengasihi diri kita sendiri. Yang saya maksudkan adalah mengasihi diri kita, bukan memupuk ego  (mementingkan kesenangan diri kita sendiri tanpa mempedulikan Tuhan dan sesama). Untuk membedakannya, sebelum kita melakukan sesuatu kita sebaiknya bertanya pada diri kita sendiri: ”Aku melakukan perbuatan ini untuk Allah atau untuk egoku sendiri.” Kalau kita melakukan perbuatan ini hanya untuk ego kita sendiri sebaiknya kita hindari. Mengasihi diri sendiri untuk Allah maksudnya adalah menghargai diri kita sendiri, sebagai citra Allah dan anugerah Allah dan lagipula Allah sendiri berdiam di dalam diri kita, seperti yang tertulis dalam 1 Kor 6:19 yang berbunyi: ”Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” Contoh tindakan mengasihi diri sendiri adalah mandi, sikat gigi, memotong rambut, memotong kuku, mencuci pakaian, seterika, olahraga, makan  teratur, tidur cukup, bila sakit minum obat dan lain-lain.
            Perbuatan mengasihi sesama kerap kali merupakan demonstrasi kesombongan dan pemuasan ego. Seperti halnya yang saya utarakan tersebut di atas, sebelum kita berbuat baik pada orang lain, terlebih dahulu kita sebaiknya mengajukan pertanyaan pada diri kita sendiri: ”Aku melakukan perbuatan ini untuk Allah atau untuk memuaskan egoku sendiri.” Kalau itu hanya untuk memuaskan ego kita sendiri, sebaiknya kita batalkan tetapi bila murni untuk Allah maka patut kita teruskan. untuk memperjelas ini, perlu saya tekankan lagi bahwa Allah hadir dalam diri sesama. Jadi mengasihi sesama itu berarti sama saja kita telah mengasihi Allah, asal itu bukan suatu demontrasi untuk memuaskan ego kita sendiri. Berbicara tentang ide ini, saya teringat akan apa yang diceritakan Pak Handoko yaitu: Pada suatu hari ada pedagang telur keliling yang menjajakan dagangannya. Ketika sampai di depan rumah Pak Handoko, oleh Pak Handoko telurnya dibeli semua tanpa tersisa satu pun. Kemudian bersamaan dengan itu pedagang telur keliling lainnya menghampiri Pak Handoko dan memohon agar telur-telurnya juga dibeli semua. Seketika itu Pak Handoko ingin membeli juga semua telurnya seperti yang dilakukannya pada telur-telur pedagang  pertama. Tetapi pada saat itu terbesit pertanyaan pada dirinya sendiri, ”Bila aku membeli semua telurnya, itu untuk Allah atau hanya untuk memuaskan egoku sendiri?” Kemudian ia mengambil kebijaksanaan hanya membeli telur-telur pedagang kedua ini sebanyak 80% nya saja. Sisanya ia biarkan agar dijual sendiri oleh pedagang telur kedua ini.
            Apabila anda mempunyai orang-orang yang tidak anda sukai entah karena cara ngomongnya, sikapnya atau perbuatannya, anda jangan memusuhi mereka, tetapi tetaplah berbuat baik kepada mereka. Dengan pemikiran anda melakukan itu untuk Tuhan bukan untuk diri anda sendiri. Tentu saja bila anda menuruti ego anda, anda akan lebih memilih mendiamkan dan memusuhi mereka. Tetapi itu bukanlah pilihan yang baik dan bijaksana. Saya tahu persis apabila anda melakukan itu pertama-tama anda akan merasa puas dan merasa telah mengambil keputusan yang paling tepat tetapi lama-kelamaan batin anda akan tersiksa dan baru sembuh apabila anda mengubah sikap hati anda. Seandainya anda menjumpai bahwa saya mendiamkan seseorang, itu terjadi karena saya belum sanggup untuk mengasihi orang itu, karena orang itu begitu jahat, aneh, dan tega, sehingga kemampuan batin saya untuk menanggung rasa sakit yang selalu di akibatkannya belum mencukupi.
Ketika kita berbuat baik pada orang-orang yang tidak kita sukai, biasanya kita akan merasa berat melakukan itu, karena perbuatan baik kita pada mereka dapat membuat mereka sok, besar kepala dan tidak pernah berubah. Tetapi itu adalah urusan mereka. Karena bagaimanapun juga kita tidak dapat mengubah orang lain bila orang itu sendiri tidak mau berubah. Hal ini memang sulit dan bertentangan dengan ego kita. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan Yesus Kristus pernah bilang, ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23, Lihat juga persamaan teks di Mat 16:24 dan Mrk 8:34).
            Hal yang paling utama dalam berhubungan dengan orang lain, terutama orang-orang yang tidak kita sukai adalah sikap hati. Kita dapat diam tetapi tidak mendiamkan dan tidak memusuhi, sebaliknya kita dapat berpura-pura akrab tetapi sesungguhnya kita sedang  mendiamkan dan memusuhinya. Jalan terbaik adalah selalu terbuka dan selalu murah hati dalam mengampuni meskipun betapapun pahitnya. Di situlah kemampuan kita dalam mengalahkan ego ditantang, dan itu membutuhkan banyak kerendahan hati.

1 komentar:


  1. Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaPelangi.com
    Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^

    Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :

    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online

    Fasilitas BANK yang di sediakan :

    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Ayo buktikan sendiri dan menangkan jutaan rupiah

    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami
    -BBM : 2AE190C9
    -Loginsite : Legendapelangi.com

    BalasHapus